Contoh Referat Luka Bakar
Contoh Referat Luka Bakar
Pengertian
Menurut Billings and Stokes (1999) dalam bukunya Medical Surgical
Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh kontak langsung antara anggota tubuh
dengan faktor penyebab luka bakar seperti api, listrik, bahan kimia ataupun
radiasi ( Effendi. C, 1999 ).
4.
5.
Gambaran klinis
dengan
Kesembuhan
edema
lengkap
minimal
dalam
dan
waktu
putih
satu
ketika
ditekan.
minggu
disertai
pengelupasan kulit.
2) Derajat dua (partial thickness)
Penyebab tersiram air mendidih dan terbakar oleh nyala api.
Melibatkan epidermis dan bagian dermis, gejala nyeri, hiperestesia
dan sensitif terhadap udara dingin. Keadaan melepuh, dasar luka
berbintik bintik merah, epidermis retak, permukaan basah dan
edema. Kesembuhan dalam waktu 2 hingga 3 minggu disertai
pembentukan jaringan parut dan bila ada infeksi dapat berubah
menjadi derajat tiga.
3) Derajat tiga (full thickness)
Penyebab terbakar nyala api, terkena cairan mendidih dalam
waktu lama dan tersengat arus listrik. Melibatkan semua lapisan
kulit, gejala tidak terasa nyeri, syok, (hematuria ada dalam urin) dan
kemungkinan hemolisis (destruksi sel darah merah), kemungkinan
terdapat luka masuk atau keluar (pada luka bakar listrik).
Kesembuhan dengan pembentukan eskar, diperlukan pencangkokan,
pembentukan parut dan hilangnya kontour serta fungsi kulit. Pada
fase yang lebih berat dapat terjadi amputasi pada daerah jari atau
ekstremitas.
b. Luas luka bakar
Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan Rule Of Nine
dari Wallace (1951) :
1) Kepala dan Leher
: 9%
2) Ekstrimitas Atas
: 2 x 9 % (kiri
dan kanan)
3) Paha dan Betis kaki
: 4 x 9 % (kiri
dan kanan)
4) Dada, Perut, Punggung, Bokong
: 4x9%
: 1%
Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas
relatif permukaan kepala jauh lebih besar dan relatif permukaan kaki lebih
kecil digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 dari lund dan
browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus-rumus
tersebut diatas adalah luas telapak tangan dianggap 1%. (Mansjoer Arif,
2000)
c. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan
beberapa faktor (Engram B, 1999).
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada
permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
d. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
Beberapa indikasi klien dengan luka bakar yang harus menjalani
rawat inap ( Mansjoer Arif, 2000 )
1) Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar>10% pada
anak atau > 15% pada orang dewasa.
2) Terancam edema laring akibat terhirupnya asap, udara hangat.
3) Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti
pada wajah, mata, tangan, kaki dan perineum.
e. Pemeriksaan diagnostik.
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien
luka bakar ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan
henti jantung.
3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar.
6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakar adalah dengan menutup lesi sesegera
atau intubasi.
4) Berikan oksigen.
5) Pasang intravena line untuk resusitasi cairan, berikan cairan ringer laktat
untuk mengatasi syok.
6) Pasang kateter buli buli untuk pemantau diuresis.
7) Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus
paralitik.
8) Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure/CVP)
untuk pemantauan sirkulasi darah, pada luka bakar ekstensif.
9) Periksa cedera seluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya
cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan
jenis cairan dapat yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan.
Terapi cairan lebih diindikasikan pada luka bakar derajat 2 dan 3 dengan
luas >25%, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dapat dihentikan
bila masukkan oral dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim
digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar,
yaitu :
a) Cara Evans.
Untuk menghitung jumlah cairan pada hari pertama
hitunglah :
Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc NaCl (1)
Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc larutan koloid (2)
2000 cc glukosa 5% (3)
Separuh dari jumlah (1), (2) dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan cairan setengah dari hari pertama. Pada hari ketiga berikan
cairan setengah dari hari kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan
lakukan penghitungan diuresis.
b) Cara Baxter.
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah cairan hari pertama dihitung dengan rumus = %luka
bakar x BB (kg) x 4cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan
dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya.
Hari pertama diberikan larutan ringer laktat karena terjadi
hiponatremi. Untuk hari kedua di berikan setengah dari jumlah hari
pertama.
7.
Komplikasi
a. Neurologis
Trauma listrik dengan arus rendah akan menyebabkan satu atau
lebih gejala neurologis pada seluruh kasus, sementara arus tinggi
menyebabkan defisit neurologis pada dua per tiga kasus.
b. Trauma susunan saraf pusat
Gejala bervariasi mulai dari gangguan kesadaran, kejang,
penurunan daya ingat, kelebihan emosi, gangguan belajar dan sakit kepala.
c. Trauma susunan saraf tepi
Hilangnya daya sensoris dan motoris, parestesi, paralysis,
disestesia, causalgia dan distrofi refleks simpatis.
d. Kerusakan Pleura : Efusi dan Pneumnitis
e. Trauma Jantung, dapat terjadi aritmia
f. Trauma abdomen dapat menyebabkan nekrosis atau perforasi
saluran cerna.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematik untuk mengumpulkan data
dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien
tersebut (Gaffar, 1997).
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang
klien dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.
Tujuan pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data dan menganalisa
data sehingga ditemukan diagnosa keperawatan.
Berdasarkan sumber data, data pengkajian dibedakan atas data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari klien tentang kondisi klien. Artinya data tersebut dapat diperoleh
walaupun klien tidak sadar sehingga tidak dapat berkomunikasi. Misalnya data
tentang kebersihan diri, data tentang status kesadaran dan sebagainya terlepas
dari lengkap tidaknya data yang terkumpul. Data sekunder adalah data yang
diperoleh selain dari klien. Seperti dari perawat, dokter, ahli gizi, ahli
fisioterapi, catatan keperawatan, pemeriksaan laboratorium, hasil rontgen,
pemeriksaan diagnostik lain, keluarga dan teman.
Adapun pengkajian yang ditemukan pada klien dengan luka bakar
menurut (Doenges, 1999) adalah sebagai berikut :
a. Aktifitas/istirahat :
Tanda :
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
marah.
d. Eliminasi :
Tanda :
Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
e. Makanan/cairan :
Tanda :
Oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala:
Area batas; kesemutan.
Tanda:
Data Objektif
Area kebas,
Hipotensi ( Syok )
kesemutan
Keterbatasan rentang
Nyeri
Masalah
sakit
tentang
keluarga
Pekerjaan,
yang cedera
keuangan,
Takikardia
kecacatan
Disritmia
Tidak tahu
Pembentukan edema
tentang
penyakitnya
bakar )
Takut dan
cemas
terhadap
penyakitnya
-
Anoreksia
2. Diagnosa Keperawatan
Adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan
aktual atau potensial (Gaffar, 1997).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang mejelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
(Carpenito, L. J., 2002)
Menurut Hidayat (2002), diagnosa keperawatan dibagi sesuai masalah
kesehatan klien :
a. Aktual, diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa
masalah kesehatan yang nyata saat ini sesuai dengan data klinis
yang ditemukan
b. Resiko Tinggi, diagnosa yang menjelaskan bahwa masalah
tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
kerusakan
Rasa
Nyaman;
kerusakan kulit/jaringan.
Nyeri
berhubungan
dengan
berhubungan
dengan
perawatan
di
Rumah
sakit/prosedur isolasi
j. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kejadian traumatik,
kecacatan
k. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah masalah yang diidentifikasikan pada
diagnosa keperawatan.
Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi (Lyer,Taptich, Bernoccchi -Losey,
1996). Sebagai langkah selanjutnya dalam proses keperawatan adalah
perencanaan, yaitu penentuan apa yang ingin dilakukan untuk membantu
klien. Untuk menmenuhi kebutuhan kesehatan dan mengatasi masalah
keperawatan. Langkah-langkah perencanaannya dapat meliputi :
a. Membuat
prioritas
urutan
diagnosa
keperawatan
Diagnosa keperawatan diurutkan dengan prioritas tinggi, sedang
dan rendah. Masalah dengan prioritas tinggi mencerminkan situasi yang
mengancam hidup (misalnya bersihan jalan napas). Masalah dengan
prioritas sedang berhubungan dengan situasi yang tidak gawat dan situasi
yang tidak mengancam kehidupan klien (misalnya personal Hygiene
klien). Masalah dengan prioritas rendah berhubungan secara langsung
dengan keadaan sakit atau prognosis yang spesifik (misalnya masalah
keuangan) (Carpenito, 2000)
b. Merumuskan tujuan dan Kriteria hasil
Kriteria Hasil adalah hasil intervensi keperawatan dan responrespon klien yang dapat dicapai, diinginkan oleh klien atau pemberi
asuhan dan dapat dicapai dalam periode waktu yang telah ditentukan
(Doenges, 1999).
Tujuan yang ditetapkan harus sesuai dengan SMART, Spesific
(Khusus), Measureable (dapat diukur), Acceptable (dapat diterima),
Realable (nyata), Time (waktu). Kriteri Hasil merupakan tujuan kearah
mana perawatan kesehatan diarahkan dan merupakan dasar untuk
memberikan Asuhan Keperawatan.
Komponen pernyataan kriteria hasil :
1) Subjek, menunjukkan siapa yang mencapai Kriteria hasil
2) Kata kerja yang dapat diukur, menunjukkan tindakan, tingkah laku dan respon
dari klien yang dapat dilihat, didengar, dihidu atau diraba.
3) Hasil, menunjukkan respon fisiologis, psikologis dan gaya hidup yang
diharapkan dari klien terhadap intervensi
Rencana Tindakan :
1.1 Kaji riwayat cedera, perhatikan adanya kondisi pernapasan
sebelumnya
Rasionalisasi
Rasionalisasi :
paru,
perhatikan
adanya
stridor,
mengi,
Rasionalisasi :
Rasionalisasi :
Rasionalisasi :
O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis
1.9 Awasi GDA
Rasionalisasi : Data dasar penting untuk pengkajian lanjut status pernafasan dan
pedoman untuk pengobatan
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute
Mukosa lembab
Rencana Tindakan :
2.1 Kaji tanda tanda vital, CVP, perhatikan pengisian kapiler
dan kekutan nadi perifer
Rasionalisasi : Memberikan pedoman untuk penggantian
cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler
2.2 Awasi haluaran dan berat jenis urin. Observasi warna dan
hemates sesuai indikasi
Rasionalisasi : Secara umum, penggantian cairan harus
dititrasi untuk rata-rata haluaran urin 30 / 50
ml / jam (untuk dewasa). Dapat merah atau
sampai hitam, pada kerusakan otot massif
sehubungan
dengan
adanya
darah
dan
keluarnya mioglobin.
2.3 Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tak tampak.
Rasionalisasi : Peningkatan
permeabilitas
kapiler,
melalui
evaporasi
tetap
urine.
2.4 Catat jumlah dan tipe pemasukan cairan
Rasionalisasi : Penggantian masif/cepat dengan tipe cairan
berbeda
dengan
fluktuasi
kecepatan
kehilangan
darah/
Diuretic
Kalium
Antasida
Rasionalisasi :
-
5000
tipe/luas
dan
isolasi
dapat
kontaminasi
silang
dan
terpajan
dengan
organisme
infeksius
3.4
kontaminasi
silang
dari
pengunjung
3.5
oportunistik
seringkali
terjadi
3.7
3.8
3.9
Rasa
berhubungan
Nyaman
dengan
Nyeri
kerusakan
kulit/jaringan.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil : - Klien dapat mengontrol rasa nyerinya
-
Rencana Tindakan :
4.1.Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi / karakter dan intensitas
(skala 0 10)
Rasionalisasi : Untuk
mengetahui
derajat
nyeri
yang
sehubungan
dengan
penggantian
empati
menghilangkan
dapat
membantu
nyeri/meningkatkan
relaksasi,
menurunkan
tidur
dapat
meningkatkan
mendapatkan
obat
Rencana Tindakan :
5.1 Kaji warna, sensasi, gerakan nadi perifer dan
pengisian kapiler pada ekstrimitas luka
baker,
bandingkan
dengan
yang
tidak
terkena
Rasionalisasi : Pembentukan edema dapat secara cepat
menekan
pembuluh
darah
sehingga
yang
tidak
sakit
membentu
Rasionalisasi
Rasionalisasi
Rasionalisasi
: Kehilangan/perpindahan
elektrolit
ini
sehingga
mengubah
konduksi
berhubungan
hipermetabolik.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
dengan
status
: Membantu
mencegah
ketidaknyamanan
distensi
dan
gaster/
meningkatkan
pemasukan.
6.5 Pastikan makanan yang disukai / tidak disukai
Rasionalisasi
mempertahankan
BB
dan
Tidak kontraktur
Rencana Tindakan :
7.1 Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan atau belat
untuk luka bakar diatas sendi
Rasionalisasi
: Meningkatkan
posisi
fungsional
pada
Rencana Tindakan :
Pre operasi
8.1
informasi
penanaman
dasar
kulit
tentang
dan
8.2
Post Operasi
8.3
8.4
8.5
8.6
Rencana Tindakan :
9.1
: Pengetahuan
apa
yang
menurunkan
ketakutan
memperjelas
kesalahan
diharapkan
dan
ansietas,
konsep
dan
meningkatkan kerjasama.
9.2
: Membantu
pasien/orang
terdekat
9.4
dan
dan
persepsi
menyaring
untuk
inormasi
keseluruhan
9.5
: Membantu
pasien
tetap
berhubungan
Identifikasi
metode
koping/penanganan
situasi
stress
sebelumnya
Rasionalisasi
9.7
Dorong
keluarga/orang
terdekat
mengunjungi/
kesinambungan hidup
traumatik
mengakibatkan
dan
akui
ekspresi
frustasi,
ketergantungan,
marah,duka
Rasionalisasi : Penerimaan perasaan sebagai respon normal
terhadap
apa
yang
terjadi
membantu
perbaikan
10.3 Perhatikan perilaku maladaptif
Rasionalisasi : Keluarga dan pasien cenderung menerima
krisis ini dengan cara yang sama dimana
mereka telah alami waktu lalu
10.4 Bersikap realistis selama pengobatan
Rasionalisasi : Meningkatkan
kepercayaan
dan
ventilasi
kan
respon
perasaan
dan
yang
lebih
membantu klien
11. Kurang
pengetahuan
prognosis,
tentang
kebutuhan
kondisi,
pengobatan
Rencana Tindakan :
dapat
membuat
pilihan
berdasarkan imformasi.
11.2 Diskusikan harapaan pasien untuk kembali ke rumah,
bekerja dan aktivitas normal.
Rasionalisasi
11.3 Kaji ulang perawatan luka baker, graft kulit, dan luka.
Identifikas sumber yang tepat untuk perawatan pasien rawat
jalan dan bahannya.
Rasionalisasi
pulang
dan
meningkatkan
kemandirian.
11.4 Diskusikan perawatan kulit
Rasionalisasi
graft
dapat
diharapkan
: kemungkinan
pada
pembatasan
berat/lokasi
cedera
tergantung
dan
tahap
penyembuhan.
11.7 Tekankan pentingnya melanjutkan pemasukan diet tinggi
protein kalori/protein.
Rasionalisasi
dan
penyembuhan
umum
kesehatan.
11.8 Kaji ulang pengobatan, temasuk tujuan, dosis, rute, dan
efeksamping.
Rasionalisasi
bertanya
dan
meyakinkan
11.10Tekankan
perlunya/pentingnya
mengevaluasi
perawatan/rahabilitasi.
Rasionalisasi
: Dukungan
jangka
panjang
dengan
di
butuhkan
untuk
mencapai
penyembuhan optimal.
11.11Berikan nomor telpon untuk orang yang di hubingi.
Rasionalisasi
untuk
menguatkan
: membantu
transisi
kerumah,
individu
dan
mendukung
kemandirian.
4. Pelaksanaan
Merupakan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal
yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal. Intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik,
dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan. (Engram B, 1999).
Pelaksanaan adalah implementasi atau penerapan tindakan-tindakan
keperawatan yang telah direncanakan. Pada tahap ini ada beberapa yang perlu
dikerjakan, antara lain :
a.
Melaksanakan/menerapkan
tindakan-tindakan
keperawatan
c. Menghilangkan nyeri.
d. Mencegah komplikasi.
e. Memberikan dukungan emosi pada pasien/orang terdekat.
f. Memberikan informasi tentang kondisi, prognosis dan
pengobatan.
5. Evaluasi
Merupakan hasil perbandingan yang sistmatis dan direncanakan antara
status kesehatan klien dengan hasil yang diharapkan. Evaluasi hasil yang di
harapkan pada klien dengan luka bakar berdasarkan diagnosa keperawatan
(Brunner & Suddarth, 2002).
a. Memelihara pertukaran gas dan bersihan jalan napas
1) Memeperlihatkan paru-paru yang terdengar bersih pada auskultasi.
2) Tidak memperlihatkan dispnea atau cyanosis dan dapat bernafas
dengan ketika berdiri, duduk serta berbaring.
3) Memperlihatkan frekuensi respirasi antara 12 20 x/menit.
4) Memiliki sekret respirasi yang minimal, tidak berwarna dan encer.
5) Memiliki irama jantung yang stabil.
b.
memperlihatkan
tanda-tanda
difisiensi
kadar
protein
serum
yang
normal.
f. Memperlihatkan mobilitas fisik yang optimal.
1) Memperbaiki kisaran gerak pada sendi
setiap hari.
2) Memperlihatkan kisaran gerak pra luka
bakar pada semua sendi.
3) Tidak mengalami tanda-tanda kalsifikasi
disekitar sendi.
4) Turut berpartisipasi dalam aktifitas hidup
sehari-hari.
g. Memperlihatkan perbaikan intergritas kulit.
1) Mempertahankan kulit yang secara
umum tampak utuh dan bebas dari
infeksi, dekubitus serta cidera.
2) Memperlihatkan daerah-daerah luka
terbuka yang berwarna merah muda,
mengalami reepitelisasi dan bebas
dari infeksi.
3) Sudah memperlihatkan luka yang
sembuh, teraba lunak dan halus.
dan
keluarganya
dengan
kata-kata
mengutarakan
perasaan
mereka
yang
berkenaan
memberikan
dukungan
emosional
kepada
klien
selama
mengatakan
kata-kata
mengutarakan
reaksi
terapeutik,
kehilangan.
2) Mengidentifikasi
strategi koping yang
digunakan
secara
efektif
dalam
menghadapi
situasi
stres
pernah
yang
dialami sebelumnya.
3) Dengan
kata-kata
mengutarakan
pandangan
yang
realistik
terhadap
kesedihan
akibat
luka
bakar.
j. Klien dan keluarganya dengan kata-kata mengutarakan
pemahaman mereka terhadap proses penanganan luka bakar.
1) Menyatakan
dasar
pemikiran
bagi berbagai
aspek
penanganan.
2) Menyatakan
periode waktu
yang realistik
untuk
kesembuhan.