Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2014
LATAR BELAKANG
Istilah service(jasa/pelayanan) dapat diartikan bahwa setiap tindakan atau
perbuatan yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang pada dasarnya tidak
berwujud fisik dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Pelayanan adalah kemudahan-kemudahan yang diberikan sehubungan
dengan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik berupa barang
maupun jasa yang berguna bagi orang lain (masyarakat), Negara dan Instansi yang
tingkat kepuasannya hanya dapat dirasakan oleh yang melayani maupun yang
dilayani.
Service quality adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Service quality pun dapat diartikan pemenuhan keinginan konsumen
atas ekspektasi yang didapatkan oleh konsumen dan bagaimana penyedia jasa
memenuhi ekspektasi tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Menurut Undang-undang No. 44 Tahun 2004 tentang Rumah Sakit,
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik
secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.
RUMUSAN MASALAH
Penulis melakukan wawancara dengan beberapa pasien dan keluarga pasien di
poliklinik pada dua rumah sakit yang berbeda di kota Bandung di Rumah Sakit X
dan Y. Dari hasil wawancara dengan pasien dan keluarga pasien terdapat beberapa
masalah yaitu:
a) Lamanya waktu antrian pendaftaran
b) Lamanya waktu tunggu pemeriksaan
c) Lamanya waktu penebusan resep obat difarmasi
d) Terlalu sedikitnya jumlah obat yang diberikan sehingga pasien harus lebih
sering ke rumah sakit.
e) Lamanya proses pemeriksaan karena keterbatasan jatah dana pemeriksaan
sehingga pasien harus pulang pergi dalam jangka waktu tertentu untuk
melakukan pemeriksaan lanjutan
LANDASAN TEORI
Service Culture:
Bertujuan pada melayani dan memuaskan pasien. Kreasi budaya melayani
dimulai dari top management dan turun kebawahannya. Budaya melayani pada
organisasi diperulkan pekerja dengan sikap siap untuk melayani konsumen
dengan tujuan akhirnya adalah bahwa pekerja dapat memberikan pelayanan
terbaik kepada konsumen.
Intangibility
Pelayanan itu tidak bisa dilihat, dirasakan, didengar, atau dirasakan
aromanya sebelum konsumen membeli produk. Konsumen yang membeli
suatu produk pelayanan akan pulang dengan tangan yang kosong akan
tetapi sebenarnya tidak dengan tangan kosong pula. Mereka memilik
kenangan atas pelayanan yang diberikan sehingga mereka dapat berbagi
dengan orang lain atas pengalaman mereka setelah mendapatkan
pelayanan. Untuk mengurangi keraguan pada pemasaran pelayanan,
konsumen harus mengetahui pelayanan apa saja yang akan didapatkan
apabila konsumen membeli jasa atau pelayanan pada instansi tersebut.
Inserparability
Konsumen merupakan bagian dari produk. Konsumen dan pekerja harus
mengerti bagaimana cara pemberian dari jasa atau pelyanan yang akan
diberikan karena konsumen bersama-sama memproduksi pelayanan
tersebut. Dalam hal ini penyedia jasa harus memilih, mempekerjakan, dan
melatih dari konsumennya. Keuntungan yang didapatkan oleh konsumen
adalah keuntungan, kostumasi, dan mengurangi waktu tunggu. Dalam
karakteristik ini diperlukan keramahan dari manager untuk mengelola
pekerja dan konsumen mereka.
Variability
Jasa atau pelayanan sangat bervariasi. Qualitas dari jasa sangat tergantung
dari siapa yang menangani konsumen, kapan, dan dimana konsumen
mendapat pelayanan tersebut.
secara
konsisten.
Konsistensi
produk
tergantung
pada
Pershability
Jasa atau pelayanan tidak dapat disimpan untuk penjualan dan
penggunanaan diwaktu yang berbeda.
atau
pelayanan
yang baik
menggunakan
marketing
untuk
memposisikan dirinya pada target pasar yang dituju. Dalam bisnis service
konsumen dan penyedia jasa saling berinteraksi untuk menciptakan pelayanan,
oleh karena itu penyedia jasa harus bisa berinteraksi secara efektif dengan
konsumen untuk menciptakan kesepakatan bersama dalam pemberian jasa.
Interaksi yang efektif tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam
memberikan jasa dan dukungan dibelakang penyedia jasa dalam pemberian jasa.
Managing Differentation
Pemasaran jasa sering mendapatkan kesulitan dalan membedakan
pelayanan mereka dengan pelayanan yang diberikan oleh kompetitornya. Hal
tersebut terlihat pada konsumen yang memandang pelayanan yang mereka berikan
menyerupai dan pada akhirnya konsumen melihat dari perbedaan harganya. Oleh
karena itu manager harus memikiran cara yang inovatif yang bisa membedakan
produk yang diberikan oleh penyedia jasa dengan kompetitornya sehingga
konsumen lebih memilih kepada produk yang kita tawarkan.
tersebut. Jika hasil yang didapatkan sesuai atau bahkan melebihi dari ekspektasi
konsumen dimungkinkan konsumen akan menggunakan penyedia jasa itu
kembali. Penyedia jasa perlu mengetahui ekspekatas dari target konsumen
terhadapa kualitas jasa yang akan diberikan. Oleh karena itu sangatlah penitng
bagi penyedia jasa menjelaskan dan mengkomunikasikan secara jelas kepada para
pekerja dan konsumen agar ekspektasi konusmen tercapai.
Terdapat empat kebijakan umum untuk menjaga kualitas jasa:
a) Customer obsessed, penyedia jasa memiliki filosofi untuk memuaskan
kebutuhan konsumen untuk mendapatkan kesetiaan konsumen terhadap
penyedia jasa
b) Komitmen terhadap kualitas yang diberikan
c) Penyedia jasa yang baik akan mengutakan kualitas jasa sebagai standard
d) Penyedia jasa melihat secara jelas pelayanan yang diberikan dan
membandingkan jasa yang diberikan oleh penyedia jasa miliknya dengan
jasa yang diberika oleh penyedia jasa kompetitornya. Dapat digunakan
metode comparison shopin, customer survey, dan complain form
Rekomendasi untuk meningkatkan service quality:
a) Mendengarkan
b) Reliability
c) Basic service
d) Service design
e) Recovery
f) Surprising customer
g) Fair play
h) Team work
i) Employee research
j) Servant leadership
10
5. Empathy
Caring, individualized attention the firm provides its customers.
Empathy terbagi tiga, yaitu:
Access: Approachability and ease of contact.
Communication: Keeping customers informed in language they
can understand and listening to them.
Understanding the customer: Making the effort to know
customers and their needs.
Konsumen menggunakan kelima dimensi ini untuk membentuk
penilaian mereka dari kualitas jasa, yang mana berdasarkan perbandingan antara
yang diharapkan dan jasa yang diterima. Kesenjangan antara jasa yang diharapkan
dan jasa yang diterima adalah ukuran dari service quality.
tidak
memahami
harapan
konsumen
dengan
baik.
11
12
13
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan pengamatan penulis berdasarkan ketidakpuasan pasein terhadap:
a) Lamanya waktu antrian pendaftaran
Bisa dikarenakan meningkatnya jumlah kunjungan ke rumah sakit
sedangkan loket pendaftar masih sangat terbatas. Sehingga waktu
menunggu pasien untuk pendaftaran menjadi lebih lama. Oleh karena itu
saya menyarankan untuk menambahkan loket antrian atau menggunakan
sistem pendaftaran elektronik.
b) Lamanya waktu tunggu pemeriksaan
Seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan di rumah sakit
pasien di poliklinik pun akan meningkat, sehingga waktu tunggu
pemeriksaan akan menjadi lebih panjang pada pasien dengan nomor urut
besar. Ketepatan waktu dokter datang ke poliklinik sangat berpengaruh
dalam waktu tunggu pemeriksaan. Oleh karena itu saya menyarankan
untuk menambah tenaga kerja dokter dan perawat dan menambah ruangan
pemeriksaan untuk mengurangi waktu tunggu. Serta berikan peringatan
dan pelatihan bagi dokter untuk datang tepat waktu
c) Lamanya waktu penebusan resep obat difarmasi
Meningkatnya jumlah pasien berobat kerumah sakit tentu akan
meningkat pula permintaan obat kebagian farmasi. Keterbatasan tenaga
farmasi, tata ruangan penyimpanan obat, proses peracikan obat yang lama
bisa menghambat pelayanan pemberian obat di bagian farmasi. Oleh
karena itu saya menyarankan untuk menambah tenaga kerja serta
14
d) Terlalu sedikitnya jumlah obat yang diberikan sehingga pasien harus lebih
sering ke rumah sakit.
Dalam sistem BPJS saat ini pasien dan dokter memiliki
keterbatasan dalam pemeriksaan dan pemberian obat karena minimnya
dana yang diberikan untuk pengobatan. Oleh karena itu pasien harus
sering kali kembali hanya untuk mengambil resep obat.
e) Lamanya proses pemeriksaan karena keterbatasan jatah dana pemeriksaan
sehingga pasien harus pulang pergi dalam jangka waktu tertentu untuk
melakukan pemeriksaan lanjutan.
Dalam sistem BPJS saat ini pasien dan dokter memiliki
keterbatasan dalam pemeriksaan dan pemberian obat karena minimnya
dana yang diberikan untuk pengobatan. Oleh karena itu pasien harus
kembali dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Kotler Philip, Bowen Jhon T., Makens James C., Marketing for
Hospitality and Tourism, Pearson Education inc: New Jersey 2010
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
3. Zeithaml, Valarie A., (et.al), 1990, Delivering Quality Services :
BalancingCustomer Perceptions and Expectations, The Free Press, A
Division of Macmillan Inc., New York.
16