Anda di halaman 1dari 18

DEFINISI KONSEP DIRI

Menurut William D Brooks,


Konsep Diri adalah persepsi tentang diri kita yg bersifat fisik,
psikologis, dan sosial yg datang dari pengalaman dan interaksi kita dengan
orang lain.
Persepsi Fisik: Rupa cantik atau jelek, penampilan fisik menarik atau
tidak, kekuatan tubuh, dst
Persepsi Psikologis: Watak, yg membuat senang atau sedih, yang membuat
benci, dst
Persepsi Sosial: Pandangan orang lain terhadap saya, disukai atau tidak,
dihargai atau tidak, dst
JENIS JENIS KONSEP DIRI MENURUT JOHARI WINDOWS

semua hal yang kita ketahui tentang diri sendiri dan orang lain tetapi
hanya disimpan untuk sendiri.
JENIS JENIS KONSEP DIRI MENURUT WEAVER
Konsep diri Weaver:
Self Awareness / Kesadaran diri
proses menyadari diri tentang siapakah aku, di mana aku berada, dan
bagaimana orang lain memandang diriku.
Self Acceptance / Penerimaan diri
jika orang sadar pada dirinya, maka apa yang terjadi akan diterimanya
sebagai kenyataan.
Self Actualization / Aktualisasi diri
dengan menerima kenyataan itu, orang baru dapat mengembangkan dirinya
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Self Disclosure / pengungkapan diri
apabila kita memiliki keinginan untuk maju, maka keinginan itu perlu
diungkapkan atau dikomunikasikan agar orang lain dapat mengetahuinya.
Pembentukan Konsep-diri

Wilayah Terbuka (My Public Self/Open Area)


berisikan informasi yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain.
Wilayah Buta (My Blind Spot)
berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain tetapi kita
sendiri tidak mengetahuinya.

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita hanya bisa
diperoleh melalui informasi yang diberikan oleh orang lain kepada kita.
Konsep diri yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orangorang dekat lainnya di sekitar kita, termasuk kerabat.
KOMPONEN KONSEP DIRI

Wilayah Tak Dikenal (My Unconscious Self/Unknown Self)


bagian dari diri kita yang tidak diketahui baik oleh kita sendiri maupun
oleh orang lain.

Konsep diri memiliki 2 komponen :

Wilayah Tersembunyi (My Hidden Self)

kognitif disebut self image (citra diri), ex : saya pintar


afektif disebut self esteem (harga diri)/ persepsi evaluatif seseorang thd
diri sendiri, ex: saya senang bahwa saya pintar

PENYINGKAPAN DIRI (SELF DISCLOSURE)


Teori Penyingkapan Diri:

Membeberkan Informasi tentang diri sendiri secara sengaja


Membiarkan orang lain mengetahui kehidupan kita
Setiap Individu memiliki konsep diri
Konsep diri lebih dapat terungkap jika menggunakan KAP (Komunikator
Komunikan, sebaliknya)

ASUMSI SELF DISCLOSURE


KAP akan lebih efektif jika antara komunikator dan komunikan memiliki
konsep diri yang positif.
KAP akan lebih efektif jika komunikator dan komunikan dapat menyingkap
masing masing konsep diri.
DEFINISI SELF DISCLOSURE
Definisi Self Disclosure: Joseph A. Devito
self disclosure: suatu bentuk ksi dimana informasi ttg diri yang biasanya
disimpan atau disembunyikan, dikomunikasikan kepada orang lain.
Definisi Self Disclosure: Culbert
Culbert menyebutkan bahwa informasi yg diungkapkan dalam self disclosure
bersifat sangat pribadi (personally private)
Dimensi Self Disclosure
1. Ukuran self disclosure
dpt dilihat dari frekuensi seseorang melakukan nya dan berapa lama durasi/
waktu untuk menyatakan pengungkapan diri tsb.
2. Valensi self disclosure
kualitas positif dan negatif dari self disclosure (baik dan menyenangkan

atau tdk menyenangkan. Ini akan menimbulkan dampak yg berbeda baik bagi yg
mengungkapkan maupun pendengarnya.
3. Kecermatan dan Kejujuran
kecermatan dan ketepatan dibatasi oleh sejauhmana kita mengenal diri kita
sendiri. self disclosure juga tergantung kejujuran
4. Tujuan / maksud
kita dpt menyingkapkan sesuatu yg kita maksudkan shg dpt mengontrol self
disclosure
5. Keintiman
kita dpt menyingkapkan hal2 yg paling intim atau sbg periferal atau hal2 yg
terletak diantara keduanya.
Faktor2 yang Mempengaruhi Self Disclosure :
1. Besar kelompok
Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil ketimbang
kelompok besar. Diad (kel. Yg terdiri atas 2 orang) merupakan lingkup
kelompok yang dirasa cocok karena pelaku komunikasi nya tidak banyak. Jika
pendengar lebih dari 1 maka tanggapan pun akan semakin beragam sehigga
sulit meresapi tanggapan dg cermat.
2. Perasaan menyukai
kita membuka diri kpd orang2 yg kita sukai / cintai, orang yg kita sukai /
menyukai kita cenderung bersikap mendukung positif, kita juga lebih banyak
membuka diri pd orang yg kita percayai.
3. Efek diadik
Kita melakukan pengungkapan diri bila orang yg bersama kita juga melakukan
pengungkapan diri Hal ini membuat kita merasa lebih aman.
Berg&Archer melaporkan pengungkapan diri menjadi lebih akrab bila dilakukan
sebagai tanggapan atas pengungkapan diri orang lain.
4. Kompetensi
Orang yg kompeten biasanya lebih percaya diri dan lebih mempunyai banyak
hal positif ttg diri mereka sendiri untuk diungkapkan ketimbang orang2 yg

tdk kompeten.
5. Kepribadian
Orang2 yg pandai bergaul dan ekstrovert melakukam pengungkapan diri lebih
banyak ketimbang mereka yg kurang pandai bergaul dan introvert. Orang yg
kurang berani bicara pd umumnya juga kurang bisamengungkapkan dirinya.
6. Topik
sejumlah topik lebih memungkinkan orang untuk membuka diri daripada topik
lain
-ex: kita cenderung membuka diri ttg pekerjaan/hobi daripada kehidupan seks
/keuangan
7. Jenis Kelamin
banyak riset menunjukan bahwa wanita lebih membuka dirinya dibandingkan
pria,wanita lebih banyak mengungkapkan diri pd yg ia sukai sedangkan pria
lebih banyak pd orang yg ia percayai.

Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian.


Menurut sesYoung (1956) persepsi merupakan aktivitas, mengindera,
mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik
maupun obyek sosial dan penginderaan tersebut tergantung pada
stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasisensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal
yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapanharapan, niali-nilai, sikap ingatan dan lain-lain.
Menurut wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan
proses psikologi dan hasil dari penginderaan serta protes terakhir dari
kesadaran, sehingga

membentuk proses berpikir. Di dalam proses

persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu


obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang
dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk, yaitu

8. Ras, kebangsaan dan usia


kulit putih lebih terbuka daripada kulit hitam,orang Amerika lebih terbuka
daripada orang Puerto Rico, Jerman, Inggris dan Timur Tengah. self
disclosure lebih banyak terjadi pd pasangan usia 17-50 thn, setelah usia
tsb kecenderungan self disclosure menurun.

sikap yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau


bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula.
Istilah persepsi menurut adalah suatu proses aktivitas seseorang
dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan
menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan
dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat

Definisi Persepsi
Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk

mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari
benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. Dengan

individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan

persepsi

yang lainnya (Wolberg 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara

khususnya antar manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas

lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek,

dari interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa

sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut.

dengan dosen. Adanya interaksi antar komponen yang ada di dalam

Haal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek

kelas menjadikan masing-masing komponen (mahasiswa dan dosen)

tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar

akan saling memberi tanggapan, penilaian dan persepsinya. Adanya

sikap, tingkah laku, dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.

kita dapat berinteraksi

dengan dunia

sekeliling kita,

persepsi ini adalah penting agar dapat menumbuhkan komunikasi

menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh

aktif, sehingga dapat meningkatkan kapasitas belajar di kelas.

pengalaman dan proses belajar individu.

Persepsi

merupakan

suatu

proses

yang

didahului

oleh

penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu

B.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya

antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus

dibagi menjadi 2 yaitu ;

yang

1.

diindera

oleh

individu,

diorganisasikan

kemudian

Faktor Internal

diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang

apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang

terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia.

a.

Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap

informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi

stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran,

usaha

perasaan,

Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda

pengalaman-pengalaman

individu

akan

ikut

aktif

berpengaruh dalam proses persepsi.

untuk

memberikan

arti

terhadap

lingkungan

sekitarnya.

sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen


Perilaku, Struktur;

Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya

b.

Perhatian.

Individu

memerlukan

sejumlah

energi

yang

memberikan definisi persepsi adalah proses

dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk

kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan

fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang

memahami

juga

berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga

menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti

berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu

terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu

obyek.

memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya

c.

sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada

seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan

situasi itu sendiri.

untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan

dunia

sekitarnya

(terhadap

obyek).

Gibson

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian

Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada

seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau

persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang

dapat dikatakan sebagai minat.

diterima

d.

oleh

individu

melalui

alat

indera

yang

kemudian

Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana

diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti

kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang

tentang

dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

stimulus

yang

diterimanya

tersebut.

Proses

e.

Pengalaman

dan

ingatan.

Pengalaman

dapat

dikatakan

d.

Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan

tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat

memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan

mengingat

dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan

kejadian-kejadian

lampau

untuk

mengetahui

suatu

rangsang dalam pengertian luas.


f.

daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang,

e.

Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian

mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu

terhadap

obyek

yang

memberikan

gerakan

yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima,

pandangan dibandingkan obyek yang diam.

dalam

jangkauan

bereaksi dan mengingat.


2.

Faktor Eksternal

C.

Persepsi Sebagai Inti Komunikasi Interpersonal

Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan


karakteristik

dari

lingkungan

dan

obyek-obyek

yang

terlibat

Persepsi dikatakan inti komunikasi karena persepsi sangat


mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan baik komunikasi

didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang

interpersonal

seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana

intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang.

seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-

Misal berfikir, menulis, merenung, menggambar dan sebagainya.

faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

Sedangkan

a.

dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau kelompok, misal

Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini

menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka

komunikasi

interpersonal

intrapersonal.

adalah

Komunikasi

komunikasi

yang

Persepsi

atau cara

pandang kita

terhadap

sesuatu akan

persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek

menentukan jenis dan kualitas komunikasi yang kita lakukan. Misal

individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk

kita berhadapan dengan seseorang yang kita persepsikan baik, maka

persepsi.

komunikasi yang kita lakukan dengannya pun akan baik pula, begitu

Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya


lebih

banyak,

akan

lebih

mudah

dipahami

(to

be

Keunikan

dan

kekontrasan

juga sebaliknya.

perceived)

dibandingkan dengan yang sedikit.


c.

komunikasi

mengobrol lewat telepon, korespondensi dll.

semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi

b.

maupun

Definisi cantik menurut orang yang satu dengan yang lain pasti
mempunyai

stimulus.

