menjadi
penyebab
terbesar
hilangnya
kenekaragaman
hayati.
3. Global Pupulation
Pertumbuhan penduduk (Population Growsth) adalah perubahan jumlah penduduk
di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk
pada waktu sebelumnya. Pertambahan penduduk duia yang mengikuti pertumbuhan
secara ekponsial merupakan permasalahan lingkungan. Dampaknya: terjadinya
pertumbuhan penduduk akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan sumber daya alam
dan ruang.
Bagi
mereka
para
peladang berpindah,
dengan
meningkatnya
proses fabrikasi. Selain itu CFC-113 digunakan untuk dry-cleaning dan spotcleaning pada industri tekstil.
4) Haloncarbon yang digunakan dalam zat cair pemadam kebakaran (aerosol fire
extinguiser) seperti Methyl Bromide,Carbon Tetrachloride,dan Methyl
Chloroform.
5) Penggunaan methyl chloroform dan carbon tetrachloride sebagai bahan pelarut
(solvent).
4) Pada bidang pertanian, penerimaan sinar ultra violet pada tanaman dapat
memusnahkan hasil tanaman utama dunia. Hasil kajian menunjukkan beberapa
hasil tanaman mengalami penurunan karena penerimaan sinar radiasi yang
semakin
tinggi.
Tanaman
diperkirakan
akan
mengalami
kelambatan
pertumbuhan, bahkan akan cenderung kerdil, sehingga merusak hasil panen dan
hutan-hutan yang ada. Radiasi penuh ini juga dapat mematikan anak-anak ikan,
kepiting dan udang di lautan, serta mengurangi jumlah plankton yang menjadi
salah satu sumber makanan kebanyakan hewan-hewan laut. Kerusakan lapisan
ozon juga memiliki pengaruh langsung pada pemanasan bumi yang sering
disebut sebagai efek rumah kaca. Usaha-usaha untuk mencegah penipisan
ozon menjadi mulai dilakukan bersama oleh semua negara di dunia. Usaha itu
pun telah di galakkan secara serius melalui UNEP (United Nation Environment
Programme) salah satu organisasi PBB yang bergerak dibidang program
perlindungan lingkungan dan alam.
program
perlindungan
lapisan
ozon,
pemahaman
mengenai
samping
berdampak
pada
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi,
ternyata
jugaberdampak negatif terhadap lingkungan. Limbah cair pabrik dengan kandungan zat
beracun serta logam-logam berat seperti timbal (Pb), air raksa (Hg), cadmium (Cd) dan
seng (Zn), menyebabkan air tidak baik dikonsumsi, kematian ikan dan biota air lainnya,
bahkan penurunan produksi pertanian
3) Pembuangan limbah rumah tangga (domestik) kesungai, seperti air cucian, air
kamar mandi. Limbah dari sisa detergen dan pestisida (misalnya DDT) dapat
merangsang pertumbuhan kanker (bersifat karsinogen), menyebabkan gangguan ginjal,
dan gangguan kelahiran.
4) Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan. DDT (Dikloro Difenil
Trikloretana) bersifat nonbiodegradabel (tidak dapat terurai secara alamiah), karena itu
jika dipergunakan dalam pemberantasan hama DDT akan mengalami perpindahan
melalui rantai makanan, akhirnya tertimbun dalam tubuh konsumen terakhir. Makin
tinggi tingkat trofi makin pekat kadar zat pencemarnya. Hal ini disebut biomagnifiation
(pemekatan hayati). Senyawa nitrat dan pospat yang terkandung dalam pupuk apabila
terbawa air dan terkumpul di suatu perairan (misalnya danau, waduk) dapat
menimbulkan eutrofikasi, yaitu terkonsentrasinya mineral di suatu perairan. Hal ini
akan merangsang pertumbuhan dengan cepat alga dan tumbuhan air seperti enceng
gondok dan sejenisnya sehingga menimbulkan blooming. Jika permukaan air tertutup
oleh tumbuhan air, maka difusi oksigen dan penetrasi cahaya matahari ke dalam air
menjadi terhalang. Sementara tumbuhan air terus-menerus mengambil air dan
menguapkannya ke udara, sehingga mempercepat habisnya cadangan air di tempat
tersebut.
5) Penggunaan racun dan bahan peledak dalam menangkap ikan. Penggunaan racun
dan bahan peledak dalam menangkap ikan menimbulkan kerusakan ekosistem air.
Bahan peledak dapat menghancurkan terumbu karang. Di samping merusak ekosistem
terumbu karang, penggunaan bahan peledak juga merusak habitat dan tempat
perlindungan ikan. Racun tidak hanya membunuh hewan sasaran yaitu ikan yang
berukuran besar, tapi juga memutuskan daur hidup dan regenerasi ikan tersebut.
6) Pembuangan limbah rumah sakit, limbah peternakanke sungai. Limbah rumah sakit
dan limbah peternakan sangat berbahaya jika langsung dibuang ke sungai. Kandungan
organisme seperti bakteri, protozoa pathogen dapat menjadi sumber penularan penyakit.
7) Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atauledakan sumur minyak lepas
pantai. Tumpahan minyak di laut karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak
lepas pantai mengakibatkan kematian kerang, ikan, dan larva ikan di laut. Hal ini karena
aromatik hidrokarbon seperti benzene dan toluene bersifat toksik. Sebagian minyak
dapat membentuk lapisan mengambang dan lengket yang menyebabkan burungburung
laut tidak dapat terbang karena lengketnya sayap. Lapisan minyak di permukaan air
dapat menghalangi difusi oksigen ke air laut, sehingga berakibat terjadinya penurunan
kadar oksigen terlarut. Hal ini akan membahayakan kehidupan di laut.
6. Deforestation/Kerusakan Hutan
Pengertian dan definisi dari kerusakan hutan adalah berkurangnya luasan areal
hutan karena kerusakan ekosistem hutan yang sering disebut degradasi hutanditambah
juga penggundulan dan alih fungsi lahan hutan atau istilahnya deforestasi.
Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup
dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk
suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis. Dengan demikian
berarti berkaitan dengan proses-proses yang berhubungan yaitu:
1. Hidrologis
Hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujanmaupun
embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai yang memiliki mata
air di tengah-tengah hutan secara teratur menurut irama alam. Hutan juga berperan
untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya.
2. Iklim,
artinya komponen ekosistern alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar
matahari (suhu), angin dan kelembaban yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada
di permukaan bumi, terutama iklim makro maupun mikro.
3. Kesuburan tanah,
Tanah hutan merupakan pembentuk humus utama dan penyimpan unsur-unsur
mineral bagi tumbuhan lain. Kesuburan tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor
seperti jenis batu induk yang membentuknya, kondisi selama dalam proses
pembentukan, tekstur dan struktur tanah yang meliputi kelembaban, suhu dan air tanah,
topografi wilayah, vegetasi dan jasad jasad hidup. Faktor-faktor inilah yang kelak
menyebabkan terbentuknya bermacam-macam formasi hutan dan vegetasi hutan.
4. Keanekaragaman genetik,
Hutan memiliki kekayaan dari berbagai jenis flora dan fauna. Apabila hutan tidak
diperhatikan dalam pemanfaatan dan kelangsungannya, tidaklah mustahil akan terjadi
erosi genetik. Hal ini terjadi karena hutan semakin berkurang habitatnya.
5. Sumber daya alam,
Hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi devisa
negara, terutama di bidang industri. Selain itu hutan juga memberikan fungsi kepada
masyarakat sekitar hutan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain kayu juga
dihasilkan bahan lain seperti biofuel, damar, kopal, gondorukem, terpentin, kayu putih
dan rotan serta tanaman obat-obatan.
6. Wilayah wisata alam
Hutan mampu berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai estetika, etika dan
sebagainya.
Kerusakan hutan akan menimbulkan beberapa dampak negatif yang besar di bumi, yaitu
1) Efek Rumah Kaca (Green house effect).
Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorsi gas Co2.
Berkurangnya hutan dan meningkatnya pemakaian energi fosil (minyak, batubara dll)
akan menyebabkan kenaikan gas Co2 di atmosfer yang menyelebungi bumi.
5) Banjir
Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini, disebutkan
bahwa salah satu akar penyebabnya adalah karena rusaknya hutan yang berfungsi
sebagai daerah resapan dan tangkapan air (catchment area).
World
WCED berjudul Our Common Future (Hari Depan Kita Bersama) yang diterbitkan
pada 1987. Laporan ini mendefinisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai
pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Di dalam
konsep tersebut terkandung dua gagasan penting.
Pertama, gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin sedunia
yang harus diberi prioritas utama.
Kedua, gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi teknologi dan
organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebututuhan kini
dan hari depan.
Jadi, tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus dituangkan dalam gagasan
keberlanjutan di semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara
pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam
kerangka peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia
tanpa mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk
menikmati dan memanfaatkannya.
Dalam proses pembangunan berkelanjutan terdapat proses perubahan yang
terencana, yang didalamnya terdapat eksploitasi sumberdaya, arah investasi orientasi
pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan yang kesemuanya ini dalam
keadaan yang selaras, serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Pembangunan berkelanjutan tidak saja
berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas dari itu, pembangunan\
berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan
sosial dan perlindungan lingkungan (selanjutnya disebut 3 Pilar Pembangunan
berkelanjutan).
Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005 menyebut
ketiga pilar tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan
berkelanjutan. Idealnya, ketiga hal tersebut dapat berjalan bersama-sama dan menjadi
focus pendorong dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam buku Bunga Rampai
Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21 (Buku 1) Sarosa menyampaikan bahwa
pada era sebelum pembangunan berkelanjutan digaungkan, pertumbuhan ekonomi