Anda di halaman 1dari 15

TERAPI PADA AKNE VULGARIS

Deartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


FK Unsri/RSMH Palembang
2009
PENDAHULUAN
Akne vulgaris atau lebih sering disebut jerawat merupakan suatu penyakit
peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan terbentuknya papul, pustul
ataupun nodul. Biasanya terjadi pada kulit yang banyak mengandung kelenjar sebasea.,
seperti: muka, dada dan punggung (400-900 kelenjar/cm2).1,2 Penyakit ini biasanya
muncul pada usia pubertas baik pada pria (usia 16-19 tahun) maupun wanita (usia 14-17
tahun) dan biasanya gejalanya lebih berat pada pria. Sekitar 85% populasi di United
States (USA) menderita akne vulgaris dan angka ini hampir sama dengan negara-negara
lain didunia.1
Jerawat pada kebanyakan orang dianggap sebagai suatu penyakit yang
mengganggu, terutama pada penampilan mereka. Karena itu terkadang jerawat juga
menjadi keluhan psikologis penderita terhadap lingkungan sosial sekelilingnya., bahkan
dapat menyebabkan rasa kurang percaya diri pada penderita.
Akne merupakan penyakit yang muktifaktorial, karena banyak faktor yang
menyebabkan dan mempengaruhi timbulnya akne. Dengan demikian, terapi yang
digunakan harus berdasarkan kemungkinan-kemungkinan timbulnya penyakit ini. Selain
itu penggunaan dosis yang tepat dan kepatuhan penderita dalam menggunakan obat juga
sangat berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit ini.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin banyak penelitian dibidang
ini, maka terapi yang digunakan semakin berkembang. Refrat ini terutama akan
membahas berbagai macam terapi yang digunakan pada penyakit akne vulgaris.

PEMBAHASAN
Definisi
Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik dari kelenjar pilosebaseus
yang ditandai dengan lesi berupa komedo, papul, pustul, kista, nodul dan juga jaringan
parut.2 Tempat predileksi di muka, leher, dada bagian atas dan lengan bagian atas. Akne
merupakan penyakit yang sering terjadi pada orang-orang yang beranjak dewasa, 90%
remaja pada umumnya menderita penyakit ini. 2 Kasus paling sering terjadi pada
pertengahan remaja sampai akhir remaja dan menurun setelahnya.3
Gradasi
Gradasi yang menunjukkan berat ringannya suatu penyakit diperlukan untuk
pilihan pengobatan. Adanya berbagai pola pembagian gradasi akne vulgaris, salah
satunya berdasarkan gradasi berat ringannya, yaitu: 4
1. Akne ringan
Pada tipe akne yang ringan, lesi yang dominan berbentuk komedo tetapi
terkadang terdapat pula pustula.
2. Akne sedang
Pada akne dengan derajat sedang didapatkan pustula dan papula sebagai lesi
yang dominan, biasanya akan meninggalkan scar sebagai bekas jerwat.
3. Akne berat
Pada akne berat dapat ditemukan bentuk kista yang berisi pus.
Bila dilihat dari lesinya, maka akne dapat dibagi menjadi inflamasi dan noninflamasi:4
1. Inflamasi.
Pada lesi inflamasi ditandai dengan terdapatnya satu atau lebih dari papul,
pustule, dan nodul (cyst). Papul berukuran kurang dari 5mm, pustule terdapat
materi yang purulen, dan nodul beruuran lebih dari 5mm.
2. Non-inflamasi
Pada lesi non-inflamasi ditandai dengan komedo yang terbuka dan tertutup.

(a)

(b)
Gambar 1. Klasifikasi akne (a). Berdasarkan berat ringan (b). Berdasarkan lesi.4

Etiologi dan patogenesis


Meskipun etiologi yang pasti dari akne belum diketahui, namun ada beberapa
faktor yang berkaitan dengan penyakit ini. Ada beberapa faktor yang saling berkaitan
dalam patogenesis terjadinya akne, yaitu:1,5
1. Produksi sebum (lemak) yang meningkat
2. Perubahan dalam komposisi lemak permukaan kulit.
3. Penyumbatan saluran kelenjar sebasea
4. Kolonisasi bakteri pada tempat tersebut.

Gambar 2. Evolusi perubahan lesi akne

Terapi topikal
Penggunaan obat-obatan sebagai terapi topikal merupakan satu cara yang banyak
dipilih dalam mengatasi penyakit akne vulgaris. Tujuan diberikan terapi ini adalah untuk
mengurangi jumlah akne yang telah ada, mencegah terbentuknya spot yang baru dan
mencegah terbentuknya scar (bekas jerawat). Terapi topikal diberikan untuk beberapa
bulan atau tahun, tergantung dari tingkat keparahan akne. Obat-obatan topikal tidak
hanya dioleskan pada daerah yang terkena jerawat, tetapi juga pada daerah disekitarnya.
Ada berbagai macam obat-obatan yang dipakai secara topikal, yaitu:

1. Benzoil Peroksida

Gambar 3. struktur kimia Benzoil peroksida

Benzoil peroksida adalah suatu zat kimia gabungan antara 2 kelompok


benzoil (benzaldehyde) dengan kelompok peroksida. Mempunyai sifat bleaching
yang kuat dan dalam konsentrasi yang tinggi mudah terbakar dan meledak.6
Efek benzoil peroksida dalam ekskresi sebum masih belum jelas. Lake
(1942) melakukan penelitian dengan menggunakan benzoil peroksida pada kulit,
didapatkan efek antiseptik tanpa menimbulkan iritasi pada kulit dengan efek lain
berupa mempercepat penyembuhan, lokal anestesi, menghilangkan nyeri dan iritasi
lokal.6 Beberapa penelitian lain telah menunjukkan bahwa zat ini dapat mengurangi
pembentukan sebum. Zat ini juga mempunyai efek antiseptik, dapat mengurangi
jumlah bakteri pada permukaan kulit tetapi tidak menyebabkan resistensi bakteri
terhadap antibiotik. Selain itu, benzoil peroksida juga dapat mengurangi jumlah
yeasts, bertindak sebagai agen pengoksidasi, mengeringkan komedo pada
permukaan kulit dan bertindak sebagai anti inflamasi. Efek anti inflamasinya dapat
mengurangi pembengkakan pada papul yang terinfeksi dan meringankan rasa nyeri
yang kadang muncul sebagai akibat adanya akne. Faktor oksidasi dapat
mengeluarkan sebum yang tersumbat dan membantu membebaskan pori-pori yang
tersumbat sehingga akne dapat teratasi tanpa menimbulkan trauma karena
penekanan pada akne. Zat ini bisa berdifusi ke bawah kulit memasuki pori-pori dan
melepaskan radikal bebas yang dapat membunuh bakteri.2,6
Zat ini digunakan sebagai terapi topikal pada akne vulgaris sejak 20 tahun
terakhir dan mungkin menjadi terapi topikal pertama yang terbukti efektif.l Benzoil
peroksida digunakan untuk pengobatan akne ringan sampai sedang dan juga
komedo.1,4 Benzoil peroksida tersedia dalam berbagai macam formula yang berbedabeda di setiap negara, dapat berupa zat tunggal atau berupa carnpuran dengan zat

lain seperti sulfur, hidrokuinolon. Sediaannya dapat berupa gel, krim, lotion dan
pembersih muka dengan konsentrasi 2,5%, 5%, l0% ,20%.Beberapa penelitian
menyatakan bahwa konsentrasi 5% dan l0% tidak memberikan peningkatan
efektifitas yang nyata jika dibandingkan dengan