Stimulus

luar

yang

jawaban

yang

berbeda-beda,

mungkin

ada

yang

menjawab cantik itu gendut, ramping atau bahkan kurus kering. Hal

penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama

itu

dikarenakan

persepsi

setiap

orang

atau

kelompok

dalam

sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik

memandang suatu hal berbeda-beda yang dipengaruhi oleh latar

perhatian.

belakang budaya, pengalaman, psikologi dan kondisi faktual yang saat


itu kita tangkap. Kecantikan menurut orang dayak adalah seseorang

yang memakai banyak anting sampai daun telinganya menjuntai ke

berbaju putih, hal ini terjadi karena kita hanya akan memperhatikan

bawah. Menurut penduduk fiji, kecantikan dilihat dari kemampuan

apa yang kita anggap paling bermakna bagi kita, paling berbeda dan

reproduksi yakni tubuh yang subur dan keturunan yang banyak.

paling menarik perhatian.

Berbeda dengan masyarakat modern kota, kecantikan diartikan

3.

Interpretasi

sebagai seorang wanita yang bertubuh ramping, putih, dan berambut

Tahap

interpretasi

adalah

tahap

terakhir.

Jika

persepsi

lurus. Sesuatu diintepretasikan berbeda-beda oleh setiap orang dan

dikatakan sebagai inti komunikasi, maka interpretasi adalah inti dari

kelompok tergantung latar belakangnya masing-masing.

persepsi.

Interpretasi

adalah

proses

penafsiran

informasi

atau

pemberian makna dari informasi yang telah kita tangkap dan kita
D.

Proses Terbentuknya Persepsi

Perceptual process atau proses persepsi meliputi 3 (tiga) tahap yaitu :

kemudian kita perhatikan, maka secara tidak langsung kita akan

1.

menginterpretasikan pantai tersebut. Apakah menurut kita indah,

Sensasi (asensi)
Sensasi adalah proses pengiriman pesan ke otak melalui panca

biasa saja atau bahkan jelek. Pendapat atau persepsi yang dihasilkan

indera yaitu mata, hidung, telinga, lidah, kulit. Panca indera adalah

tentunya akan beragam tergantung latar belakang kita masing-

reseptor yang menghubungkan otak kita dengan lingkungan sekitar.

masing.

Informasi

2.

perhatikan. Ketika mata kita melihat matahari terbenam di pantai

yang

kita

tangkap

dari

proses

melihat,

mencium,

mendengar, merasakan, dan meraba tersebut kita proses kembali

Sensasi, atensi dan interpretasi adalah tahapan-tahapan yang

untuk dapat menghasilkan persepsi terhadap sesuatu. Misal melihat

dilalui untuk menghasilkan persepsi, semakin sama persepsi setiap

pantai, mencium parfum, bersalaman, mencicipi masakan. Setelah

orang, maka semakin efektif komunikasi yang dilakukan. Persepsi

informasi itu kita tangkap dan kita rekam dalam otak kita masuk

setiap orang akan sama jika mereka berasal dari latar belakang yang

dalam terhadap atensi

sama. Misal sama-sama orang desa, sama-sama orang jaqwa dan

Atensi
Atensi

sama-sama orang gila.


adalah

suatu

tahap

dimana

kita

memperhatikan

Persepsi-persepsi yang ada pada diri kita akan mempengaruhi

informasi yang telah ada sebelum kita menginterpretasikannya.

proses komunikasi yang kita lakukan, karena itu berfikirlah positifdan

Sebenarnya banyak sekali hal yang tertangkap oleh panca indera,

obyektif dalam memandang sesuatu.

namun tidak semua kita perhatikan. Misal kita mengobrol lewat


telepon, informasi yang kita perhatikan hanyalah suara lawan bicara

E.

Sifat Persepsi

meskipun saat itu kita juga sedang membaca koran atau makan

Beberapa hal yang patut kita pelajari menyangkut persoalan

bakwan, ketika melihat sekumpulan orang berpakaian hitam, dan ada

dalam persepsi ini, Mulyana (2000: 176-196) mengungkapkan hal-hal

satu orang berpakaian putih, tentunya kita lebih memperhatikan yang

berikut:

1.

Persepsi mendasarkan pada pengalaman.


Dikemukakan

bahwa

pola-pola

pengalaman masa lalu dan kepentingan subjektif kita sendiri. Karena


perilaku

seseorang

itu

itu persepsi bersifat evaluatif; merupakan proses kognitif yang

berdasarkan persepsi mengenai realitas sosial yang telah dipelajarinya

mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan dengan

(pada masa lalu). Artinya, persepsi kita terhadap seseorang, objek,

memaknai objek persepsi itu sendiri.

atau kejadian, dan reaksi kita terhadap hal-hal itu amat tergantung

5.

Persepsi bersifat kontekstual.

pada pengalaman masa lalu berkaitan dengan orang, objek atau

2.

Dari setiap peristiwa komunikasi, seseorang selalu dituntut

kejadian serupa. Seperti halnya cara kita bekerja, menilai pekerjaan

untuk

mengorganisasikan

rangsangan

menjadi

suatu

persepsi.

yang baik bagi kita, cara kita makan, cara kita menilai kecantikan;

Konteks nampaknya berpengaruh kuat atas persepsi yang terbentuk

semua ini amat tergantung pada apa yang telah diajarkan budaya kita

dalam diri seseorang.

mengenai hal-hal tersebut.

Sebagai contoh, terhadap gambar seseorang bisa mengatakan

Persepsi bersifat selektif.

bahwa itu adalah angka 13 karena konteksnya adalah angka-angka

Pada dasarnya melalui indera kita, setiap saat diri kita ini

lainnya, yaitu 11, 12, 14 dan 15. Tetapi bagi seseorang yang memiliki

dirangsang dengan berjuta rangsangan. Jika kita harus memberikan

konteks huruf-huruf A, C, D dan E, maka gambar tersebut adalah

tafsiran atas semua rangsangan itu, maka kita ini bisa menjadi gila.

huruf B.

