Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Erniyati, S.Ked
Indah Prasetya Putri, S.Ked
Javanico Sherly, S.Ked
Melita Handayani, S.Ked
Putri Utami, S.Ked
Riando Ginarsyah, S.Ked
Rina Andriani, S.Ked
Tria Juwita, S.Ked
0808121340
0808151325
0808113118
0808121229
0808113116
0508112187
0808113431
0808113084
Pembimbing:
Drg. Fitri
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN COMMUNITY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (COME)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PUSKESMAS PERHENTIAN RAJA
KAMPAR
2014
0808121340
0808151325
Javanico Serly
0808113118
Melita Handayani
0808121229
Putri Utami
0808113116
Riando Ginarsyah
0508112187
0
Rina Andriani
0808113430
Tria Juwita
0808113084
Pembimbing
: Drg. Fitri
Tanggal Pelaporan
Komentar pembimbing
:
Pekanbaru, Februari 2014
(drg. Fitri)
Komponen
Bobot
Odontogram
20%
Anamnesis
Pemeriksaan klinik
20%
20%
30%
10%
Nilai
Ket:
(Penilai)
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Alamat
Umur
: 24 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
No RM
:003289
II.
ANAMNESIS
1. Chief complaint: Sakit pada gigi geraham kanan bawah sejak 1 hari yang lalu
2. Present Illness History
Sejak 1 hari yang lalu, pasien mengeluhkan gigi geraham kanan bawah terasa
sakit dan berdenyut, sakit dirasakan hilang timbul, terasa ngilu saat mengunyah
makanan terutama makanan yang asam, manis, dan dingin, nafas berbau busuk
(+), demam (-), gigi mudah berdarah (-). Pasien tidak bisa tidur malam karena
menahan sakit. Pasien sudah meminum obat dari warung sebelumnya dan tidak
ada perbaikan. Pasien mengunyah makan dengan gigi sebelah kiri.
-
15 tahun yang lalu, geraham kanan bawah sudah tampak berlubang, pasien
sering mengeluhkan sakit gigi tetapi bisa hilang dengan membeli obat di
warung. Pasien tidak pernah memeriksakan diri ke dokter gigi sebelumnya.
Genogram
Os. 24th
III.
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. INTRA ORAL
Inspeksi
: udem (+), rubor (+), plak (+), sisa akar 37, karies profunda 47
(+)
Palpasi
Perkusi
: (+)
Tes vitalitas
: (-)
Status Lokalis
Nomenklatur Gigi (WHO)
Keterangan :
: Nekrosis (gangren) pulpa dengan abses
: Nekrosis (gangren) radiks
: kalkulus
Oklusi : normal bite
Palatum : dalam/sedang/rendah
Diasteros/spacing:tidak ada
ODONTOGRAM
11
12
13
14
15
16
17
18
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
Kalkulus
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
21
22
23
24
25
26
27
28
Keterangan :
: nekrosis (gangren) pulpa dengan abses
: nekrosis (gangren) radiks
: Kalkulus
41
42
43
44
45
46
47
48
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Nekrosis (gangren) pulpa dengan abses (+)
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Kalkulus (+)
Nekrosis (gangren) radiks (+)
Kalkulus (+)
31
32
33
34
35
36
37
38
2. EKSTRA ORAL
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 82 x/i
: Afebris
4
V.
DIAGNOSIS
Gangren pulpa dengan abses 7
VI.
DIAGNOSIS SEHARUSNYA:
Nekrosis (gangren) pulpa dengan abses 47
Nekrosis (gangren) radiks 37
Kalkulus 11,12,13,14,15,16,17,18,21,22,23,24,25,26,27,28,31,32,33,34,
35, 36,38,41,42,43,44,45,46,47,48
Crowded teeth,
Protrusi
VII.
RENCANA PERAWATAN :
1. Premedikasi :amoxicilin 3x500mg, Asam Mefenamat 3x500mg
2. Pencabutan akar gigi 37 dan gigi 47 setelah obat habis
Rencana perawatan yang seharusnya :
1.
2.
Drainase abses
3.
Rongent gigi
TINDAKAN :
1. 18-02-14 dilakukan premedikasi dengan pemberian Amoxicilin
3x500mg, Asam mefenamat 3x500 mg selama 3 hari, pasien
dianjurkan datang setelah obat habis.
Pada tanggal 21-02-14 pasien tidak datang sehingga perawatan
selanjutanya untuk pasien tidak dapat dilakukan.