konsentrasi 2,5% (konsentrasi

dengan toleransi yang lebih baik).2,6


2. Asam retinoid (tretionin)
Tretionin adalah bentuk asam dari vitamin A dan juga dikenal sebagai all-trans
retinoic acid (ATRA). Obat ini telah dikembangkan untuk pengobatan akne sejak tahun
1969 dan mulai banyak digunakan pada tahun 70-an. 2,6
Tretionin merupakan obat yang menyebabkan deskuamasi, menyerupai efek sinar
matahari, melepaskan prostaglandin, menyebabkan pengelupasan (peeling) dan
eritema.4 Meskipun mekanisme kerja yang pasti dari obat ini belum diketahui,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa tretionin topikal dapat menurunkan
penyatuan folikel-folikel sel epitelial dengan mengurangi pembentukan komedo
(blackheads) sehingga dapat menekan jumlah lesi yang terinflamasi. Sebagai efek
sekunder dari komedogenesis, tretionin mungkin dapat mengurangi P.aknes karena
tretionin mampu mengubah lingkungan duktus menjadi tempat yang asing bagi
petumbuhan P.aknes.6
Pemilihan sediaan tergantung pada lokasi timbulnya akne. Biasanya lotio yang
digunakan untuk akne di punggung, sedangkan gel untuk akne di muka. Sediaan
tretionin dapat berupa gel, krim, lotio denga konsentrasi 0,025% - 0,05%. Terapi
terutama pada wajah, harus dimulai perlahan untuk menghindari reaksi iritan yang
berlaebihan. Pada penggunaan topikal, berbagai macam efek samping dapat timbul.
Tretionin dapat menyebabkan kulit menjadi kering, bahkan pada beberapa orang yang
sensitif dapat timbul kemerahan, gatal dan rasa panas sepeti terbakar.6
Kesimpulannya terapi menngunakan retinoid (tretionin) aman, efektif, ekonomis
dalam mengatasi semua bentuk akne terutama pada kasus-kasus yang berat. Retinoid
sebaiknya diberikan sebagai terapi awal, baik secara tunggal ataupun kombinasi dengan
topikal atau oral antibiotik dan benzoil peroksida.6

3. Antibiotika
Antibiotika topikal banyak digunakan sebagai terapi akne. Mekanisme kerja
antibiotik topikal yang utama adalah sebagai antimikroba. Hal ini telah terbukti pada
efek klindamisin 1% dalam mengurangi jumlah P.aknes baik dipermukaan atau dalam
saluran kelenjar sebasea.Lebih efektif diberikan pada pustul dan lesi papulopustular
yang kecil. Eritromisin 3% dengan kombinasi benzoil peroksida 5% tersedia dalam
bentuk gel. Thomas dkk melakukan penelitian dengan membandingkan eritromisin
1,5% dengan klindamisin 1% mendapatkan hasil yang sama-sama efektif, duapertiga
pasien mendapatkan respon yang sangat baik dalam waktu 12 minggu, tetapi
penggunaan eritromisin secara tunggal tidak direkomendasikan karena dapat
menyebabkan resistensi. Penggunaan eritromisin kombinasi dengan benzoil peroksida
lebih direkomendasikan.2,6
Keefektifan antibiotik topikal pada akne terbatas karena mekanisme kerja dalam
mengeliminasi bakteri membutuhkan jangka waktu yang panjang. Bakteri dapat timbul
di mana-mana dan tidak secara langsung menyebabkan akne. Pada keadaan di mana
kelenjar sebasea memproduksi sebum berlebihan, pori-pori kulit juga akan lebih
mudah terbuka sehingga banyak bakteri yang akan masuk dan berkembang. Adanya sel
kulit mati juga bisa memperburuk keadaan. Bila kelenjar sebasea tidak memproduksi
sebum berlebihan, maka bakteri tidak mudah masuk ke dalam kulit. Dengan kata lain,
jumlah produksi sebum menjadi masalah utama dalam akne. Antibiotik topikal
kerjanya terbatas, karena tidak mengatasi masalah dalam jumlah produksi sebum.2,6
4. Azelaic acid
Azelaic acid adalah derivat asam dekarboksilat dari Pityrosporum ovale,
ditemukan beberapa tahun lalu. Beberapa peneliti dari Italia dan United Kingdom (UK)
menemukan bahwa azelaic acid ini efektif sebagai terapi akne, bahkan pada akne yang
berat.
Penelitian klinis menunjukkan bahwa azelaic acid dapat mengurangi jumlah lesi
non inflamasi. Mekanisme yang mungkin dari penelitian klinis ini adalah perubahan
pada granula keratohialin, yang merupakan tanda morfologis dari filaggrin, keratin