Karena itu, kita dituntut untuk mengatasi kerumitan tersebut dengan

3.

memperhatikan hal-hal yang menarik bagi kita. Atensi kita pada

Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan

dasarnya merupakan faktor utama dalam menentukan seleksi atas

untuk melakukan persepsi terhadap orang lain, namun paling tidak

rangsangan yang masuk ke dalam diri kita.

ada tiga jenis informasi terpenting yang perlu kita ketahui, yaitu

Persepsi bersifat dugaan.


Karena

4.

pada

dasarnya

tujuan orang tersebut, kondisi internalnya (psikologis), dan kesamaan


data

yang

kita

peroleh

melalui

antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi tujuan orang lain

penginderaan tidak pernah lengkap, makasering kita melakukan

memiliki beberapa arti bagi kita dalam berkomunikasi. Adalah hal

dugaan atau langsung melakukan penyimpulan. Coba perhatikan

yang tidak mungkin bagi kita untuk secara nyata mengamati kondisi

gambar apa yang bisa dibuat dengan ketiga titik dan keempat titik

internal orang lain. Namun melalui pengamatan terhadap perilakunya,

berikut ini.

kita dapat menyimpulkan bagaimana sikap, keyakinan dan nilai orang

Persepsi bersifat evaluatif.


Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka

tersebut.
Ada

anggapan

bahwa

elemen

non-verbal

dari

perilaku

persepsikan sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang

merupakan refleksi yang paling akurat dari perasaan atau kondisi

sering mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah

internal seseorang. Sementara itu, adanya kesamaan antara kita

sesuatu yang objektif. Kita melakukan interpretasi berdasarkan

dengan orang yang kita ajak berkomunikasi akan mendorong rasa

saling menyukai. Keadaan semacam ini akan membantu kita untuk

menyeluruh

mengenai

seseorang,

kesan

yang

menyeluruh

ini

merasa lebih nyaman dalam melanjutkan komunikasi

cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifatsifatnya yang spesifik. Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh

F.

Kekeliruan dan Kegagalan Persepsi

kuat

Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya

1.

sekali

diri

kita

dalam

menilai

orang-orang

yang

bersangkutan. Bila kita sangat terkesan oleh seseorang, karena

adalah asumsi atau pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan

kepemimpinannya

kegagalan persepsi adalah sebagai berikut:

cenderung memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal,

Kesalahan Atribusi
Atribusi

atau

keahliannya

dalam

suatu

bidang,

kita

maka seolah-olah ia pun baik dalam hal lainnya.

adalah

proses

internal

untuk

Kesan menyeluruh itu sering kita peroleh dari kesan pertama,

memahami penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui

yang biasanya berpengaruh kuat dan sulit digoyahkan. Para pakar

orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya,

menyebut hal itu sebagai hukum keprimaan (law of primacy).

kita mengamati penampilan fisik seseorang, karena faktor seperti

Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik

usia, gaya pakaian, dan daya tarik dapat memberikan isyarat

seseorang sering mempengaruhi persepsi kita akan prospek hidupnya.

mengenai

Misalnya,

sifat-sifat

dalam

diri

kita

utama

mereka.

orang

yang

berpenampilan

lebih

menarik

dianggap

Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan

berpeluang lebih besar dalam hidupnya (karir, perkawinan, dan

atau maksud perilaku si pembicara.atribusi kita juga keliru bila kita

sebagainya).

menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh faktor internal,

3.

Stereotif

padahal justru faktor eksternal-lah yang menyebabkannya, atau


sebaliknya
seseorang,

kita

menduga

padahal

faktor

faktor

eksternal

internal-lah

yang
yang

Kesulitan

menggerakkan

komunikasi

akan

muncul

dari

penstereotipan

(stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan

membangkitkan

sedikit

perilakunya.

informasi

dan

membentuk

asumsi

mengenai

mereka

berdasarakan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan

Salah satu sumber kesalahan atribusi lainnya adalah pesan

kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang

yang dipersepsi tidak utuh atau tidak lengkap, sehingga kita berusaha

dan objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau

menafsirkan

penilaian

kekurangannya,

pesan
atau

tersebut
mengisi

dengan

menafsirkan

kesenjangan

dan

sendiri

mempersepsi

mengenai

kategori-kategori

rangsangan atau pola yang tidak lengkap itu sebagai lengkap.


2.

pada

orang-orang

yang

dianggap

atau

objek-objek

sesuai,

karakteristik individual mereka.

Efek Halo

Contoh stereotip ini banyak sekali, misalnya:

Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo effects)

a.

Laki-laki berpikir logis

merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk suatu kesan

b.

Wanita bersikap emosional

alih-alih

berdasarkan
berdasarkan

c.

Orang berkulit hitam pencuri

dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagin. Dapat

d.

Orang Meksiko pemalas

dikatakan

e.

Orang Yahudi cerdas

(kepercayaan) dari prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi

f.

Orang Prancis penggemar wanita, anggur, dan makanan enak

perilaku. Jadi prasangka ini konsekuensi dari stereotip, dan lebih

g.

Orang Cina pandai memasak

teramati

h.

Orang Batak kasar

berprasangka selalu menggunakan citra mental yang kaku yang

i.

Orang Padang pelit

meringkas apapun yang dipercayai sebagai khas suatu kelompok.

j.

Orang Jawa halus pembawaan

Citra demikian disebut stereotip.

k.

Lelaki Sunda suka kawin cerai dan pelit memberi uang belanja

l.

