: Parisabel R. H. N
NPM
: 110110120436
Jack Donnelly, Human Rights as Natural Rights (1982) 4 Human Rights Quarterly 391.
Jack Donnelly, Ibid, hlm. 398.
3
Rhona K.M. Smith (et.al.), Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: Pusat Studi Hak Asasi
Manusia Universitas Islam Indonesia, 2008, hlm. 12.
2
hukum. Teori ini ke depannya juga didukung oleh John Austin dan kaum positivis
lainnya yang berpendapat bahwa eksistensi da nisi hak hanya dapat diturunkan dari
hukum negara karena mereka melihat hukum yang ada dating dari pemerintah dan
bukan dari alam.4
3. Teori Universalisme
Teori univesalisme adalah salah satu teori penerapan HAM dalam skala
nasional dimana dipostulasikan bahwa HAM bersifat sama melintasi batas ruang dan
waktu dilihat dari sisi historisnya.5 Apabila HAM ini membutuhkan legalitas maka
dasarnya akan dirujuk kembali kepada hukum alam atau hukum Tuhan yang tidak
perlu lagi dibuktikan kebenarannya. Falam universalisme, individu aalah sebuah unit
sosial yang memiliki hak-hak yang tidak dapat dipungkiri, dan diarahkan pada
pemenuhan kepentingan pribadi. Doktrin ini telah diterapkan di berbagai negara yang
menentang setiap penerapan konsep hak dari barat dan menganggapnya sebagai
imperialism budaya.6
4. Teori Partikularisme
Teori partikularisme ini mucul sebagai reaksi dari teori universalisme, karena
dirasa adanya hubungan yang erat antara HAM dan budaya sebagai satu-satunya
sumber keabsahan hak atau kaidah moral.7 Gagasan ini dikemukakan oleh negaranegara berkembang dan negara islam karena mereka merasa bahwa nilai-nilai yang
bersumber dari kebudayaan mereka lebih relevan untuk kemajuan negaranya
dibandingkan nilai-nilai Barat.8
Telah diakui secara umum bahwa dalam prakteknya hak asasi manusia
dikondisikan oleh konteks sejarah, tradisi, budaya, agama, dan politik-ekonomi yang
sangat beragam. Tidaklah mudah untuk memaksakan konsep universalitas hak asasi
manusia kepada beragam tradisi, budaya dan agama. Oleh karena itu penting untuk
menggali kesamaan konsep yang prinsipil, yaitu martabat umat manusia.9
PRINSIP-PRINSIP HAM
10
United Nation, Obligation of States Parties Under the Convention on the Rights of
Persons with Disabilities, <http://www.un.org/disabilities/default.asp?id=225> [diakses pada
13/10/2014].
11
United Nation Office of the High Commissioner for Human Rights, What Are Human
Rights?, <http://www.ohchr.org/en/issues/pages/whatarehumanrights.aspx> [diakses pada
13/10/2014].
12
Rhona K.M. Smith (et.al.), Op.Cit, hlm. 39.
13
Rhona K.M. Smith (et.al.), Ibid, hlm. 40.
layak tidak dapat dibandingkan denga hak lainnya seperti ha katas pendidikan atau ha
katas informasi.14
5. Kesalingtergantungan dan keberkaitan (interdependence and interrelatedness)
Prinsip kesalingtergantungan dan keberkaitan dalam HAM berhubungan
dengan pemenuhan satu hak yang menuju kepada pemenuhan hak yang lainnya.
Prinsip ini dikenal dalam Vienna Declaration 1993 pada pasal 4 yang menyatakan:
All human rights are universal, indivisible and interdependent and
interrelated. The international community must treat human rights globally in fair
and equal manner, on the same footing, and with the same emphasis. While the
significance of national and regional particularities and various historical, cultural
and religious background must be borne in mind, it is the duty States, regardless of
their political, economic and cultural systems, to promote and protect all human
rights and fundamental freedoms.
Hal ini dapat dilihat dengan contoh pemenuhan atas hak freedom from fear,
and want hanya dapat terpenuhi apabila setiap individu sudah mendapatkan dan
dapat menikmati hak sipil dan politiknya.15
14
United
Nations
Population
Fund,
Human
Rights
Principles,
<http://www.unfpa.org/rights/principles.htmx> [diakses pada 13/10/2014].
15
Atty Rene V Sarmiento, Human Rights: Universal? Indivisible? Interdependent?,
PAHRA-Sponsored Forum on Human Rights, Quezon City, 1995, hlm. 1.