1 Pengertian
Larutan hidrotermal adalah cairan bertemperatur tinggi (100 500oC) sisa
pendinginan magma yang mampu merubah mineral yang telah ada sebelumnya dan membentuk
mineral-mineral tertentu. Secara umum cairan sisa kristalisasimagma tersebut bersifat silika yang
kaya alumina, alkali dan alkali tanah yang mengandung air dan unsur-unsur volatil (Bateman, 1981).
Magma hidrous atau wet magma atau gampangnya magma yang memiliki kandungan H2O cukup
banyak, sebenernya kandungan H2O dalam magma tersebut max adalah 6,2%, ketika magma
mendingin dan mengkristal 3% dari H2O tersebut ikut mengkristal menjadi bagian dari mineral, yaitu
menjadi biotit dan hornblenda, lalu H2O sisanya nya lepas dari magma dan membentuk larutan
magmatik atau larutan hidrotermal. Jadi larutan hidrotermal terbentuk pada bagian akhir dari siklus
pembekuan magma
Larutan hidrotermal umumnya terakumulasi pada litologi dengan permeabilitas
tinggi atau pada zona lemah. Interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yang
dilaluinya (wall rocks) akan menyebabkan terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder
(alteration minerals). Proses terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder akibat interaksi
batuan dengan larutan hidrotermal disebut dengan proses alterasi hidrotermal.
Alterasi hidrotermal merupakan proses yang kompleks, karena meliputi perubahan
secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal dengan
batuan yang dilaluinya pada kondisi fisika kimia tertentu (Pirajno, 1992). Beberapa faktor yang
berpengaruh pada proses alterasi hidrotermal adalah temperatur, kimia, fluida, konsentrasi dan
komposisi batuan samping, durasi aktifitas hidrotermal dan permeabilitas. Namun faktor kimia dan
temperatur fluida merupakan faktor yang paling berpengaruh (Browne, 1994 dalam Corbett dan
Leach, 1995)
Proses hidrotermal pada kondisi tertentu akan menghasilkan kumpulan mineral
tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral atau mineral assemblage (Guilbert dan Park, 1986.
Secara umum kehadiran himpunan mineral tertentu dalam suatu ubahan batuan akan
mencerminkan tipe alterasi tertentu.
I.2 Klasifikasi
Klasifikasi tipe alterasi hidrotermal pada endapan telah banyak dilakukan oleh para ahli,
antara lain Creassey (1956,1966). Lowell dan Guilbert (1970), Rose (1970), Meyer dan Hemley (1967)
serta Thomson dan Thomson (1996). Lowell dan Guilbert membagi tipe alterasi kedalam potasik (Kfeldspar, biotit, serisit,klorit, kuarsa),filik (kuarsa,serisit,pirit hidromika,klorit), argilik
(kaolinit,monmorilonit,klorit) dan propilitik (klorit,epidot).
Tabel Tipe-tipe alterasi berdasarkan himpunan mineral (Guilbert dan Park, 1986)
Tabel Klasifikasi tipe alterasi dan himpunan mineralnya pada endapan epitermal
sulfidasi rendah (Thompson dan Thomson,1996)
Tipe alterasi
Silisik
Kuarsa,kalsedon,opal pirit,hematit
Adularia
Ortoklas (adularia),kuarsa,serisit-illit,pirit
Serisitik, Argilik
Silika-karbonat
Kuarsa, kalsit
d) Serpertinisasi
Batuan yang telah ada beruabah menjadi serperite yang mineral utamanya adalah
Cripiolite disamping ada juga mineral mineral lain. Batuan semuala biasanya batuan basa
(andesitte) yang berubah karena proses hidrotermal maka batuan basa ini berubah menjadi
serpertisasi. Misal : Geruilite di sulawesi dari kalimantan diubah menjadi serpentinisasi.
Serpentinisasi bisa pula akibat dari pada Weathering, tetapi daerah yang teralterasi relatif terbatas
kecil.
Permasalahannya, seringkali kita mendapati dalam satu contoh batuan ditemukan
beberapa mineral dari dua tipe atau lebih. Prosedur yang baik untuk tahap awal observasi batuan
tersebut di atas adalah menulis semua mineral yang tampak sebagai himpunan mineral. Apabila
dalam satu batuan dijumpai mineral-mineral klorit, kuarsa, kalsit, dan kaolinit, maka disebut sebagai
himpunan mineral klorit-kuarsa-kalsit-kaolinit (Sutarto, 2004).
Daftar Pustaka
Artadana, I Putu E., & Purwanto, Heru S., 2011, Geologi, Alterasi dan Mineralisasi Daerah
Nyrengseng dan Sekitarnya, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa barat, Yogyakarta:
Jurusan Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta
Evans, A,M., Ore geology and Industrial Minerals, Blackwell scientific publication.
Guilbert, G.M & Park, C.F., 1986, The Geology of Ore Deposits, W.H. Freeman and Company, New
York.
Hedenquist,J.W., 1998, Hydrotermal System in Volcanic arc, Original of and exploration for
epitermal Gold Deposit, catatan kursus 13 Mei 1998, PT Geoservice Ban
Idrus, Arifudin, & Pramutadi, EB., 2008, Mineralisasi Bijih dan Geokimia Batuan Samping
Vulkaniklastik Andesitik yang Berasosiasi dengan Endapan Tembaga Emas Porfiri Elang, Pulau
Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Yogyakarta: Hurusan Teknik Geologi FT-UGM
http://www.barkervillegold.com,
http://earthsci.org/mineral/mindep/depfile/skarn.htm,
http://www.mistycreekventures.com,
http://geologiblankfive.files.wordpress,
http://geologicalintroduction.baffl.co.uk,