Wanita Jawa tidak baik menikah dengan lelaki Sunda (karena suku

bahwa

daripada

stereotip

stereotip.

merupakan

Menurut

Ian

komponen

Robertson,

kognitif

pikiran

Meskipun kita cenderung menganggap prasangka berdasarkan


suatu dekotomi, yakni berprasangka atau tidak berprasangka, lebih

Jawa dianggap lebih tua daripada suku Sunda)

bermanfaat untuk menganggap prasangka ini sebagai bervariasi

m.

Orang Tasikmalaya tukang kredit

dalam suatu rentang dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi.

n.

Orang berkaca mata minus jenius

Sebagaimana stereotip, prasangka ini alamiah dan tidak terhindarkan.

o.

Orang berjenggot fundamentalis (padahal kambing juga berjenggot),

Pengguanaan prasangka memungkinkan kita mereespon lingkungan

dll.

secara umum, sehingga terlalu menyederhanakan masalah.


5.

4.

Gegar Budaya

Pada umumnya, stereotip bersifat negatif. Stereotip ini tidaklah

Menurut Kalvero Oberg, gegar budaya ditimbulkan oleh

berbahaya sejauh kita simpan dalam kepala kita. Akan tetapi

kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan

bahayanya sangat nyata bila stereotip ini diaktifkan dalam hubungan

simbol-simbol hubungan sosial. Lundstedt mengatakan bahwa gegar

manusia. Apa yang anda persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang

budaya adalah suatu bentuk ketidakmamapuan menyesuaikan diri

anda harapkan. Ketika anda mengharapkan orang lain berperilaku

(personality mal-adjustment) yang merupakan suatu reaksi terhadap

tertentu, anda mungkin mengkomunikasikan pengharapan anda

upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan

kepada mereka dengan cara-cara yang sangat halus, sehingga

lingkungan dan orang-orang baru. Sedangkan menurut P. Harris dan

meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan berperilaku sesuai

R. Moran, gegar budaya adalah suatu trauma umum yang dialami

dengan yang anda harapkan.

seseorang dalam suatu budaya yang baru dan berbeda karena harus

Prasangka
Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah
prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip.
Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa stereotip itu identik

belajar dan mengatasi begitu banyak nilai budaya dan pengharapan


baru, sementara nilai budaya dan pengharapan budaya lama tidak lagi
sesuai.

Kita tidak langsung mengalami gegar budaya ketika kita


memasuki lingkungan budaya yang baru. Fenomena itu dapat
digambarkan dalam beberapa tahap. Peter S. Adler mengemukakan
lima tahap dalam pengalaman transisional ini, yaitu:
a.

Tahap kontak. Ditandai dengan kesenangan, keheranan, dan


kekagetan, karena kita melihat hal-hal yang eksotik, unik, dan luar
biasa.

b.

Tahap disintegrasi. Terjadi ketika perilaku, nilai, dan sikap yang


berbeda mengganggu realitas perseptual kita.

c.

Tahap reintegrasi. Ditandai dengan penolakan atas budaya, kita

informasi adalah makna pesan. Jika dikatakan bahwa makna, kata, dan isyrat
tidak mengandung informasi jika tidak ditafsirkan oleh penerimanya maka
dapatlah dikemukakan bahwa ridaklah mempunyai arti apapun jika tidak di beri
makna oleh komunikasi. Sebaliknya pesanlah yang mengandung makna apabila
pesan tersebut ditafsirkan. Dari pengertian pesan tersebut dapat diketahui
bahwa wujud informasi adalah berupa pesan-pesan yang dikirimkan dan tentu
diterima
baik
dalam
bentuk
kata,
simbol,
atau
isyarat.
Makna
Persoalan makna kelak menarik perhatian para filsuf, ahli bahasa, psikologi,
sosiologi, dan antropologi, sejak 2000 tahun yang lalu. Untunglah Brodback
(1963) seperti dikutip Fisher membantu kita merumuskan tiga macam makna.

menolak kemiripan dan perbedaan budaya melalui penstereotipan,


generalisasi, evaluasi, perilaku, dan sikap yang sserba menilai.
d.

Tahap otonomi. Ditandai dengan kepekaan budaya dan keluwesan


pribadi

yang

meningkat,

pemahaman

atas

budaya

baru,

dan

kemampuan menyesuaikan diri dengan budaya baru kita.


e.

Tahap independensi. Ditandai dengan kita mulai menghargai


kemiripan

dan

perbedaan

budaya,

bahkan

menikmatinya.

Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah fenomena yang


alamiah saja. Intensitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang
pada dasarnya terbagi dua, yaitu: faktor internal (cirri-ciri kepribadian
orang yang bersangkutan), dan faktor eksternal (kerumitan budaya
atau lingkungan budaya baru yang dimasuki). Tidak ada kepastian
kapan gegar budaya ini akan muncul dihitung sejak kita memasuki
suatu budaya lain.

Pesan dan Makna


Pesan
Informasi tiada lain adlah makna simbol-simbol komunikasi. Dengan kata lain

Pertama, makna Referensial yakni makna suatu istilah mengenai objek, pikiran,

ideal, atau konsep yang ditujukan oleh istilah itu. Misalnya, istilah "kendaraan"
merujuk pada mobil, motor, sepeda, bahkan kuda, artinya sesuatu yang dapat
ditumpangi
dan
membawa
penumpangnya
pada
jarak
tertentu.
Kedua, makna yang Menunjukan Arti suatu istilah sejauh dihubungkan
dengankonsep-konsep lain. Misalnya, istilah phlogiston dulu digunakan untuk
menjelaskan proses pembakaran. sesuatu benda dapat terbakar bila da
phlogiston. namun sejak ad kata oksigen maka kata phlogiston sudah tida di pakai

lagi.

Ketiga, makna Intensional, yakni arti suatu istilah atau lambang tergantung pada

apa yang dimaksudkan oleh si pemakai dengan arti lambang itu. Misalnya, anda
bilang jeruk garut itu manis, manis yang dimaksud tidak ada rasa asam, tetapi
untuk kawan anda manis dengan sedikit rasa pahit.
Masalah dalam Bahasa
Bahasa merupakan faktor yang paling penting dalam berkomunikasi. Tanpa bahsa,
kita tidak dapt berkomunikasi. Dua jenis bahasa dalam komunikadi, yaitu bahasa
verbal (lisan) dan bahasa nonverbal (tulisan, simbol, isyarat). Fungsi bahasa dalam
berkomunikasi adalah untuk mengirimkan pesan. Bila tidak adanya bahasa maka
susahnya orang saling bersosialisasi, tidak berkembangnya kehidupan manusia,
maka punahlah manusia.

PESAN VERBAL & NONVERBAL


A. Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal
(Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat
simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang
digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan
formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki
bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena
bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota
kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan
sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut
peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata
harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa
Indonesia Yang berbunyi Di mana saya dapat menukar uang? akan disusun
dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:

Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change
some money?).
Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change
de largent?).
Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich
etwasGeld wechseln?).

Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi


merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan
pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan
pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.
!. Fungsi Bahasa.
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga
fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi
informasi.
a. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan
objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat
dirujuk dalam komunikasi.
b. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
c. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain,
inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan
bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan
menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan
kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles,
Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil,
setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa


saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang
hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul
dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi
mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat
mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
c.

Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa


memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri
kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

2. Keterbatasan Bahasa:
a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek
tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya.
Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya
mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan
demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan
sesuatu secara eksak.
Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya
baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.
b. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan
persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut
latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang
mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam.[1] Misalnya: tubuh
orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu
memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.
c. Kata-kata mengandung bias budaya.

Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat


berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda,
tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama
atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang
berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang
berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman
ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk
orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu
(di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.
Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang
artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang
sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita
memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan
pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut
isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal
dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang
sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal
pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.
d. Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian),
penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan
dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita
ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari
kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu
sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada:
Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang
itu untuk mencari nafkah? .... Bila yang dimaksud bekerja adalah
melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu
memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu
adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara,
menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai
baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.

Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk


lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian
(encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu
baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan
dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya,
bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan
kesalahpahaman.
B. Pesan Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan
nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara
teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun
dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin,
saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
1. Klasifikasi pesan nonverbal.
Jalaludin
berikut:

Rakhmat

(1994)

mengelompokkan

pesan-pesan

nonverbal sebagai

a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang


berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan
gestural, dan pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan
paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut,
ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat,
ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitianpenelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan
penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan
apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; b.
Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain
atau lingkungan; c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan
dalam situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan tingkat

pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan


barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

wajah

Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti


mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna
yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan
dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong
ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian
positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri
komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati
di depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness,
individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara
positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda
mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
b. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita
dengan orang lain.
c. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan
kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering
berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan
persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan
tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan
kosmetik.
d. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan
dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama
dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda.
Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
e. Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan
membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan
dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut,
marah, bercanda, dan tanpa perhatian.

Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad


digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan menandai wilayah
mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan
menarik lawan jenis.
2. Fungsi pesan nonverbal.
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal
yang dihubungkan dengan pesan verbal:
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan
secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya
menggelengkan kepala.
b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya
tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan
dengan mengangguk-anggukkan kepala.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain
terhadap pesan verbal. Misalnya anda memuji prestasi teman dengan
mencibirkan bibir, seraya berkata Hebat, kau memang hebat.
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak
terungkap dengan kata-kata.
e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.
Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul
meja.
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal Communication
Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan.
Yaitu:
a. Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatamuka,
kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan
nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya membaca
pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.

b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal


ketimbang pesan verbal.
c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari
penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat
diatur oleh komunikator secara sadar.
d.

Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat


diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi
metakomunikatif
artinya
memberikan
informasi
tambahan
yang
memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan
pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi,
komplemen, dan aksentuasi.

e.

Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien


dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal
sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat
redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih
banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.

f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada


situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan
dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan
sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN JALINAN HUBUNGAN


I. PENDAHULUAN
Disadari atau tidak kehidupan manusia tidak lepas dari orang lain. Setiap
individu pasti dan selalu membutuhkan orang lain. Karena itulah seorang
individu melakukan interaksi dengan individu lain untuk menyampaikan tujuan
yang diinginkan. Bentuk interaksi tersebut dapat dilakukan dengan
penyampaian ide melalui bahasa (verbal dan non verbal) kepada orang lain
yang dikenal dengan istilah komunikasi.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Ketika seseorang berkomunikasi, hal itu bukan sekedar menyampaikan isi
pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Dengan kata
lain ketika berkomunikasi seseorang tidak hanya menentukan content
melainkan juga relationship. Interpersonal Relationship (hubungan
antarpribadi) merupakan serangkaian interaksi antara dua individu (Duck dan
Gilmour dalam Budyatma dan Ganiem, 2011:36).
Dari segi psikologi komunikasi, dapat dikatakan bahwa semakin baik hubungan
interpersonal, semakin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, semakin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga semakin
efektif juga komunikasi yang berlangsung diantara pelakunya (komunikan dan
komunikator).
Dalam sebuah relationship, ada tahapan atau perkembangan yang meliputinya,
apapun bentuk komunikasi interpersonal yang terjadi. Setiap tahapan memiliki
cirinya masing-masing. Bahasa (verbal maupun non verbal) yang digunakan
oleh para pelaku komunikasi juga berbeda tergantung pada tahap mana
komunikasi tersebut berada.
Makalah ini berusaha memaparkan tentang perkembangan hubungan
interpersonal (the evolution of relationship). Hal ini penting untuk dikaji
sehingga para pelaku komunikasi mampu menempatkan diri dan memilih
bahasa (verbal dan non verbal) yang sesuai pada setiap tahapan komunikasi.
Dengan demikian tujuan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada
lawan bicaranya dapat diterima dengan baik dan komunikasi tersebut dikatakan
berhasil.
II. INTERPERSONAL COMMUNICATION AND RELATIONSHIP THEORY
A. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Intrepersonal berasal dari dua suku kata yakni komunikasi dan

interpersonal. Inter berarti antara, dan personal yang berarti orang. Jadi secara
harfiah komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara orangorang. Dalam komunikasi interpersonal tidak hanya terjadi pertukaran katakata (bahasa) namun yang lebih penting adalah penyampaian makna. Menurut
The Oxford English Dictionary (1989, vol.III, halaman 578) komunikasi berarti
menyampaikan, pertukaran ide, pengetahuan, informasi, dll (tulisan atau
tanda). Sedangkan Gergen (1991) berpendapat bahwa gagasan orang-orang
yang memiliki ide, yang terbentuk dalam pikiran, yang kemudian disampaikn
kepada orang lain itulah yang disebut dengan komunikasi.
Berikut beberapa definisi komunikasi menurut pendapat para ahli :
1. Komunikasi terjadi ketika pikiran dipengaruhi oleh pengalaman. Dengan kata
lain pengalaman memperngaruhi pikiran seseorang sehingga menyebabkan
terjadinya komunikasi (Richards, 1928 dikutip dalam www.beritannica.com).
2. Komunikasi merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan orang
secara tertulis maupun verbal. Gerakan seperti kontak mata, gerakan tubuh,
dan gerakan tangan juga merupakan bagian dari komunikasi i nterpersonal.
(Mark L. Knapp dan John Dalli Agustinus dalam buku pegangan Interpersonal
Communication, 2002).
3. Komunikasi interpersonal adalah hubungan bersama, proses komunikasi
yang dibangun antara dua orang (Stewart dan Angelo dalam buku
berkomunikasi interpersonal).
Komunikasi interpersonal menekankan proses berinteraksi (perilaku dan
keterampilan) bukan hanya isi pesan saja.
B. Teori Hubungan
Hubungan interpersonal adalah hubungan yang tidak hanya harus
memperhatikan isi pesan akan tetapi juga kualitas kadar hubungan tersebut.
Dalam menjalin sebuah hubungan interpersonal, ada pola-pola tertentu yang
merupakan hasil dari aturan yang dipakai partisipan, berikut pola hubungan
yang terjadi :
1. Supportive and Defensive Climates
Sikap suportif adalah sikap yang membuat suatu proses komunikasi menjadi
efektif dan efisien yang memberikan kepuasan kepada pelakunya. Sikap suportif
merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang
bersifat defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sikap
defensif dapat mengakibatkan komunikasi interpersonal akan gagal karena
orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang

ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang


lain.
Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan,
kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif) dan faktor-faktor
situasional (perilaku komunikasi orang lain).
Enam perilaku berlawanan (defensif dan suportif) yang dikemukakan oleh Jack
R. Gibb (1961):
Sikap Suportif Sikap Defensif
1. Deskripsi: Tidak melakukan penilaian terhadap orang lain
2. Orientasi masalah: mengajak orang lain menetapkan dan mencapai tujuan
dan tidak mengarahkannya
3. Spontan: tidak melakukan strategi atau bertaktik
4. Empati: menempatkan diri pada posisi orang lain dengan pandangan orang
lain itu
5. Persamaan: memandang orang lain setara
6. Provisionalisme: Kesediaan untuk selalui meninjau kembali pendapat kita,
tidak dogmatis 1. Evaluasi: menilai perilaku orang lain
2. Kontrol: mengontrol/mengarahkan orang lain
3. Strategi: merencanakan teknik atau berstrategi dalam berhubungan dengan
orang lain
4. Netralitas: menjauhkan diri dari perasaan atau perhatian orang lain
5. Superioritas: merasa lebih berharga atau lebih tinggi dari orang lain
6. Keyakinan: bertindak atas pengetahuan, keyakinan dan persepsi sendiri tanpa
mau mengubahnya
2. Dependencies and counter-dependencies
Dinamika dependensi dan kontradependensi lazim di temukan pada suatu
hubungan di berbagai waktu. Hubungan dependensi muncul ketika salah satu
individu sangat bergantung pada orang lain dalam dukungan, uang, pekerjaan,
kepemimpinan, atau bimbingan.
Pola dependensi memungkinkan seseorang mengandalkan orang lain dalam
berbagai keadaan. Contoh dependensi adalah antara anak dan orang tua
mereka atau antara terapis dan pasien mereka.
3. Progressive and regressive spiral
Jenis ketiga dari pola relasional adalah spiral. Ada yang bersifat progressive,
dimana komunikasi yang dilakukan mengarah kepada suatu kepuasan (hal-hal