aggregating protein. Efek azelaic acid dalam terapi akne adalah sebagai komedolitik
dan antibakteri.6
5. Sulfur, resorsin dan asam salisilat
Walaupun benzoil peroksida, retinoid, dan antibiotik topikal lebih banyak
digunakan, tetapi preparat sulfur, resorsin, dan asam salisilat masih digunakan sebagai
terapi terutama ketika jenis terapi-terapi terbaru tidak memberikan respon yang baik.2
6. Anti-androgen
Sejak diketahui bahwa akne merupakan salah satu penyakit yang berhubungan
dengan aktivitas hormon androgen, beberapa dermatologis dan industri farmakologi
mengembangkan anti androgen topikal sebagai salah satu terapi akne yang tidak
mempunyai efek sistemik. Studi yang dikembangkan adalah tentang penggunaan
topikal dari 17-propylmesterolone, akan tetapi preparat ini belum tersedia secara
komersial.1,5
Terapi oral
Terapi oral diberikan pada kasus akne sedang sampai berat. Terkadang terapi oral
juga diberikan pada beberapa pasien yang secara psikologis merasa sangat terganggu
dengan adanya jerawat pada wajah mereka atau pada pasien yang merasa jerawat dapat
mengganggu pekerjaan meskipun jerawat pada wajah mereka relatif ringan. Pada
orang-orang dengan kulit berwarna cendrung mengalami masalah dengan bekas
jerawat yang berwarna kehitaman yang bisa bertahan selama beberapa bulan. Pada
kasus seperti ini juga diberikan terapi oral sebagai terapi tambahan meskipun tergolong
akne ringan.
Dosis pemberian terapi oral minimal selama 6-8 bulan. Ada tiga kelompok utama
dalam terapi oral pada akne vulgaris, yaitu: antibiotika, hormon dan retinoid.
Antibiotik biasanya digunakan sebagai terapi oral lini pertama.
1. Antibiotik
Antibiotik

bekerja

dengan

beberapa

mekanisme

terutama

dalam

mengurangi jumlah bakteri di dalam dan disekitar folikel. Selain itu, antibiotik

juga mengurangi zat-zat kimia yang mengiritasi yang diproduksi oleh sel darah
putih, pada akhrnya antibiotik dapat mengurangi konsentrasi asam lemak bebas
dalam sebum dan berguna sebagai anti inflamasi. Beberapa antibiotik yang sering
digunakan adalah:
Tetrasiklin. Merupakan jenis antibiotik yang sering digunakan sebagai
terapi akne. Dosis awal biasanya 250-500mg, satu-empat kali sehari dan
dilanjutkan sampai terlihat penurunan jumlah lesi. Dosis dapat diturunkan secara
perlahan tergantung dari respon terapi pada pasien. Tetrasiklin lebih efektif
diiberikan 30 menit sebelum makan dan sebaiknya tidak diberikan pada wanita
hamil. Tetrasiklin dapat membunuh P.acne dan menurunkan kadar asam lemak
pada folikel sebasea. Tetrasiklin berespon baik pada 70% pasien. Terapi dengan
tetrasiklin akan terlihat hasilnya setelah 4-6 minggu.2
Eritromisin. Antibiotik jenis ini biasanya digunakan sebagai terapi akne dan
mempunyai beberapa kelebihan dibanding tetrasiklin yaitu dapat mengurangi
kemerahan pada lesi dan dapat diberikan bersama dengan makanan. Eritromisin
juga dapat digunakan pada pasien yang tidak bisa mengkonsumsi tetrasiklin
seperti pada wanita hamil. Dosis yang diberikan bervariasi tergantung dari tipe
lesi, biasanya berkisar antara 250-500mg, dua-empat kali sehari. Karena sering
menimbulkan resistensi pada P.acne maka eritromisin sering dikombinasikan
dengan benzoil peroksida.2,5,6
Minosiklin. Merupakan derivat dari tetrasiklin yang digunakan secara
efektif sebagai terapi akne selama beberapa dekade, khususnya untuk akne tipe
pustular. Absorbsi obat ini dapat menurun bila dicampur dengan makanan dan
susu, tetapi tidak seperti penurunan absorbsi pada tetrasiklin.

1,2,6

Dosis awal

antara 50 sampai 100mg, dua kali sehari. Efek samping utama berupa pusing
(vertigo), lemah, mual, perubahan pigmen kulit, dan perubahan warna gigi.
Perubahan pada kulit dan gigi lebih sering dijumpai pada orang-orang yang
mengkonsumsi minosiklin dalam waktu yang lama.
Doksisiklin. Antibiotik ini sering diberikan pada orang-orang yang tidak
dapat merespon pemberian eritromisin atau tetrasiklin. Dosis yang digunakan
antara 50-100mg. Dua kali dalam sehari dan dapat dikonsumsi bersama dengan

makanan (mudah diabsorbsi). Harisson melaporkan 50mg doksisiklin satu kali


perhari sama efektifnya dengan 50mg minosiklin dua kali perhari. Sebaiknya
tidak dikonsumsi bersama antasida, tablet besi, kalsium dan tidak dikonsumsi
selama masa menyusui atau wanita hamil. Doksisiklin akan kembuat kulit lebih
sensitif terhadap sinar matahari. Karena itu harus disertai dengan penggunaan
tabir surya.2,8,9
Klindamisin. Klindamisin berguna sebagai antibiotik oral untuk terapi akne.
tetapi antibiotika ini banyak digunakan dalam bentuk topikal. Dosis awal 150 mg,
tiga kali sehari. Efek samping utama berupa infeksi intestinal yang dinamakan
kolitis pseudomembran yang disebabkan oleh bakteri.1,2,9
Kotrimoksazol. Antibiotika ini diindikasikan pada penderita yang intoleran
dengan tetrasiklin atau eritromisin, atau pada penderita yang tidak ada respon
terhadap terapi lain. Kotrimoksazol juga digunakan pada folikulitis gram negatif.1
2. Hormonal
Terapi hormonal diindikasikan pada wanita yang tidak mempunyai respon
terhadap terapi konvensional. Mekanisme kerja obat-obat hormonal ini secara
sistemik mengurangi kadar testosteron dan dehidroepiandrosterone, yang pada
akhirnya dapat mengurangi produksi sebum dan mengurangi terbentuknya
komedo. Ada tiga jenis terapi hormonal yang tersedia, yaitu: estrogen dengan
prednisolon, estrogen dengan cyproterone acetate (Diane, Dianette) dan
spironolakton. Terapi hormonal harus diberikan selama 6-12 bulan dan penderita
harus melanjutkan terapi topikal. Seperti halnya antibiotik, tingkat respon obatobat hormonal juga lambat, dalam bulan pertama terapi tidak didapatkan
perubahan dan perubahan kadang-kadang baru dapat terlihat pada bulan ke enam
pemakaian. Terapi setelah itu akan terlihat perubahan yang nyata. Perubahan yang
dihasilkan pada penggunaan diane hampir mirip dengan tetrasiklin 1 g/hari.
Diane merupakan kombinasi antara 50 g ethinylestradiol dan 2 mg cyproterone
acetate. Pada wanita usia tua (> 30 tahun) dengan kontraindikasi relatif terhadap
pil kontrasepsi yang mengandung estrogen, salah satu terapi pilihan adalah

10

dengan penggunaan spironolakton. Dosis efektif yang diberikan antara 100-200


mg.2,10
3. Isotretionin
Isotretionin (13-cis-retinoic acid) telah digunakan sebagai terapi pada
akne yang berat. Bebearapa penelitian yang berat menunjukkan bahwa
isotretinoin lebih baik dari pada terapi konvensional berupa eritromisin 1g/hari,
5% benzoil peroksida, tetrasiklin dan asam retinoat topikal. Pilihan dosis obat ini
masih

diperdebatkan.

Di

Switzerland

dosis

yang

digunakan

adalah

0,5mg/kgbb/hari, sementara di USA dan UK digunakan dosis yang lebih tinggi


yaitu 1mg/kgbb/hari. Kebanyakan penderita membutuhkan waktu 4 bulan dalam
terapi bahkan 13% penderita membutuhkan waktu yang lebih lama. Bila pada
waktu tersebut hanya sedikit lesi yang tersisa, maka penggunaan obat ini dapat
dihentikan. Salah satu keunggulan obat ini adalah sedikitnya kekambuhan yang
terjadi bila pengobatan tidak dilanjutkan. Isotretion dapat menekan eksresi sebum
secara cepat, sehingga dapat mencegah komedogenesis. Isotretionin tidak secara
langsung mempengaruhi P.akne tetapi menekan bakteri dipermukaan secara in
vivo dengan cara mengurangi suplai nutrisi untuk P.akne dan mengurangi ukuran
daerah folikular yang merupakan tempat P.akne tumbuh. Isotretionin juga
mempengaruhi inflamasi akibat akne dengan mengurangi kemotaksis dari
polymorphonucleocytes dan monocytes serta mengurangi pembentukan pustul.

Secara ringkas, mekanisme kerja dari obat-obat yang digunakan sebagai terapi
akne vulgaris dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

11

Gambar 4. Mekanisme dari berbagai obat pada pengobatan akne 4

Terapi fisik
Selain terapi topikal dan terapi oral, terdapat beberapa terapi tambahan dengan
menggunakan alat ataupun agen fisik, diantaranya adalah:2
1. Ekstraksi komedo
Pengangkatan

komedo

dengan

menekan

daerah

sekitar

lesi

dengan

menggunakan alat ekstraktor dapat berguna dalam mengatasi akne. Secara teori,
pengangkatan closed comedos dapat mencegah pembentukan lesi inflamasi.
Dibutuhkan keterampilan dan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
2. Kortikosteroid Intralesi
Akne cysts dapat diterapi dengan triamsinolon intralesi atau krioterapi. Nodulnodul yang mengalami inflamasi menunjukkan perubahan yang baik Dalam kurun
waktu 48 jam setelah disuntikkan dengan steroid. Dosis yang biasa digunakan
adalah 2,5 mg/ml triamsinolon asetonid dan menggunakan syringe 1ml. Jumlah total
obat yang diinjeksikan pada lesi berkisar antara 0,025 sampai 0,1 ml dan

12

penyuntikan harus ditengah lesi. Penyuntikan yang terlalu dalam atau terlalu
superfisial akan menyebabkan atrofi.
3.Liquid Nitrogen
Cara lain untuk terapi akne cysts adalah dengan mengaplikasikan nitrogen cair
selama 20 detik, aplikasi kedua diberikan 2 menit berikutnya. Terapi ini bekerja
dengan mendinginkan dinding fibrotik dari akne cysts sehingga akan terjadi
kerusakan pada dinding tersebut.
4.Radiasi Ultraviolet
Radiasi ultraviolet alami (UVR) yang didapat dari paparan matahari, 60% dapat
digunakan sebagai terapi tambahan pada akne, tetapi sekarang terapi ini tidak
dianjurkan lagi.
Terapi alamiah
Salah satu terapi tambahan pada akne adalah dengan menggunakan bahan-bahan
alamiah, diantaranya adalah dengan teh hijau. Teh hijau telah lama bermanfaat dalam
pengobatan cina tradisional terutama dalam mengatasi jerawat. Alasan utama adalah
karena teh hijau sangat kaya akan antioksidan terutama epigallocatecin gallate dengan
aktivitas anti oksidan 200 kali lebih kuat dibanding vitamin E dalam melawan radikal
bebas.11
Selain dapat melawan bakteri, penelitian menunjukkan bahwa teh hijau dapat
membantu mengurangi kemerhan, inflamasi, aktivitas hormon oleh karena itu teh hijau
dapat mempercepat penyembuhan dan membantu mencegah timbulnya jerawat yang
sering disebabkan oleh perubahan aktivitas hormonal. Untuk terapi jerawat, teh hijau
dapat diminum, dapat pula berupa pil (ekstrak teh hijau), atau dalam sediaan krim topikal.
Selain itu, dengan menempatkan sekantong teh hangat pada lesi jerawat di wajah, dapat
menarik keluar toksin dan memicu penyembuhan lebih cepat. Sejauh ini, metode yang
paling popuuler adalah dengan meminum teh hijau namun jika penggunaan teh hijau
dimaksudkan untuk terapi jerawat, maka dibutuh kan dosis yang lebih tinggi. Untuk hasil
yang lebih baik, banyak regimen yang merekomendasikan minum sebanyak 8 gelas teh

13

hijau setiap hari sampai kulit bersih. Paling efektif jika minuman teh hijaunya baru dibuat
dan bebas gula. Pengawet dan gula akan menetralisir banyak manfaat dari teh hijau.
Sebagai pil, teh hijau mirip dengan vitamin untuk jerawat yang berfokus pada
detoksifikasi kulit melalui aktivitas antioksidan. Kelemahannya, cara ini tidak bekerja
sebaik teh hijau yang diminum karena nutrisi lebih banyak diserap dengan mudah bila
berbentuk cairan dibanding pil.11
Menurut hasil studi saat ini yang dipresentasikan oleh Dr. Jennifer Gan-Wong
dalam pertemuan tahunan the American Academy of Dermatology 2003, suatu krim
topikal dengan ekstrak teh hijau 3% memberikan hasil yang sama dengan larutan yang
mengandung benzoil peroksida 4%. Studi tersebut dilakukan secara acak dan double
blind terhadap 108 subyek yang dibagi menjadi 2 kelompok dimana satu kelompok
mendapat krim benzoil peroxide 2 kali sehari selama 12 minggu dan kelompok yang lain
mendapat krim ekstrak teh hijau 2 kali sehari selama 12 minggu juga. Kemudian
dilakukan pemeriksaan dan pengambilan foto oleh dokter kulit setiap minggu.11

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunliffe, William J. Treatment of acne. In: Cunliffe, William J. Martin Dunitz Ltd, The
United Kingdom.1989;.252-87.
2. James WD, Berger TG, Eston DM, Acne. In: James WD Berger TG, Eston DM.
Andrews diseases of the skin, 9th edn. WB saunders company, Canada.2000; 284-92.
3. Zaenglein L. Andrea, et al. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions. In: Dermatology
in General Medicine Fitzpatricks. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008; 690-700.
4. Habiff Thomas P. Acne, Rocasea, and Related Disorder. In: Clinical Dermatology A
Color Guide to Diagnosis and Therapy. Mosby, Inc. 2004.
5. Baumann Leslie, Acne. In: Dermatology Cosmetics. Churcill Livingstone. 1994; 55-61
6. Webster F Guy, Anthony V. Rawlings. Acne and Its Therapy. Informa Healhcare USA,
Inc.2007; 75-135.
7 .Bolognia Jean, Joseph L. Jarizzo, Ronald P Rapini. Acne. In: Bolognia Dermatology,
Volume 2. 2003; 1940-42.
8. Brannon, Heather MD. 2006. Antibiotics used to treat acne. Available at: http://
dermatology.about.com/antibioticsusedtreatacne.htm
9. Anonim.. Consensus Recommendation for the Management of Acne. Global Alliance to
improve outcomes in acne.2006.
10. Gerny, H. Potential acne therapies for women. In: Nurnberger, F. In: The therapy of
acne Vulgaris In women, Walter de Gruyter, Berlin.1990; 1-8.
11.Anonim. .2006. The hijau Untuk Terapi Jerawat. Available at: http:// tehhijau
untukterapijerawat.htm.

15

Anda mungkin juga menyukai