Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
I.I

Latar Belakang
Menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa

melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah kendali hormonal dan berulang
secara normal, biasanya interval sekitar empat minggu (28 hari) tanpa adanya
kehamilan selama periode reproduktif pada wanita dan beberapa spesies primata 1.
Discharge dari menstruasi terdiri dari cairan jaringan (20-40%,), darah (50 80 %),
dan fragmen-fragmen endometrium. Menstruasi terjadi dengan selang waktu 21 35
hari (dihitung dari hari pertama keluarnya darah menstruasi hingga hari pertama
berikutnya 2.
Menstruasi dapat dianggap normal bila terjadi dalam rentang waktu 21 35
hari, lamanya perdarahan kurang dari 7 hari, dan jika jumlah darah yang hilang tidak
melebihi 80 cc. Jika tidak demikian maka seseorang dianggap mengalami gangguan
dalam menstruasi. Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir
masa reproduksi, yaitu dibawah usia 19 tahun dan di atas usia 39 tahun 2.
Cakir, et al (2007) dalam penelitiannya di Turki menemukan
bahwa

dismenorea

prevalensi
(31,2%),

terbesar
serta

merupakan
(89,5%),

perpanjangan

gangguan

diikuti
durasi

menstruasi

ketidakteraturan
menstruasi

dengan

menstruasi

(5,3%).

Pada

pengkajian terhadap penelitian- penelitian lain didapatkan prevalensi


dismenorea bervariasi antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi
pada remaja.7 Mengenai gangguan lainnya, Bieniasz, et al (2007) dari
Wroclaw Medical University mendapatkan prevalensi amenorea primer
sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%,
polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%. Dalam
penelitian Yassin (2012) di Alexandria, persentasi remaja putri yang
mengalami polimenorea adalah 6,8%, oligomenorea adalah 8,4%,
menoragia adalah 2,5% dan hipomenorea adalah 12,4% 5.
Dalam

RISKESDAS

(2010)

dinyatakan

bahwa

persentase

perempuan usia 10-59 tahun di Sulawesi Selatan yang mengalami haid


tidak teratur sebesar 14,5%. Lebih rinci lagi, sebanyak 11,7% remaja
berusia 15-19 tahun di Indonesia mengalami haid tidak teratur dan

sebanyak 14,9% perempuan yang tinggal di daerah perkotaan di


Indonesia mengalami haid tidak teratur 5.

Berdasarkan uraian di atas, referat ini bertujuan untuk menerangkan kepada


pembaca tentang fisiologis menstruasi dan apa saja gangguan yang dapat terjadi pada
menstruasi.
I.2

Perumusan Masalah
Adapun permasalah dari penulisan referat ini adalah :
I.2.1. Apa pengertian fisiologi menstruasi
1.2.2. Bagaimana proses menstruasi
I.2.2. Apa saja gangguan pada menstruasi

I.3

Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah :
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian fisiologi menstruasi
1.3.2. Untuk mengetahui proses fisiologi menstruasi
1.3.2. Untuk mengetahui gangguan-gangguan pada menstruasi

BAB II
LANDASAN TEORI
II. Tinjauan Pustaka
II.1.

Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa

melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah kendali hormonal dan berulang
secara normal, biasanya interval sekitar empat minggu (28 hari) tanpa adanya
kehamilan selama periode reproduktif pada wanita dan beberapa spesies primate 1.
Discharge dari menstruasi terdiri dari cairan jaringan (20-40%,), darah (50 80 %),
dan fragmen-fragmen endometrium. Menstruasi dikatakan normal bila terjadi dalam
selang waktu 21 35 hari, perdarahan kurang dari 80 cc, dan lamanya perdarahan
kurang dari 7 hari 2.
II.2.

Fisiologi Menstruasi
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen :

siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi fase
follikular dan fase luteal, mengingat siklus uterus juga dibagi sesuai fase proliferasi
dan sekresi. Siklus ovarium digolongkan seperti :
a. Fase follikuler: pada fase ini terjadi umpan balik hormonal yang menyebabkan
maturisasi follikel pada pertengahan siklus yang dipersiapkan untuk ovulasi.
Lama fase folikuler ini kurang lebih 10-14 hari.
b. Fase luteal: yaitu fase waktu dari awal ovulasi sampai awal menstruasi, dengan
waktu kurang lebih 14 hari.
II.2.1 Siklus Ovarium
Sejak lahir terdapat banyak folikel primordial di dalam kapsul ovarium. Tiaptiap folikel mengandung ovum imatur. Pada permulaan setiap daur, beberapa
folikel membesar dan terbentuk suatu rongga di sekitar ovum (pembentukan
antrum). Biasanya satu folikel dari salah satu ovarium mulai tumbuh cepat pada
sekitar hari keenam dan menjadi folikel dominan, sementara yang lain mengalami
atresia yang melibatkan proses apoptosis 3. Selama perkembangan folikel, sewaktu
oosit primer sedang melaksanakan sintesis dan menyimpan berbagai bahan untuk
digunakan kemudian jika dibuahi, terjadi perubahan perubahan penting di sel
sel yang mengelilingi oosit reaktif sebagai persiapan untuk pelepasan telur dari
ovarium. Pertama, selapis sel-sel granulosa di folikel primer berproliferasi untuk

membentuk beberapa lapisan mengelilingi oosit. Sel sel granulosa ini


mengeluarkan

bahan

kental

mirip-gel

yang

membungkus

oosit

dan

memisahkannya dari sel-sel granulosa di sekitarnya (zona pelusida) Saat yang


sama, sel sel jaringan ikat khusus di ovarium di tepi folikel yang sedang tumbuh
berproliferasi dan berdiferensiasi untuk membentuk sel teka pada bagian luarnya.
Sel teka dan granulosa disebut sel folikel yang berfungsi mensekresikan esterogen
dimana estradiol merupakan esterogen utama dari ovarium. Sebagian dari estrogen
disekresikan ke darah dan sebagian berkumpul pada cairan antrum. Oosit
mencapai ukuran maksimum pada saat antrum terbentuk, dan pada hari ke -14
terbentuklah folikel de Graaf. Folikel de Graaf pecah pada hari ke-14 dan
terjadilah proses ovulasi. Ovum segera diambil oleh fimbrie untuk disalurkan
menuju uterus dan vagina 4.
Korpus yang pecah segera terisi darah (folikel rubrum/korpus hemoragikum.
Perdarahan ringan ke rongga abdomen terjadang menimbulkan iritasi peritoneum
sehingga

terjadi

nyeri

abdomen

bawah

yang

berlangsung

singkat

(mittelschamerz). Sel teka dan granulosa kembali berproliferasi dan bekuan


darah dengan cepat diganti oleh sel luteal yang kaya lemak dan berwarna
kekuningan, membentuk korpus luteum dimana saat ini siklus ovarium telah
mencapai fase luteal pada daur haid. Bila terjadi kehamilan korpus luteum akan
bertahan dan biasanya tidak terjadi lagi periode haid sampai setelah melahirkan.
Bila tidak terjadi kehamilan, korpus luteum mulai mengalami degenerasi sekitar 4
hari sebelum haid yang berikutnya (hari ke 24) 3,4.
Pada manusia, selama perkembangan janin, ovarium mengandung lebih dari 7
juta folikel primordial. Namun, banyak yang mengalami atresia sebelum lahir dan
yang lain menghilang setelah lahir. Pada saat lahir, terdapat 2 juta ovum, namun
50 % mengalami atresia. Proses atresia tetap terjadi hingga pada saat pubertas
berjumlah 300.000 di kedua ovarium dan hanya sekitar 500 ovum yang mencapai
kematangan selama masa reproduksi normal. 3
II.2.2. Siklus Uterus
Pada akhir menstruasi, semua lapisan endometrium kecuali lapisan dalam
telah terlepas. Kemudian terbentuk kembali endometrium baru di bawah pengaruh
estrogen dari folikel yang sedang tumbuh. Ketebalan endometrium cepat meningkat
dari hari ke-5 sampai ke-14

daur haid. Seiring dengan peningkatan ketebalan,


5

kelenjar uterus tertarik keluar sehingga memanjang, namun kelenjar tersebut tidak
menjadi berkelok-kelok atau mengeluarkan secret. Perubahan endometrium ini
disebut fase proliferatif atau fase praovulasi atau folikular. Setelah ovulasi ,
vaskularisasi endometrium menjadi agak sembab dibawah pengaruh estrogen dan
progesterone dari korpus luteum. Kelenjar mulai bergelung dan berkelok-kelok, serta
mulai menyekresikan cairan jernih yang disebut sebagai fase sekretorik atau luteal.
Pada akhir fase luteal, endometrium, seperti hipofisis anterior, menghasilkan
prolactin, namun fungsi endometrium ini tidak diketahui. 3
Endometrium diperdarahi oleh dua jenis arteri dimana 2/3 endometrium yang
terlepas saat haid (stratum fungsional) dipasok oleh arteri spiralis sedangkan bagian
dalam yang tidak terlepas (stratum basal) diperdarahi oleh arteri basilaris. Pada saat
korpus luteum mengalami regresi, pasokan hormon untuk endometrium terhenti.
Endometrium menjadi lebih tipis, menambah gulungan arteri spiralis. Fokus nekrosis
kemudian bermunculan di endometrium kemudian bersatu. Selain itu, terjadi spasme
dan degenerasi dinding arteri spiralis, yang menyebabkan timbulnya bercak
perdarahan yang kemudian menyatu dan dan menghasilkan darah haid. Vasospasme
mungkin disebabkan oleh prostaglandin yang dilepaskan secara lokal. 3
II.3.

Fungsi Hormon Dalam Siklus


Siklus menstruasi melibatkan kerja dari sejumlah sistem hormon yang

kompleks dan terkoordinasi dengan baik. Proses ini dipengaruhi oleh mekanisme
neuro endokrin yang sangat kompleks. Koterks serebri, hipofisis, ovarium dan
rangsangan eksterna akan dapat mempengaruhi fungsi reproduksi. Kelenjar hipofisis
dalam melakukan fungsinya dipengaruhi oleh hipotalamus. Hipotalamus sendiri juga
dipengaruhi oleh korteks serebri dan faktor faktor eksterna. Ada suatu teori yang
menyatakan bahwa dengan jalan transducer, pengaruh ekstrena disalurkan melalui
serabut serabut saraf tertentu dari berbagai sentrum dalam otak yang lebih tinggi ke
hipotalamus dan kemudian ke hipofisis.
Hubungan sentrum yang lebih tinggi

kehipotalamus ke hipofisis bersifat

ganda. Hipotalamus dan neurohipofisis dihubungkan secara neural, sedang


hipotalamus dan bagian anterior hipofisis atau adenohipofisis secara neurohumoral
dengan sistem vaskuler yang khas yang disebut sirkulasi portalhipofisis. Hipotalamus
mempengaruhi adenohipofisis dengan melepaskan releasing factor (RF) atau releasing

hormon (RH). Disamping itu hipotalamus juga mengeluarkan zat yang menghambat
adenohipofisis yang disebut dengan inhibiting factor (IF) atau inhibing hormon (IH).
Hipofisis
dibawah pengaruh
releasing hormone, adenohipofisis
mengeluarkan hormone tropik dan hormon ovarium. Hormon tropik tersebut adalah
thyroid stimulating hormone (TSH), adrenocorticotrophin hormone (ACTH), growth
hormone (GH) ,melanocyt stimulating hormone (MSH), follicle stimulating hormone
(FSH), luteinzing hormone (LH), dan prolaktin; sementara hormon ovariumnya, yaitu
estrogen, progesteron, androgen, dan relaksin. Siklus menstruasi dibawah pengaruh
hormone FSH dan LH menyebabkan folikel primer mulai berkembang dan
memproduksi estrogen. Estrrogen ini dikeluarkan oleh sel sel teka dari follikel.
Sesudah folikel matang dan ovulasi terjadi, terbentuk korpus luteum: sel sel granulose
dari korpus luteum mengeluarkan estrogen dan progesterone. Sedangkan androsteron
dan androstenadion merupakan produksi dari stroma ovarium 4.
Estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri ciri kelamin
sekunder dan mempunyai pengaruh terhadap psikologi perkembangan kewanitaan.
Efek utama estrogen adalah pertumbuhan alat genital wanita dan kelenjar mamma.
Vulva dan vagina berkembang di bawah pengaruh

estrogen, hormone ini

mempengaruhi jaringan epitel, otot polos, dan merangsang pembuluh darah alat alat
tersebut. Estrogen juga menyebabkan proliferasi epitel vagina , penimbunan glikogen
dalam sel epitel yang oleh basil doderlein diubah menjadi asam laktat sehingga
menyebabkan pH vagina menjadi rendah.
Disamping itu estrogen mempunyai fungsi :
a. mempengaruhi hormone lain, yaitu:
1. menekan produksi hormone FSH dan menyebabkan sekresi LH
2. merangsang pertumbuhan follikel didalam ovarium, sekalipun
tidak ada FSH.
3. menimbulkan proliferasi dari endometrium baik kelenjarnya
maupun stromanya.
4. mengubah uterus yang yang infantile menjadi matur.
5. merangsang pertumbuhan dan menambah aktifitas otot otot tuba
6.

fallopi.
servik uteri menjadi lembek, ostium uteri terbuka disertai lendir
yang bertambah banyak, encer, alkalis dan aselluler dengan pH

yang bertambah sehingga mudah dilalui spermatozoa.


7. menyebabkan pertumbuhan sebagian lobuli alveoli dan saluran
glandula mamma.
Progesteron serum mencapai maksimum lebih dari 10 ng/ml kira kira 1
minggu setelah ovulasi. Kadar progesterone yang bertambah dari kurang 1 ng/ml
7

menjadi lebih besar 5 ng/ml menunjukkan adanya ovulasi. Progesterone dapat berasal
dari korpus luteum, plasenta, dan adrenal. Progesteron memiliki beberapa fungsi
sebagai berikut , yaitu menyiapkan endometrium untuk implantasi blastokist;
mencegah kontraksi otot otot polos terutama uterus dan mencegah kontraktilitas
uterus secara spontan karena pengaruh oksitosin; menjadikan cervix uteri kenyal;
mempengaruhi tuba fallopi; merangsang natriuresis dan sebaliknya menambah
produksi aldosteron; merangsang pusat pernafasan sehingga respirasi bertambah;
mungkin menambah sekresi LH. dan tidak menekan produksi FSH dan tidak
berkhasiat dalam menghilangkan gejala gejala vasomotor pada masa menopause 6.
Androgen dapat dibentuk oleh ovarium, terutama dalam sel sel stroma ; androgen
utamanya adalah androstenedion dengan daya androgen yang lemah tetapi dapat
diubah diperifer menjadi testosterone yang bersifat androgen kuat. Peranan androgen
pada wanita belum diketahui dengan pasti 4
II.4.

Efek Umpan Balik

Garis putus putus menandakan efek inhibisi sedangkan gari hitam pada
menandakan eksitasi. Perlu diperhatikan bahwa kadar esterogen dalam darah dalam
jumlah sedang dan konstan menimbulkan efek umpan balik negative pada sekresi LH,
sedangkan selama siklus, peningkatan kadar esterogen menimbulkan efek umpan
balik positif dan merangsang sekresi LH. Bila kadar progesterone dalam darah tinggi,
efek umpan balik positif esterogen akan terhambat. Perlu dipahami juga sebagai
tambahan, wanita yang tidak menyusui bayinya biasanya mendapat periode haid
pertamanya 6 minggu setelah persalinan tetapi pada wanita yang menyusui secara
teratur mengalami amenorea selama 25 30 minggu. Menyusui merangsang prolactin
dimana prolactin akan memberikan feedback negative kepada sekresi GnRH 3.
II.5.

Gangguan pada menstruasi


Gangguan pada menstruasi dapat dilihat berdasarkan perubahan pada lamanya

siklus menstruasi, jumlah darah menstruasi, dan gangguan pada siklus dan jumlah
darah menstruasi. Menurut Wknjosastro, Gangguan Haid dan siklusnya dapat
digolongkan dalam:
Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid
a. Hipermenorea atau menoragia
b. Hipomenorea
Kelainan siklus
a. polimenorea
b. oligomenorea
c. amenorea
Perdarahan di luar haid
a. metroragia
Gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid
a. premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b. mastodinia
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenorea
II.5.1. Ammenor dan Oligomenore
Oligomenore adalah keadaan dimana siklus lebih dari 35 hari. Jika terjadi
lebih dari 70 hari (tanpa adanya kehamilan) disebut amenore sekunder. Amenore

primer dibuat jika belum menstruasi pada usia 16 tahun. Menstruasi yang kurang dari
21 hari disebut epimenore atau polimenore.
Amenore primer kelainan duktus muller, tidak adanya uterus, agenesis
vagina, septum vagina transversal, hymen imperforate. Pada

