Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gelombang elektromagnetik memiliki sifat :


Pemantulan (refleksi)
Pembiasan (refraksi)
Pelenturan (difraksi)
Berpadu / dijumlahkan (interferensi)
Diuraikan (disperse)
Diserap (polarisasi)
Yang kesemuanya mempunyai karakteristik dan fungsi masing-masing dalam penerapannya. Di
dalam makalah ini akan dijelaskan 3 hal, yakni interferensi, dan polarisasi

B. Rumusan Masalah
Apa itu interferensi difraksi dan polarisasi ?
Apa saja contoh interferensi difraksi dan polarisasi ?

BAB II

PEMBASAN
A. Pengertian Interverensi Cahaya
Interferensi gelombang cahaya mula-mula diperlihatkan oleh Thomas Young dalam tahun 1801.
Dalam percobaannya Young menjelaskan bahwa difraksi merupakan gejala penyebaran arah yang
dialami oleh seberkas gelombang cahaya ketika melalui suatu celah sempit dibandingkan dengan
ukuran panjang gelombangnya. Jika pada difraksi tersebut berkas gelombangnya melewati dua celah
sempit maka ketika dua gelombang atau lebih tersebut bertemu atau berpadu dalam ruang maka
medan-medan tersebut akan saling menambahkan dengan mengikuti prinsip superposisi.
Dengan menggunakan sumber gelombang yang sama (sumber cahayanya sama) dan dengan panjang
gelombangnya diketahui juga, maka dapat ditentukan jarak yang sangat pendek serta sifat medium
optiknya akan mudah teramati.
Pemantulan dan pengendalian semua variabel proses seperti daya, temperatur, dan tekanan
merupakan kebutuhan mutlak dalam bidang industri. Instrumentasi merupakan alat yang dapat
digunakan untuk memantau dan mengendalikan variabel proses tersebut. Dari hasil pemantulan
maka dapat diketahui apakah sistem berjalan sesuai dengan yang dikehendaki atau tidak. Bila terjadi
penyimpangan, maka diperlukan tindakan kontrol sehingga proses dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
Salah satu peralatan instrumentasi yang banyak digunakan adalah Interferometer. Interferometer
merupakan perangkat ukur yang memanfaatkan gejala interferensi. Interferensi adalah suatu
kejadian dimana dua gelombang atau lebih berjalan melalui bagian yang sama dari suatu ruangan
pada waktu yang bersamaan. Hal ini mengakibatkan terjadinya superposisi dari gelombang
gelombang tersebut sehingga menghasilkan pola intensits baru.
Dengan ditemukannya sinar laser yang mempunyai sifat koheren, maka Interferometer dapat
menjadi perangkat yang sangat berguna dalam industri. Interferometer dapat digunakan untuk
mengukur getaran permukaan, simpangan, kecepatan partikel, temperatur dan sebagainya.
Pengukuran berlangsung tanpa kontak mekanik sehingga tidak membebani obyek yang diukur.
Disamping itu kepekaannya sangat tinggi: simpangan dengan orde kurang dari panjang gelombang
cahaya dapat dideteksi dengan mudah.
Suatu perpaduan dari dua buah gelombang yang datang bersamaan di suatu tempat yang
mempunyai 2 syarat yang harus dipenuhi :
Kedua sumber cahaya harus koheren = memiliki beda fase yang selalu tetap, karena harus memiliki
frekuensi yang sama dan boleh nol tetapi tidak harus nol
Kedua gelombang cahaya memiliki amplitude yang hampir sama jika tidak interferensi yang
dihasilkan kurang kontras

Untuk menghasilkan sumber cahaya yang koheren, dilakukan berbagai percobaan. Di antaranya
Thomas yang menggunakan dua buah celah sempit. Sebagai sumber cahaya yang baru.
Contoh :
Interferensi adalah pelangi yang terlihat dalam gelembung sabun, kilauan warna dari
bulu burung, bila pada air yang tenang kemudian kita memasukkan jari kita maka akan terbentuk
muka gelombang berupa lingkaran-lingkaran dengan tempat gangguan sebagai pusatnya
Gejala yang ditimbulkannya :
Garis Terang (interferensi maksimum / konstruktif)
Interfrensi maksimum menghasilkan garis terang pada layar. Pola ini terjadi jika selisih lintasan
sumber (S) sama dengan nol atau kelipatan genap dari setengah panjang gelombang
Garis gelap (interferensi minimum / destruktif)
Interferensi minimum, menghasilkan garis gelap pola layar. Pola ini terjadi jika selisih lintasan
sumber (S) sama dengan kelipatan ganjil dari setengah panjang gelombang

a)

Syarat Interferensi Maksimum (Konstruktif)

Seperti yang telah kita ketahui dari pembahasan gelombang sebelumnya, interferensi maksimum
terjadi jika kedua gelombang memiliki fase yang sama (sefase). Dua gelombang memiliki fase yang
sama apabila selisih lintasannya sama dengan nol atau bilangan bulat kali panjang gelombang ( ).
Secara matematik dapat dituliskan persamaan:
d sin = m. ;

m = 0, 1, 2, 3.......

Bilangan m disebut orde atau nomor terang. Untuk m = 0 disebut maksimum orde ke nol (terang
pusat), untuk m = 1 disebut terang ke-1, dan seterusnya. Karena 1>d, maka sudut sangat kecil. Jadi,
dapat digunakan pendekatan sin sehingga persamaan tersebut menjadi:
Pd=m
Dengan p adalah jarak terang ke-n dari terang pusat.

b)

Syarat Interferensi Minimum (Destruktif)

Interferensi minimum terjadi jika beda fase kedua gelombang 1800 atau rad. Ini berarti beda
lintasan kedua gelombang sama dengan bilangan ganjil kali setengah . Secara sistematik juga dapat
ditulis:
d sin = (m-) ;

m = 1, 2, 3.......

Bilangan m disebut orde atau nomor gelap. Tidak ada gelap ke nol. Untuk m = 1 disebut minimum
orde ke-1 atau gelap ke-1, dan seterusnya. Mengingat sin maka persamaan menjadi:

P d = (m-)
Dengan p adalah jarak gelap ke-m dari terang pusat.

a)

Interferensi Cahaya pada Celah Ganda

Percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young dan Fresnel pada dasarnya adalah sama, yang
membedakan adalah dalam hal mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren. Thomas Young
mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan menjatuhkan cahaya dari sumber
cahaya pada dua buah celah sempit yang saling berdekatan, sehingga sinar cahaya yang keluar dari
celah tersebut merupakan cahaya yang koheren.
Sebaliknya Fresnel mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan memantulkan cahaya
dari suatu sumber ke arah dua buah cermin datar yang disusun hampir membentuk sudut 180o,
sehingga akan diperoleh dua bayangan sumber cahaya.
Sinar yang dipantulkan oleh cermin I dan II dapat dianggap sebagai dua gelombang cahaya yang
koheren. Untuk menunjukkan hasil interferensi cahaya, di depan celah tersebut diletakkan layar
pada jarak L maka akan terlihat pada layar berupa garis gelap dan terang.
Garis terang merupakan hasil interferensi yang saling memperkuat dan garis gelap adalah hasil
interferensi yang saling memperlemah. Hasil interferensi bergantung pada selisih jarak tempuh/
lintasan cahaya dari celah ke layar.
2. Interferensi pada Selaput Tipis
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita melihat adanya warna-warna pelangi yang terjadi pada
gelembung air sabun atau adanya lapisan minyak di permukaan air jika terkena cahaya matahari. Hal
ini menunjukkan adanya interferensi cahaya matahari pada selaput tipis air sabun atau selaput tipis
minyak di atas permukaan air.
Interferensi cahaya terjadi dari cahaya yang dipantulkan oleh lapisan permukaan atas dan bawah
dari selaput tipis tersebut. Gambar tersebut melukiskan seberkas sinar monokromatik jatuh pada
selaput tipis setebal d, pada lapisan atas selaput cahaya dipantulkan (menempuh lintasan AE) dan
sebagian dibiaskan yang kemudian dipantulkan lagi oleh lapisan bawah menempuh lintasan ABC.

Antara sinar yang menempuh lintasan AE dan ABC akan saling berinterferensi di titik P tergantung
pada selisih jarak lintasan optik.

BAB III

C. Polarisasi

Polarisasi merupakan proses pengkutuban atau penyerapan/pemfilteran cahaya sehingga dihasilkan


arah gelombang cahaya yang sesuai. Polarisasi bisa kita rasakan saat siang hari yang cerah warna
langit menjadi biru atau dalam dunia modern ini polarisasi dimanfaatkan untuk pemakaian kacamata
polarisasi atau juga untuk kacamata 3D.
Sebagai gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Polarisasi cahaya dapat
disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan
(refraksi) ganda dan hamburan.

Polarisasi karena Refleksi


Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya membentuk
sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena
itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip + r = 90 atau r = 90 ip . Dengan demikian,
berlaku pula

Jadi, diperoleh persamaan

Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat cahaya
terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di
atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.

Gambar 1. Polarisasi karena refleksi


-Polarisasi karena absorbsi selektif

Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya dengan orientasi
sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.

Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat
meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain.
Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.

Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut
analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut

Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu hanya
komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya terpolarisasi menuju
analisator. Di analisator, semua komponen E yang tegak lurus sumbu transmisi analisator diserap,
hanya komponen E yang sejajar sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik yang
diteruskan analisator menjadi:
E2 = E cos

Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki
intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:
I1 = I0
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan intensitas
menjadi:
I2 = I1 cos2 = I0 cos2
Polarisasi karena pembiasan ganda
Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal
ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahanbahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena
bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua arah
yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar biasa),
sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa).
Polarisasi karena hamburan
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan
memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh
partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami
hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang ada di
langit kita.

Gambar 5. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan


Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara di atmosfer
sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru
memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang lebih
banyak dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita.

BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
Interferensi adalah penjumlahan superposisi dari dua gelombang cahaya atau lebih yang
menimbulkan pola gelombang yang baru.
Polarisasi merupakan proses pengkutuban atau penyerapan/pemfilteran cahaya sehingga dihasilkan
arah gelombang cahaya yang sesuai

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Bambang Ruwanto, M.Si. Asas-Asas Fisika 3A. 2005. PT. Ghalid Indonesia. Bogor

Buku Penuntun Belajar Fisika. 2004. Sagulindo Kinarya. Modul Dosen

http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2284844-pengertian-difraksi-fisika/#ixzz2Hw3NeR8F

Anda mungkin juga menyukai