Bab 7: Al-Masalih Al-Mursalah: Ikhtishar A. Pengertian
Bab 7: Al-Masalih Al-Mursalah: Ikhtishar A. Pengertian
Ikhtishar
A. Pengertian
1. Bahasa
2. Istilah
B. Jenis-Jenis Maslahat
1. Dilihat Dari Sisi Kekuatannya
2. Dari Sisi Diakui atau Tidak Diakuinya Oleh asy-Syari
C. Kehujjahan al-Mashalih al-Mursalah
1. Argumentasi Yang Menolak
2. Argumentasi Yang Menerima
D. Syarat-Syarat Al-Mashalih Al-Mursalah
1. Sesuai Dengan Tujuan Syariah
2. Bisa Diterima Akal
3. Berlaku Umum
A. Pengertian
1. Bahasa
Secara bahasa, al-mashalih al-mursalah ( ) terdiri
dari dua kata, yaitu al-mashalih ( )dan al-mursalah ().
Al-mashalih berposisi sebagai kata yang disifati (), dan almursalah berposisi sebagai kata sifat ().
Al-mashalih merupakan jama taksir dari kata al-mashlahah
(). Al-mashlahah sendiri merupakan bentuk mashdar mimi
dari kata shalaha - yashluhu ( - ), dan mempunyai makna
yang sama dengan kata ash-shalah ( )yaitu ( lawan
311
dari kerusakan).
Sedangkan kata al-Mursalah ( )merupakan isim maful
dari kata arsala yursilu ( - ), yang berarti ( yang
tidak terikat).
Bisa disimpulkan, secara bahasa al-mashalih al-marsalah
berarti kemaslahatan yang tidak terikat.
2. Istilah
Secara istilah, ada beberapa definisi al-mashalih almursalah atau al-mashlahah al-mursalah yang dikemukakan
oleh para ulama. Berikut beberapa di antaranya:
Imam al-Ghazali mendefinisikannya dengan (maslahat)
yang tidak ada nash khusus yang ditunjukkan oleh syariat
tentang pembatalan atau penetapannya.
Syaikh Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikannya dengan
maslahat yang tidak disyariatkan oleh pembuat syariat
ketetapan hukum untuk pelaksanaannya, dan tidak ditunjukkan
penetapan ataupun pembatalannya oleh dalil syari .
Dr. Wahbah az-Zuhaili mendefinisikannya dengan sifatsifat yang sesuai dengan tindakan dan tujuan pembuat syariat,
tetapi tidak ada dalil khusus yang menetapkan atau
membatalkannya, dan dengan penetapan hukum dari sifat-sifat
tersebut akan tercapai kemaslahatan dan terhindar kerusakan
pada manusia.
Dr. Muhammad Husain Abdullah mendefinisikannya
dengan maslahat yang tidak terdapat dalil khusus tentangnya
dari pembuat Syariat, baik yang menunjukkan disyariatkannya
atau tidak disyariatkannya maslahat tersebut.
B. Jenis-Jenis Maslahat
Sebelum lebih jauh membahas tentang al-mashalih almursalah, perlu dibahas dulu tentang maslahat secara umum.
Ada dua sudut pandang dalam pembagian jenis-jenis maslahat
ini, yang pertama dilihat dari sisi kekuatannya, dan yang kedua
312
313
c. At-Tahsiniyat
At-Tahsiniyat
()
adalah
maslahat
yang
keberadaannya akan menghasilkan kebaikan dan kemuliaan
bagi kehidupan manusia. Maslahat ini berada di bawah adhdharuriyat dan al-hajiyat, karena ketiadaannya tidak langsung
merusak penjagaan terhadap agama, jiwa, akal, nasab,
kehormatan dan harta.
Contoh maslahat jenis ini adalah kewajiban thaharah untuk
shalat dan pengharaman makanan-makanan yang buruk serta
kotor.
Bila terjadi benturan antara adh-dharuriyat, al-hajiyat dan
at-tahsiniyat, maka yang didahulukan adalah adh-dharuriyat
baru al-hajiyat dan yang terakhir baru at-tahsiniyat. Bahkan,
sesama adh-dharuriyat pun urutannya dibedakan lagi, dan
penjagaan terhadap agama adalah yang utama. Sebagai contoh,
jihad fi sabilillah disyariatkan untuk menegakkan agama
walaupun harus mengorbankan jiwa dan harta. Allah taala
berfirman:
Dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah. (QS.
Al-Maidah : 41)
314
315
Demi Allah, sesungguhnya saya adalah orang yang paling takut
dan paling bertakwa kepada Allah di antara kalian, tetapi saya
berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur malam, dan saya juga
menikah dengan perempuan. Barangsiapa yang benci terhadap
sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku. (HR. Bukhari
dan Muslim)
316
317
Jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu perkara, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (asSunnah). (QS. An-Nisaa : 59)
318
Hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian. (QS.
Al-Maaidah : 3)
Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu.(QS. An-Nahl : 89)
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. (QS. Al-Anaam : 57)
319
d)
Menggunakan
al-mashalih
al-mursalah
akan
menyebabkan hukum syara bisa berubah-ubah mengikuti
perubahan zaman, keadaan, tempat dan perbedaan orang-orang
yang menerapkannya. Bisa jadi sesuatu itu haram berdasarkan
pertimbangan maslahat menurut seseorang atau di suatu
negeri, namun oleh orang lain atau di negeri lain hal itu boleh
saja.
Ini bertentangan dengan prinsip Islam yang universal dan
lestari sepanjang masa bagi umat Islam hingga hari kiamat.
e) Al-mashalih al-mursalah berada di tengah-tengah dua
kutub, yaitu maslahat yang diakui oleh asy-Syari dan maslahat
yang tidak diakui. Karena tidak diketahui apakah maslahat
dalam al-mashalih al-mursalah ini diakui oleh asy-Syari atau
tidak, maka tidak boleh berhujjah dengannya.
Al-Amidi berkata, Al-mashalih al-mursalah diragukan
keadaanya apakah termasuk maslahat yang diakui oleh asySyari atau yang tidak diakui. Dan mengutamakan salah satunya
tidak bisa dilakukan. Oleh karena itu berhujjah dengannya tidak
bisa dilakukan, karena tidak ada petunjuk yang menyatakan
bahwa ia termasuk maslahat yang diakui oleh asy-Syari.
f) Mengambil al-mashalih al-mursalah yang tidak didukung
oleh nash syari akan menyebabkan lepasnya dari hukumhukum syariah dan malah akan melahirkan kezaliman atas
nama maslahat, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian
penguasa yang zalim.
Ibn Taimiyah berkata: Dari sisi maslahat, ia akan
menghasilkan kekacauan yang besar dalam urusan agama.
Banyak pemimpin dan ahli ibadah melihat suatu maslahat
kemudian kemudian mengerjakannya atas dasar ini. Padahal
diantara maslahat tersebut ada yang terlarang menurut syariah
yang tidak mereka ketahui.
2. Argumentasi Yang Menerima
Ulama yang menggunakan al-mashalih al-mursalah sebagai
dalil juga mempunyai argumentasi, diantaranya:
320
321
322
323