3 penyebab

terakhir terjadi proses menstruasi tetapi discharge tidak dapat keluar

(kriptomenore)
Amenore sekunder kehamilan, penurunan berat badan, hiperprolaktinemia
dan prolactin secreting tumour, amenore hipotalamus, sindroma polikistik
ovarium, gagal gonad primer. 2

II.5.2. Menoragia
Menoragia adalah pengeluaran darah yang banyak dan dapat disebabkan oleh
penyebab organic, tetapi pada kebanyakan kasus adalah disfungsional, dengan kata
lain disebabkan oleh perubahan endokrin atau pengaturan endometrium lokal pada
menstruasi. Penyebab organic antara lain : mioma uteri, adenomiosis, polip
endometrium, infeksi pelvis kronis, diskrasia darah, dan hipotiroidisme.
II.5.3. Metroragia
Metroragia adalah periode perdarahan menstruasi lebih dari 7 hari. Dapat
disebabkan oleh luka, karsinoma korpus uteri, peradangan, hormonal, hipofisis,
psikis, neurogen, tumor atau polikistik ovarium
II.5.4. Menometroragia
Merupakan sebuah keadaan dimana perdarahan lebih dari 80 cc dan periode
perdarahan mencapai lebih dari 7 hari.
II.5.5. Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan haid
Penyebab pendarahan yang tidak normal bisa disebabkan oleh berbagai hal.
Yang paling umum adalah ketidakseimbangan hormon. Menstruasi terjadi karena
adanya hormon FSH , LH, estrogen, progesteron, prolaktin dan testosteron. Hormon
FSH dan LH itu keluar atas perintah hipotalamus dan hipotalamus memerintahkan
indung telur untuk mengeluarkan estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron
memiliki pengaruh terhadap selaput dalam rahim untuk mengeluarkan darah
mentruasi. Seandainya regulasi ini bermasalah, outputnya jadi bermasalah juga.
Perubahan pola haid dipengaruhi usia seseorang, stres, pemakaian kontrasepsi,
penyakit pada ovarium misalnya: tumor, gangguan pada sistem saraf pusatHipotalamus-Hipofisis.
Panjang siklus haid tidak sama untuk setiap wanita. Perubahan pola haid
10

normalnya terjadi pada kedua ujung siklus haid ,yaitu waktu remaja dan menjelang
menoupase. rata-rata pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43
tahun ialah 27,1 hari dan pada wanita usia 55 tahun ialah 51,9 hari.
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah kehamilan. Kontrasepsi
biasanya dipakai oleh wanita usia subur. Kontrasepsi mempengaruhi hormonal dan
hipotalamus. Dimana hipofisis mengeluarkan FSH dan LH. Hormon-hormon ini dapat
merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron.
Dua hormone ini menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam
keseimbangan yang tertentu menyebabkan ovulasi, dan akhirnya penurunan kadarnya
mengakibatkan disintegrasi endometrium dan haid
Gangguan di hipofisis, hal ini dapat membuat nekrosis karena spasme atau
thrombosis arteriola-arteriola pada pars anterior hipofisis. Dengan nekrosis fungsi
hipofisis terganggu dan menyebabkan menurunnya pembuatan hormon-hormon
gonadotropin, tireotropin, kortikotropin, somatotropin, dan prolactin.
Endometriosis atau adanya kelenjar atau stroma pada endometrium, hanya 1020 % yang menyerang wanita yang aktif menstruasi.
Stres mempengaruhi fungsi normal menstruasi. Pada keadaan stres,
mengaktifkan hipotalamus menyekresikan CRH. CRH mempunyai pengaruh negatif
terhadap pengaturan sekresi GnRH. Pelepasan GnRH inilah menyebabkan
pengeluaran LH dan FSH sebagai hormon pengatur menstruasi
Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit salah satunya
menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada menstruasi. Kebanyakan wanita
mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasi, stres melibatkan sistem
endokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita 5
II.5.6. Penanganan Gangguan Haid
50 % dari kaum wanita pernah mengalami gangguan haid pada masa remaja.
Biasanya gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun. Karena
tingginya kejadian ini, berbagai pengobatan pun telah diberikan.
Ketidakteraturan menstruasi biasanya tanpa sebab fisik dihubungkan dengan
disfungsi hipotalamus, yang dapat dikaikan dengan stres fisik (misalnya cedera kepala
ringan) atau stres emosional (misalnya ketika akan menghadapi ujian). Ada beberapa
cara untuk menghadapi keadaan ini secara medis. Cara paling mudah adalah dengan
memberikan pil KB, yang mengandung progesteron dan estrogen dalam kadar

11

tertentu. Berikan selama 10-12 hari. Dalam 7 hari pasien akan mengalami perdarahan.
Progesteron bekerja dengan memproduksi estrogen dari dalam tubuhnya
sendiri, membangun dan meluruhkan lapisan dalam rahim, melindunginya dari
overstimulasi endometrium.
Cara lain untuk menanggani gangguan menstruasi yang tidak teratur adalah
mengobati akar permasalahannya dan ini memerlukan peran seorang ginekolog.
Terapi unruk hipermenorea (menoragia) khususnya pada mioma uteri
tergantung pada penangganan mioma uteri, sedangkan pada wanita yang didiagnosis
menderita polip endometrium penangganannya adalah kuretase.
Terapi untuk amenorea primer, jika amenorea menetap 9-12 bulan dan
anovulasi merupakan penyebab utama, dapat diberikan klomifen, terutama Klomifen
merupakan anti estrogen. Dengan pengobatan ini kira-kira 90 % wanita amenorea dan
40 % wanita yang mengalami oligomenorea akan membaik. Terapi amenorea
sekunder perbaiki kebiasaan makan dan menjaga kebersihan diri 5.
Terapi untuk perdarahan uterus disfungsional umumnya terdiri dari
pengobatan secara hormonal dan secara bedah. Secara hormonal dapat diberikan
progestogen, kontrasepsi oral, danazol, atau levonorgestrel intrauterine. Pada terapi
bedah dapat diberikan kuretase, ablasi endometrium, dan histerektomi 2.
Untuk gangguan haid lainnya cukup diberikan keterangan bahwa hal tersebut
tidak mengganggu fertilitas/kesuburan dari wanita yang bersangkutan.
Ada banyak cara untuk mengobati kram. Olahraga adalah terapi yang sangat
efektif, seperti juga diet yang bergizi. Kalsium dan vitamin B6 telah dikaitkan sebagai
pereda nyeri/kram. Obat antiprostaglandin seperti aspirin, naproxen, ibuprofen
merupakan obat ideal untuk kram menstruasi. Obat ini diminum sejak terasa sakit
selama 2-3 hari.
Kebanyakan dari mereka yang mengeluhkan rasa sakit tidak memerlukan
pengobatan, tetapi butuh pengertian dan penerangan. Jika sakit semakin parah
segeralah berobat ke dokter5

12

BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Pemahaman terhadap fisiologi haid dan kelainan-kelainan yang dapat
muncul pada gangguan haid penting diketahui untuk merencanakan kehamilan
dan menjaga kesehatan serta terhadap pencegahan dari morbiditas
III.2. SARAN
Pembaca diharapkan dapat memahami fisiologi dan juga kelainan
terhadap siklus haid sehingga dalam penerapan keilmuan kepada pasien dapat
dilakukan secara holistik dan maksimal.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland. Kamus Kedokteran. Edisi 29. Philladelphia Saunders Company.2002
2.

Berek, J.S. Reproductive Physiologi. In Berek & Novaks Ginecology. 13 th


California: Lippincot William & Wilkins. 2002

3. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. EGC-Jakarta. 2005
4. Sherwood L. 2008. Human Physiology, From Cells to Systems.
7th ed. Belmont : Brooks-Cole
5. Wahyuni Pradyptasari, et al. Hubungan mengkonsumsi makanan mengandung
fitoesterogen dengan siklus menstruasi pada siswi kelas X SMAN 21 Makasar.
2013
6.

Guyton, C. A. & Hall, J.E. Female Physiology Before Pregnancy and Female
Hormones. In: Textbook of Medical Physiology. 11 th. 2006

14

Anda mungkin juga menyukai