Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN
Praktikum petrografi acara batuan sedimen klastik berlangsung pada
tanggal 14 dan 21 November 2016. Hal yang dilakukan pada praktikum ini berupa
pengamatan. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan secara mikroskopis
dengan tujuan untuk menganalisis kemudian melakukan pemerian nama batuan
dengan klasifikasi yang ditentukan yaitu klasifikasi klasifikasi Grabau (1904),
Dunham (1962), dan Folk (1959). Peraga batuan yang diamati ada lima macam,
antara lain:
4.1 Sayatan Nomor STA 5 LP 1
Sayatan peraga pertama yang diamati mempunyai nomor STA 5 LP 1
Sayatan ini diamati pada hari jumat , 28 November 2014 di laboratorium
sedimentologi. Sayatan ini diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi
dengan menggunakan perbesaran yaitu 4x,. Kenampakan awal dengan mikroskop
dengan maupun tanpa analisator serta baji kuarsa menunjukkan kenampakan
dominan kecoklatan.

Gambar 4.1.1. Kenampakan sayatan pada bidang pengamatan 1

15

Gambar 4.1.2. Kenampakan sayatan pada bidang pengamatan 2

Dari kenampakan pada sayatan, dapat dilakukan deskripsi tekstur,


komposisi, perkiraan proses diagenesis, dan porositas. Deskripsi yang pertama
dilakukan adalah tekstur. Tekstur sayatan ini terdiri dari ukuran butir antara 0,5
1 mm. Kebundaran butir yang terlihat adalah cenderung rounded. Selanjutnya,
kemas tergolong terbuka, dilihat dari adanya rongga antara fragmen. Pemilahan
sayatan diperkirakan adalah moderately sorted, diindikasikan dari fragmen yang
ukurannya berbeda. Bentuk butir pada sayatan susah untuk dideskripsi karena
bentuknya yang cenderung tidak sama. Butir penyusun sayatan ini mempunyai
pola kontak point of contact, yaitu jarak antar fragmen yang renggang dan
kontaknya hanya pada batas fragmennya.
Komposisi pada sayatan terdiri dari allochem, orthocem dan semen.
Allochem adalah komponen pada batuan yang hampir sama dengan pasir.
Allochem pada sayatan ini terbagi menjadi skeletal dan non skeletal grain. Bagian
skeletal ini berupa bagian tubuh organisme foram dan alga yang tampak pada
sayatan seperti cangkang dengan kamar yang berbuku-buku (ruas) dan seperti
batang (20 %). Lalu bagian non skeletalnya berupa pellet, yaitu bagian yang
berhubungan dengan kotoran organisme (25%). Kenampakannya pada sayatan
membulat dengan warna yang gelap dan didalamnya tidak ada pola. Komponen
orthocem pada sayatan mempunyai ciri kenampakan berwarna cenderung gelap,
16

seperti mud. Diinterpretasikan ini adalah mikrit (55 %). Komponen lainnya adalah
semen. Semen yang terlihat berawarna cenderung putih, hal ini menunjukkan
bahwa semen ini adalah dolomit.
Dari deskripsi sebelumnya, diinterpretasikan bahwa proses pembentukan
batuan yang menjadi sumber sayatan ini adalah melalaui proses yang cukup
panjang. Proses yang terjadi serta lingkungan terjadinya dapat diinterpretasikan
dari ciri tekstur, porositas dan komposisi pada sayatan. Berdasarkan deskripsi
tekstur sayatan sebelumnya, diinterpretasikan bahwa batuan yang menjadi sumber
sayatan ini telah mengalami proses kompaksi, sementasi dan litifikasi di
lingkungan pengendapannya. Kompaksi yang terjadi belum kemungkinan belum
terlalu intensif, dilihat dari kemas yang terbuka dan kontak antar butirnya yang
tergolong point of contact. Pada proses kompaksi, sedimen yang masih terpisah
dan rapuh akan menjadi lebih padat karena kandungan air nya berkurang. Akibat
lainnya adalah volume yang berkurang karena terjadi pemadatan. Fragmenfragmen yang kontaknya renggang akan menjadi lebih dekat dan rapat akibat
proses kompaksi ini. Sementasi juga telah terjadi pada batuan tersebut. Hal ini
dapat lihat dari adanya semen berupa dolomit ketika mengamati sayatan dengan
mikroskop. Selanjutnya, proses litifikasi juga terjadi pada batuan ini, dimana
seiring dengan bertambah kompak dan tersemennya sedimen hingga menjadi
batuan. Proses lainnya seperti rekristalisasi, replacement dan metasomatisme tidak
terindikasi terjadi pada batuan. Lingkungan pengendapan yang menjadi daerah
terbentuknnya batuan ini diinterpretasi melalui komposisi yang telah diperkirakan
dari pengamatan. Diketahui jumlah skeletal grain pada sayatan in berkisar 20 %,
pellet 25 % dan mikrit 55 %. Skeletal grain yang berupa foram dan alga ini
menandakan lingkungan pengendapan yang didalamnya terdapat organisme.
Bagian tubuh organisme yang tampak pada sayatan kebanyakan masih dalam
keadaan mendekati utuh, namun terdapat juga bagian pecahan, sehingga bagian
tubuh tersebut dapat berasal langsung dari lingkungan pengendapan maupun
tertransport dari daerah lain. Pellet mengindikasikan daerah yang didalamnya
terdapat organisme dan sedimennya cenderung mud. Selanjutnya, mikrit pada
sayatan menunjukkan lingkungan pengendapan dengan sedimen berukuran halus,

17

berenergi rendah dan air yang tenang. Daerah dengan ciri tersebut sangat
mendukung untuk berkembangnya organisme. Lingkungan yang memenuhi syarat
tersebut adalah back reef (fasies belakang terumbu) dan fore reef (fasies depan
terumbu).
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan komposisi yang
menjadi acuan. Pada sayatan ini allochem berupa skeletal berkisar 20 % dan non
skeletal 25 %, sementara mikritnya 55 %. . Dari komposisi tersebut, menurut
klasifikasi Folk (1959) adalah Biomicrite, Dunham (1962) adalah Wackestone
dan Embry dan Klovan (1971) adalah Wackestone.

18

19

Anda mungkin juga menyukai