IX.
EDUKASI
1. Hindari makanan masuk ke dalam gigi yang berlubang
2. Kurangi makanan yang merangsang seperti manis, asam dan dingin
3. Kontrol ulang setelah obat habis
4. Periksa gigi rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali
kemampuan
untuk
mengendapkan
dentin
sekunder,
5. Sel-sel sistem imun. Makrofag, limfosit T, dan sel dendritik juga merupakan
penghuni seluler yang normal dari pulpa. Sel dendritik dan prosesusnya
ditemukan di seluruh lapisan odontoblas dan memiliki hubungan yang dekat
dengan elemen vaskuler dan elemen saraf. Sel-sel ini merupakan bagian dari
sistem respons awal dan pemantau dari pulpa. Sel ini akan menangkap dan
memaparkan antigen terhadap sel T residen dan makrofag.
Jaringan pulpa memiliki lima fungsi yakni bersifat formatif dan bersifat
suportif. Adapun fungsi pulpa, yaitu :1,2
1. Induktif.
Jaringan pulpa berpartisipasi dalam memulai dan perkembangan dentin, yang
bila terbentuk, akan mengarah pada pembentukan email. Kejadian-kejadian ini
merupakan kejadian yang saling bergantung dalam arti bahwa epitel email
akan menginduksi diferensiasi odontoblas, dan odontoblas serta dentin
menginduksi pembentukan email. Interaksi epitel-mesenkim seperti itu adalah
esensi dari pembentukan gigi.
2. Formatif.
Odontoblas membentuk dentin. Sel yang sangat special ini berpartisipasi
dalam pembentukan dentin dalam tiga cara :
3. Nutritif.
Jaringan pulpa memasak nutrient yang sangat penting bagi pembentukan
dentin (misalnya dentin pretubuler) dan hidrasi melalui tubulus dentin.
4. Defensif.
Jaringan pulpa juga memiliki kemampuan memroses dan mengindentifikasi
zat asing serta menimbulkan respons imun terhadap keberadaan zat asing itu.
hal ini adalah cirri khas respons pulpa terhadap karies dentin.
10
5. Sensatif.
Jaringan pulpa mentransmisikan sensasi saraf yang berjalan melalui email atau
dentin ke pusat saraf yang lebih tinggi. Sensasi pulpa yang berjalan melalui
dentin dan email biasanya cepat, tajam, parah, dan ditransmisikan oleh serabut
bermielin. Sensasi yang dialami diawali di dalam inti pulpa dan
ditransmisikan oleh serabut C yang lebih kecil, biasanya lambat, lebih tumpul,
dan lebih menyebar (difus).
Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap berbagai
stimulus termasuk panas atau dingin dengan adanya nyeri yang ringan Jika kanal
pada akar mengalami kalsifikasi karena proses penuaan, trauma, plak yang
menempel atau penyebab lainnya, tes suhu tidak akan memberikan respon selama
pulpa gigi pasien tetap sehat dan berfungsi normal dan hal baliknya terjadi pada
gigi yang telah mengalami kematian gigi.
2. NEKROSIS PULPA
2.1 Definisi dan Klasifikasi
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses
lanjutan dari inflamasi pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara
tiba-tiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial ataupun totalis. Ada 2
tipe nekrosis pulpa yaitu:3
1. Tipe koagulasi : pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut,
mengendap, dan berubah menjadi bahan yang padat.
2. Tipe liquefaction : pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan
pulpa menjadi suatu bahan yang lunak atau cair. Pada setiap proses
kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa H2S, amoniak,
bahan-bahan yang bersifat lemak, indikan, protamain, air dan CO 2.
Diantaranya juga dihasilkan indol, skatol, putresin, dan kadaverin yang
menyebabkan bau busuk pada peristiwa kematian pulpa. Bila pada
peristiwa nekrosis juga ikut masuk kuman-kuman yang saprofit
anaerob, maka kematian pulpa ini disebut gangren pulpa.
(uremia,
suppresif(leukimia,
alkoholisme,
limfoma,
tumor
malnutrisi,
ganas),
dan
diabetes),
penyakit
penggunaan
obat-obat
terdapat karbohidrat terutama sukrosa, maka akan diproduksi asam. Asam ini akan
membuat enamel mengalami demineralisasi yang memfasilitasi infiltrasi dari
bakteri pada dentin dan pulpa. Dengan adanya invasi dari bakteri pada jaringan
internal gigi, bakteri berkembang, terutama bakteri gram negatif, anaerobik dan
proteolitik akan menginfeksi rongga pulpa. Beberapa bakteri ini memiliki faktor
virulensi yang dapat menyebabkan invasi bakteri pada jaringan periapikal melalui
foramen apikal. Lebih dari sebagian lesi periapikal yang aktif tidak dapat
dideteksi dengan sinar-X karena berukuran kurang dari 0.1 mm2. Jika respon
imun host menyebabkan akumulasi dari netrofil maka akan menyebabkan abses
periapikal yang merupakan lesi destruktif pada jaringan. Namun jikan respon
imun host lebih didominasi mediasi oleh makrofag dan sel limfosit T, maka akan
berkembang menjadi granuloma apikal, ditandai dengan reorganisasi jaringan
melebihi destruksi jaringan. Perubahan pada status imun host ataupun virulensi
bakteri dapat menyebabkan reaktivasi dari silent periapical lessions.2
14
dentin dan terbukanya pulpa, hal ini memudahkan infeksi bakteri ke jaringan
pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan
penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi
perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan
nekrosis pulpa. Tubulus dentin dapat terbuka sebagai hasil dari prosedur operatif
atau prosedur restoratif yang kurang baik atau akibat material yang bersifat iritatif.
Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur dentin, proses erosi,
atrisi dan abrasi. Dari tubulus dentin inilah infeksi bakteri dapat mencapai
jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan. Sedangkan terbukanya pulpa bisa
disebabkan karena proses trauma, prosedur operatif dan yang paling umum adalah
karena adanya karies. Hal ini mengakibatkan mikroba atau bakteri mengiritasi
jaringan pulpa dan terjadi peradangan pada jaringan pulpa. Apabila peradangan
terus berlanjut atau terjadi inflamasi kronis pada jaringan pulpa maka pulpa dapat
mengalami kematian atau yang disebut dengan nekrosis pulpa yang diakibatkan
karena kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau
penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang meradang maka
kemampuan untuk mengadakan pemulihan pada sisa jaringan pulpa yang sehat
akan semakin kuat pula yang ditujukan untuk mempertahankan vitalitasnya.2
Beberapa
penelitian
menyatakan
bahwa
inflamasi
pulpa
yang
Berikut ini beberapa jenis bakteri yang menjadi iritan mikroba pada gigi
nekrosis berdasarkan penelitian-penelitian tersebut :5
1. Peptostreptococcus spp.
15
6. Enterococcus spp.
Kelompok Enterococcus merupakan bakteri kokus gram positif. Bakteri ini
bersifat nonhemolitik, katalase negatif, dan merupakan salah satu penyebab
infeksi nosokomial yang paling sering dan resisten terhadap antibiotik tertentu.
Enterococcus lebih resisten terhadap penisilin G daripada Streptococcus. Banyak
isolat Enterococcus yang resisten terhadap vankomisin
2.4 Gejala Klinis
Gejala umum nekrosis pulpa adalah seringkali hampir sama dengan
pulpitis ireversibel, dapat dijumpai adanya nyeri spontan atau tidak ada keluhan
nyeri, tapi pernah nyeri spontan; sangat sedikit atau tidak ada perubahan
radiografik; mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik definitif, seperti
pelebaran jaringan periodontal yang sangat nyata; dan perubahan-perubahan
radiografik mungkin jelas terlihat.1-4
Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial atau total. Tipe parsial dapat
memperlihatkan gejala pulpitis yang ireversibel yaitu menunjukan rasa sakit yang
biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau dingin atau rasa sakit yang timbul
secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam dan
tetap ada setelah stimulus/jejas termal dihilangkan. Pada awal pemeriksaan klinik,
ditandai dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan
oleh hal berikut: perubahan temperature yang tiba-tiba terutama dingin, bahan
makanan manis ke dalam kavitas atau penghisapan yang dilakukan oleh lidah atau
pipi dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah
pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat
datang dan pergi secara spontan tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
digambarkan oleh pasien seperti menusuk, tajam, atau menyentak-nyentak dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar atau terus-menerus tergantung
pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada
tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit
yang menyebar ke gigi didekatnya, ke pelipis, atau ke telinga bila yang terkena
dibagian bawah belakang.
2.5 Diagnosis
I. Metode Diagnosis
17
Perawatan yang tepat dimulai dengan diagnosis yang tepat. Untuk sampai
kepada diagnosis yang tepat diperlukan ilmu pengetahuan, keterampilan dan seni.
Ilmu pengetahuan mengenai penyakit dan gejala-gejalanya serta keterampilan
untuk melakukan cara menguji yang tepat. Gejala adalah kesatuan informasi yang
dicari dalam diagnosis klinis dan didefinisikan sebagai fenomena atau tanda-tanda
suatu permulaan keadaan sakit. Gejala dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
gejala subyektif dan gejala obyektif. Gejala subyektif adalah gejala yang dialami
dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter. Gejala obyektif adalah gejala yang
dipastikan oleh dokter melalui berbagai pemeriksaan.2
II. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)
Anamnesis merupakan percakapan profesional antara dokter dengan
pasienuntuk mendapatkan data atau riwayat penyakit yang dikeluhkan
pasien.Informasi tentang riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian yaitu, riwayat
sosial, dental dan medis. Riwayat ini memberikan informasi yang berguna
merupakan dasar dari rencana perawatan. Guna menghindari informasi yang tidak
relevan dan untuk mencegah kesalahan dalam uji klinis, klinisi harus melakukan
pemeriksaan rutin. Rangkaian pemeriksaan harus dicatat pada kartu pasien dan
harus dijadikan sebagai petunjuk untuk melakukan kebiasaan diagnostik yang
tepat.2
Daftar isian medis yang lengkap yang berisi riwayat medis dan kesehatan
gigi pasien terdiri dari gejala-gejala subjektif. Termasuk di dalam kategori ini
adalahalasan pasien menjumpai dokter gigi, atau keluhan utama. Umumnya, suatu
keluhan utama berhubungan dengan rasa sakit, pembengkakan, fungsi dan estetik.
Keluhan utama pasien merupakan permulaan yang terbaik untuk mendapatkan
suatu diagnosis yang tepat. Keluhan utama yang paling sering melibatkan
perawatan adalah rasa sakit. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang bijaksana
mengenai rasa sakitnya dapat menolong seorang ahli diagnostik menghasilkan
suatu diagnosis sementara dengan cepat. Pasien harus ditanya tentang macam rasa
sakit, lokasinya, lamanya, apa yang menyebabkannya, apa yang meringankannya,
dan pernah atau tidak melibatkan tempat lain.2
III. Pemeriksaan Objektif
18
Setiap kelainan ekstraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan riwayat
dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum meliputi cara berjalan, corak kulit,
mata, bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe. Gejala objektif ditentukan oleh
seorang klinisi. Pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :2
a. Pemeriksaan visual dan taktil
Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan berdasarkan
penglihatan. Hal ini terlalu sering hanya dilakukan sambil lalu selama
pemeriksaan, dan sebagai hasilnya, banyak informasi penting hilang. suatu
pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang cermat
mengandalkan pada pemeriksaan warna, kontur dan konsistensi. Pada jaringan
lunak, seperti gusi, penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan
mudah dikenal bila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang biasanya
timbul adalah pembengkakan, dan konsistensi jaringan yang lunak dan
fluktuasi positif merupakan indikasi keadaan patologis.2
b. Perkusi
Uji ini memungkinkan seseorang mengevaluasi status periodonsium
sekitar suatu gigi. Gigi diberi pukulan cepat dan tidak keras, mula-mula dengan
jari dengan intensitas rendah, kemudian intensitas ditingkatkan dengan
menggunakan tangkai suatu instrumen, untuk menentukan apakah gigi merasa
sakit. Suatu responsensitif yang berbeda dari gigi disebelahnya, biasanya
menunjukkan adanya periodontitis.2
c. Palpasi
Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan
ringan untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit. Meskipun
sederhana, tetapi merupakan suatu tes yang penting.2
d. Mobilitas
Tes mobilitas digunakan untuk mengevaluasi integritas aparatus pengikat
disekeliling gigi. Tes ini terdiri dari menggerakkan suatu gigi ke arah lateral dalam
soketnya dengan menggunakan jari atau, lebih diutamakan, menggunakan tangkai
dua instrument. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah gigi terikat kuat
atau
longgar
pada
alveolusnya.
Jumlah
gerakan
menunjukkan
19
kondisi periodonsium,
makin
besar
gerakannya,
makin
jelek
status
periodontalnya.2
e. Uji termal
Tes ini meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk menentukan
sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun keduanya merupakan tes
sensitivitas, tetapi tidak sama dan digunakan untuk alasan diagnosis yang berbeda.
Suatu respon terhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa memperhatikan
apakah pulpa itu normal atau abnormal. Suatu respon abnormal terhadap panas
biasanya menunjukkan adanya gangguan pulpa atau periapikalyang memerlukan
perawatan endodontik.2
1. Tes panas
.
diberikan
obat-obat
penghilang
rasa
sakit
atau
antiinflamasi (OAINS).
b. Kausatif: diberikan antibiotik (bila ada peradangan).
c. Tindakan: terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar. Preparasi
saluran akar terdiri dari berbagai tindakan, yaitu: preparasi akses,
ekstirpasi
pulpa,
debridement,
drying,
obturasi
dan
restorasi
21
tersisa banyak.
Restorasi Onlay/Uplay: kerusakan melibatkan cusp. Fungsinya
pembuatan Onlay.
Mahkota Intracoronal: restorasi di mana dibuat retensi tambahan
pada bagian kamar pulpa sekaligus sebagai penunjang mahkota
ekstrakoronal.
Adapun indikasi perawatan saluran akar pada gigi dengan
I.
23
2.7 Prognosis
Prognosis bagi gigi baik, apabila diterapi dengan segera menggunakan
antibiotik yang sesuai.7
III. RESUME
Pasien wanita umur 24 tahun, datang dengan Sejak 1 hari yang lalu, pasien
mengeluhkan gigi geraham kanan bawah terasa sakit dan berdenyut, sakit
24
dirasakan hilang timbul, terasa ngilu saat mengunyah makanan terutama makanan
yang asam, manis, dan dingin, serta nafas berbau busuk (+). Pasien sudah
meminum obat dari klinik sebelumnya dan tidak ada perbaikan. 15 tahun yang
lalu, geraham kanan bawah sudah tampak berlubang, pasien sering mengeluhkan
sakit gigi tetapi bisa hilang dengan membeli obat di warung. Pasien tidak pernah
memeriksakan diri ke dokter gigi sebelumnya.
Dari pemeriksaan didapatkan nekrosis (gangren) pulpa dengan abses 47,
nekrosis (gangren) radiks 37, kalkulus 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23,
24, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48,
crowded teeth, dan protrusi. Penanganan yang seharusnya diberikan adalah
Metronidazole 2x500mg, asam mafenamat prn selama 5 hari, drainase abses,
rongent gigi, pencabutan gigi 37, 47, pembuatan gigi palsu 37, 47, scalling gigi,
dan pro Spesialis Ordodontik untuk pemasangan kawat gigi jika pasien bersedia.
IV. PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosis pasien ini sudah tepat?
Diagnosis pada pasien ini adalah gangren pulpa 7.. Hal ini sudah
benar, namun belum lengkap dikarenakan diagnosis pada gigi lainnya
belum ditegakkan. Seharusnya diagnosis untuk pasien ini adalah nekrosis
(gangren) pulpa dengan abses 47, nekrosis (gangren) radiks 37, kalkulus
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 33, 34,
35, 36, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, crowded teeth, dan protrusi.
Penulisan diagnosis masih menggunakan sistem nomenklatur lama,
seharusnya ditulis berdasarkan nomenklatur terbaru yaitu sistem 2 angka
dari Federation Dental International (FDI).
-
25
Kalkulus
Pada semua gigi pasien terdapat kalkulus, tampak plak yang sudah
mengeras.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Abbott PV. Classification, Diagnosis, and Clinical Manifestation of Apical
Periodontitis. In Endodontics Topic 2004. Blackwell Munksgaard; 2004.
8.p:36-54
2. Cohen S. Diagnostic Procedure. In : Pathways of The Pulp Sixth Edition.
Editors: Cohen S, Burns RC. Mosby Incorporated. Canada; 1994. p: 3-23
3. Goodell GG, Tordik PA, Moss HD. Pulpal and periradicular diagnosis.
Nav Dent School J; 2005: 27(9): 15-8
4. Gutmann JL, Dumsha TC, Lovdahl PE, Hovland EJ. Pemecahan Masalah
dalam Endodonsia. EGC. Jakarta; 2000: hal 200-12.
5. Irfan FY. Identifikasi Bakteri pada Saluran Akar Gigi. Hasanuddin
University Repository. Makassar; 2012: hal 1-11
6. Kidd, Edwina A.M dan Bechal. Dasar-Dasar Karies, Penyakit dan
Penanggulangannya.EGC Jakarta:. 1991
28