I.
PENDAHULUAN
GAMBARAN
UMUM KAWASAN
PESISIR KABUPATEN PEMALANG
205
206
KONSEP
PENGELOLAAN
PEMANFAATAN
LAHAN
WILAYAH PESISIR
207
208
Hasil
kegiatan
silvofishery
pada
Kawasan pengembangan hutan mangrove di
Cikiong yang dimulai sejak tahun 1939 dan
penerapan konsep Silvofishery seluas 5000
hektar di Cikiong - Rengasdengklok ternyata
kurang memuaskan karena pengelolaan yang
belum optimum.
Masalah hama tambak
berupa ular dan burung, efek dari mangrove
sebagai peneduh serta kesesuaiannya
dengan ikan yang dipelihara dan status hak
milik tambak yang berupa tanah sewa pada
Dinas Kehutanan serta tidak berfungsinya
rencana hutan wisata telah membuat lokasi ini
banyak ditinggalkan penggarapnya. Masih
harus dipikirkan perbaikan sistem silvofishery
ini agar dapat berfungsi sesuai yang
diharapkan, yaitu melindungi lahan pemijahan
biota laut dan menjadikan lapangan kerja
tetap masyarakat.
Perbedaan pendapat masih terjadi,
mengenai penentuan lebar sabuk hijau
pantai/sungai, karena penentuan 50 meter
sabuk hijau pantai dan 10 meter sabuk hijau
muara sungai oleh beberapa pakar diragukan
kemampuannya untuk menjaga kelestarian
biota laut yang berada didepan perairannya.
Berapa lebar sabuk hijau yang sesuai adalah
pertanyaan yang harus dapat dijawab segera,
karena penentuan lebar sabuk hijau ini sangat
menentukan berapa luasan lahan tambak
yang harus dikonversikan menjadi hutan
lindung pantai atau menjadi peruntukan
lainnya. Di kecamatan Ulujami diperkirakan
terdapat 245 ha rencana lahan sempadan
sungai di desa Mojo dan Pesantren serta 845
Ha. Lahan rencana sempadan Pantai di desa
Pesantren, 50 ha. Didesa Limbangan dan 82
hektar di desa Blendung. Sehingga jumlah
lahan yang harus dikonversikan menjadi
lahan hutan lindung pantai dan sungai adalah
seluas 1.222 hektar.
Keterkaitan antara sektor ekonomi
masyarakat yang ada saat ini dan yang dapat
dikembangkan di masa depan dengan sektor
konservasi lingkungan yang menerapkan
konsep Silvofishery dan aktivitas keseharian
masyarakat pesisir, akan dapat mewujudkan
kegiatan
sektor
wisata
berwawasan
lingkungan yang didukung masyarakat di
Kecamatan Ulujami.
Pada penerapan konsep Silvofishery,
hutan Mangrove tidak sepenuhnya tumbuh
karena hutan tsb berada didalam sistem
tanggul, ikan dan biota laut lainnya yang
berada dilaut lepas tidak dapat berpijah disini.
Dapat dikatakan bahwa konsep ini selain tidak
efektif untuk konservasi kuantitas biota laut,
kecuali bila pada beberapa bagian lahan
Pemalang, 2002
209
Konsep Coastal
Kawasan Pantai
Agro-Ecotourism
210
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim.
(2000).
Laporan
Akhir
Penyusunan Rencana Detail Obyek
Wisata Pantai Blendung, Kabupaten
Pemalang, Pemda Pemalang P3TL,
BPPT.
2. Anonim. (2003). Artikel Peranan dan
Fungsi Hutan Bakau (Mangrove) dalam
Ekosistem Pesisir, Buletin Mina, Jakarta
211