positif), ada juga yang bersifat regressive, dimana komunikasi yang dilakukan
mengarah kepada suatu ketidakpuasan atau ketidakpercayaan (hal-hal negatif).
Dalam spiral kemajuan (progresif), pengolahan pesan dari negosiasi
menyebabkan rasa positiveness di dalam pengalaman mereka. Kepuasan dari
tiap orang tumbuh dan hasilnya adalah hubungan yang bersumber dari
tumbuhnya kesenangan dan kegembiraan dari orang-orang yang terlibat.
Sebaliknya jenis pola juga dapat berubah dari kemajuan dalam suatu hubungan
menjadi penurunan dalam tingkat kepuasan dan harmoninya. Dalam situasi
penurunan atau kemunduran ini, ada peningkatan dalam hal ketidaknyamanan,
jarak, frustasi, dan rasa ketidakpuasan terhadap orang-orang yang terlibat
dalam hubungan tersebut. Untuk mempertahankan kekuatan atau suasana
hubungan komunikasi yang baik, sifat progresif harus lebih besar daripada sifat
regresif.
4. Self-fulfilling and self defeating prophecies
Pola lain yang sering berkembang dalam hubungan/relasi adalah dilakukan
dengan ekpektasi kita sendiri. Dalam bukunya, Pygmalion in the Classroom,
Robert Rosenthal dan Lenore Jacobson melaporkan dampak ekspektasi guru
terhadap perkembangan intelektual para siswa.
Mereka berpendapat secara persuasif bahwa ketika para guru mengharapkan
kinerja yang tinggi atau rendah dari siswa tertentu, perilaku mereka sendiri
terhadap siswa ini cukup berbeda melalui self-fulfilling prophecy. Artinya, jika
seorang guru percaya John akan menjadi anak yang berbakat, guru kemudian
akan memperlakukannya seolah-olah dia berbakat, dan dia akan terpengaruh
untuk menjadi berbakat dengan ekspektasi guru tersebut.
Penelitian lebih lanjut meneliti anggapan ini secara mendalam. Tidak semua
studi menghasilkan apa yang disebut efek Pygmalion, kotroversi yang
berkembang adalah mengenai apakah ketidakkonsistenan ini adalah hasil dari
metode penelitian yang tidak pantas atau apakah ada masalah mendasar
dengan teori.
III. THE EVOLUTION OF RELATIONSHIP
A. Menurut Teori Barat
Kekuatan komunikasi interpersonal terkait dengan apa yang disebut
relationship (jalinan hubungan), yakni seperangkat harapan yang ada pada
partisipan yang dengan itu mereka menunjukkan perilaku tertentu di dalam
berkomunikasi (Littlejohn dalam Soyomukti, 2010:152).

Setiap bentuk hubungan yang terjadi, dinamika sebuah hubungan interpersonal


akan tumbuh, berkembang dan berakhir. Menurut Rubent (1998 : 250-258),
tahap-tahap hubungan interpersonal meliputi :
1. Inisiasi. Merupakan tahap paling awal dari suatu hubungan interpersonal.
Pada tahap ini individu memperoleh data mengenai masing-masing melalui
petunjuk nonverbal seperti senyuman, jabatan tangan, pandangan sekilas, dan
gerakan tubuh tertentu.
2. Eksplorasi. Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap inisiasi dan
terjadi tidak lama sesudah inisiasi. Pada tahap ini mulai dijajaki potensi yang
ada dari setiap individu serta dipelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada
dari suatu hubungan.
3. Intensifikasi. Pada tahap ini, individu harus memutuskan (baik secara verbal
maupun nonverbal) hubungan akan dilanjutkan tau tidak.
4. Formalisasi. Dalam perkembangannnya hubungan yang telah berjalan itu
perlu diformalkan. Pada tahap ini tiap-tiap individu secara bersama
mengembangkan simbol-simbol, pola-pola komunikasi yang disukai, kebiasaan
dan lain sebagainnya. Contohnya terjadi pada hubungan dua orang yang
berpacaran diformalkan dengan tukar cincin. Hubungan jual beli diformalkan
dengan penandatanganan akta jual beli dan sebagainya.
5. Redefinisi. Sejalan dengan waktu individu tidak dapat menghindarkan diri
dari perubahan. Perubahan ini mampu menciptakan tekanan terhadap
hubungan yang sedang berlangsung. Konsekuensinya adalah individu perlu
mendefinisikan kembali hubungan yang sedang dijalankan.
6. Deteriorasi. Kemunduran atau melemahnya suatu hubungan kadang tidak
disadari oleh mereka yang terlibat dalam hubungan tersebut. Jika kemunduran
yang terjadi itu tidak segera diantisipasi maka bukan tidak mungkin hubungan
yang terbentuk itu akan mengalami kehancuram.
Satu hal yang perlu diingat adalah tidak semua hubungan yang terbentuk
harus melewati keenam tahapan diatas. Atau bisa saja satu hubungan melewati
keenamnya sementara hubungan yang lain hanya melewati tiga dari enam
tahapan tersebut.
Mark Knapp (1972) mengemukakan pendapatnya tentang tahapan
perkembangan sebuah hubungan interpersonal, yakni:
1. Inisiasi: tahap awal yang dicirikan dengan sedikit pembicaraan
2. Eksperimen: suatu tahap dimana para individu mulai mencari informasi lebih
banyak tentang individu lain.

3. Intensifikasi: sama dengan yang dikemukakan Ruben


4. Integrasi: tahap yang menumbuhkan perasaan bersama; individu merasa
sebagai satu kesatuan, bukan lagi individu yang berbeda
5. Pertalian atau ikatan: suatu tahap dimana individu secara formal
meneguhkan hubungan mereka.
Sementara itu Jalaluddin Rakhmat (dalam Al-Faruqi : 2013), meringkas
perkembangan hubungan interpersonal itu menjadi tiga tahap saja:
1. Pembentukan hubungan.
Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (acquintance process). Fokus
pada tahap ini adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam
pembentukan hubungan. Informasi yang diperoleh tidak selalu melalui
komunikasi verbal melainkan juga melalui komunikasi nonverbal.
2. Peneguhan hubungan
Hubungan interpersonal tidak bersifat statis tetapi selalu berubah. Untuk
memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal diperlukan tindakantindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor
penting untuk memelihara keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol,respons
yang tepat dan nada emosional yang tepat.
3. Pemutusan hubungan
Suatu hubungan interpersonal yang paling harmonis sekalipun dapat
mengalami pemutusan hubungan, mungkin karena kematian, mungkin karena
konflik yang tidak terselesaikan dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai