Anda di halaman 1dari 2

NASKAH KESEPAKATAN KOTA “URBAN ACCORD”

San Francisco, 5 Juni 2005

Keikutsertaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menandatangani Naskah Kesepakatan Kota


(urban accord) dalam Konferensi Hari Lingkungan se-Dunia yang diselenggarakan pada
tanggal 1-5 Juni 2005 di San Francisco, Amerika Serikat, menunjukkan komitmen pemerintah
DKI Jakarta untuk menjadikan ibukota negara ini sebagai kota berwawasan lingkungan.
Kesungguhan komitmen dengan menandatangani urban accord tersebut tentu masih belum
cukup. Karena Jakarta harus dapat membuktikan kepada dunia internasional dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disebutkan dalam urban accord dengan capaian target
yang ditetapkan. Mengingat waktu yang disediakan untuk mencapai target yang ditetapkan
pada setiap kegiatan relatif pendek, berkisar antara 7-10 tahun, maka diperlukan strategi yang
tepat dalam mengimplementasikan urban accord tersebut.

Walaupun menghadapi berbagai persoalan lingkungan yang mengiringi kegiatan


pembangunan kota, Jakarta memiliki potensi menjadi kota berwawasan lingkungan dengan
standar internasional. Naskah kesepakatan kota (urban accord) yang merupakan jembatan
bagi kota metropolitan ini untuk mencapai visi pembangunan kota, sebagai Global City yang
sejajar dengan kota-kota lain di dunia internasional. Dan untuk dapat menjadi sebagai Global
Sustainable City, Jakarta harus melakukan berbagai
langkah kebijakan dengan target-target capaian yang ditetapkan dalam naskah kesepakatan
kota. Langkah-langkah kebijakan ini terbagi dalam 7 (tujuh) sektor, sebagai berikut:

Lingkungan alami kota (Urban Nature: Parks; Habitat Restoration; Wildlife)


• Memastikan adanya taman atau ruang terbuka hijau sebagai tempat rekreasi dan
pendidikan lingkungan, seni, atau komunitas perkebunan organik yang dapat
diakses, khususnya di pemukiman penduduk berpenghasilan rendah, dengan jarak
500 m dari tiap rumah penduduk pada tahun 2015.
• Melaksanakan inventarisasi jumlah tajuk pohon yang ada di Jakarta dan
menetapkan target berdasarkan pertimbangan ekologis dan komunitas untuk
menanam dan memelihara jumlah tajuk pohon tidak kurang dari 50% dari seluruh
lokasi fasilitas pejalan kaki yang bisa ditanami.
• Membuat peraturan perundangan yang melindungi tempat habitat yang kritis dan
karakteristik habitat penting lainnya dari pembangunan yang tidak berkelanjutan..

Tata ruang kota (Urban Design: Green Building; Urban Planning; Slums)
• Mengadopsi kebijakan yang mewajibkan standar sistem pemeringkatan bangunan
hijau yang diaplikasikan untuk semua bangunan baru milik pemerintah
• Mengadopsi prinsip perencanaan kota yang meningkatkan kepadatan, keragaman
penggunaan ruang, dapat diakses dengan berjalan kaki, bersepeda maupun
penyandang keterbatasan kemampuan fisik, yang terkoordinasi antara sistem tata
guna lahan dan transportasi dengan sistem ruang terbuka untuk rekreasi dan
rekonstruksi ekologi.
• Mengadopsi atau mengimplementasikan program yang menciptakan lingkungan
yang menguntungkan bagi terciptanya lapangan kerja di daerah kumuh dan/ atau
pemukiman penduduk berpenghasilan rendah.

Sampah (Waste Reduction: Zero Waste; Manufacturer Responsibility; Consumer


Responsibility)
• Menyusun kebijakan untuk mencapai nil sampah yang ke TPA dan insinerator pada
tahun 2040.
• Mengadopsi hukum yang mengatur tentang pengurangan penggunaan barang
sekali pakai, barang beracun, dan kategori produk yang tidak terbarukan minimal
besar 50% hingga tahun 2012.
• Mengimplemantasikan program daur ulang dan pengkomposan yang mudah
dilakukan, dengan target pengurangan sampah padat perkapita ke TPA dan
insinerator sebesar 20% hingga tahun 2012.

Air (Water: Water Access and Efficiency; Source Water Protection; Waste Water Reduction)
• Kota-kota di Jakarta harus membuat kebijakan untuk meningkatkan akes terhadap
air minum yang aman dan cukup bagi semua pada tahun 2015. Kota-kota yang
mampu menyediakan air siap minum (potable water) lebih dari 10 liter perkapita/hari
akan mengadopsi dan melaksanakan kebijakan untuk mengurangi konsumsi 10%
pada tahun 2015.
• Melindungi kesatuan ekologis dari sumber air primer (seperti air tanah, sungai,
danau, rawa-rawa).
• Menangani polusi limpasan air hujan dan mengurangi volume limbah cair kurang
dari 10% dalam 7 tahun melalui perluasan penggunaan air daur ulang dan
melaksanakan proses perencanaan DAS perkotaan yang berkelanjutan, serta
melibatkan partisipasi dari semua masyarakat yang terkena dampak dan didasarkan
pada prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan yang baik.

Kesehatan lingkungan (Environmental Health: Toxics Reduction; Healthy Food Systems;


Clean Air)
• Setiap tahun akan mengidentifikasi satu produk, kimia atau komposisi bahan kimia
yang digunakan di Jakarta yang memiliki resiko terbesar bagi kesehatan manusia
dan mengadopsi peraturan hukum untuk mengurangi atau menghilangkan
pengunaan bahan-bahan tersebut oleh pemerintah kota.
• Mempromosikan kesehatan masyarakat dan manfaat lingkungan untuk mendukung
pertumbuhan makanan organik lokal. Menjamin bahwa 20% dari semua fasilitas
kota (termasuk sekolah) menggunakan makanan organik lokal pada tahun 2012.
• Menggunakan Air Quality Index (AQI) untuk mengukur tingkat pencemaran udara
dan menetapkan target pengurangan kategori hari tidak sehat atau berbahaya
dalam AQI sebesar 10% pada tahun 2012 .

Energi (Energy: Renewable Energy; Energy Efficiency; Climate Change)


• Mengadopsi dan mengimplementasikan kebijakan untuk menggunakan energi
terbarukan sebesar 10% dari beban puncak Jakarta hingga tahun 2012.
• Mengadopsi dan mengimplementasikan kebijakan untuk mengurangi sebesar 10%
dari beban puncak Jakarta melalui kebijakan efisiensi energi, memindahkan waktu
permintaan energi, dan konservasi energi hingga tahun 2012.
• Mengadopsi rencana pengurangan gas rumah kaca di seluruh kota sebesar
25% pada tahun 2030.

Transportasi (Transportation: Public Transportation; Clean Vehicles; Reducing


Congestion)
• Membuat dan melaksanakan kebijakan yang memperluas daerah pelayanan
angkutan umum yang dapat diakses 500 m dari rumah penduduk dalam 10 tahun.
• Membuat hukum atau mengimplementasikan program penghapusan bensin
bertimbal (jika masih digunakan di Jakarta) dan menurunkan kadar sulfur dalam
bahan bakar bensin dan solar, dan pada saat bersamaan dilakukan kontrol emisi
pada semua bis, taksi dan angkutan umum lainnya untuk mengurangi debu dan
asap dari angkutan umum tersebut sebesar 50% pada tahun 2012.
• Melaksanakan kebijakan untuk mengurangi presentasi perjalanan komuter dengan
kendaraan pribadi sebesar 10% pada tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai