Serat Nylon 66
Poliamida memiliki gugus fungsi amina (NH2) dan amida (NHCO) yang memungkinkan untuk dicelup
dengan zat warna asam. Mengingat struktur poliamida yang rapat, maka zat warna asam yang digunakan
harus memiliki ukuran molekul yang kecil (zat warna asam levelling). Namun bila diinginkan hasil pencelupan
yang mempunyai ketahanan luntur yang lebih tinggi dapat digunakan zat warna asam jenis milling dan
supermilling yang memiliki ukuran molekul lebih besar
Sifat Nylon 66
Nylon mempunyai kekuatan dan mulur berkisar dari 8,8 g/denier dan 18% sampai 4,3 gram/denier dan 45%. Kekuatan basah 80 90% kekuatan kering.
Pada penarikan 8% nylon elastis 100% dan pada penarikan 16%, nylon masih mempunyai elastisitas sampai 91%.
Nylon meleleh pada suhu 263 0C dalam atmosfer nitrogen dan di udara meleleh pada suhu 250 0C. Karena titik lelehnya tidak begitu tinggi, apabila suhu setrika terlalu tinggi,
seratnya akan lengket. Apabila suhu setrika diatas 180 0C, serat nylon mulai lengket dan apabila lebih dari 230 0C serat nylon akan rusak.
Nylon tahan terhadap asam-asam encer, tetapi dalam asam klorida pekat mendidih selama beberapa jam akan terurai menjadi m adipat dan heksametilena diamonium
hidroklorida.
Pada kondisi standar (RH 65% dan suhu 21 0C) moisture regain nylon 4,2%.
Bentuk memanjangnya seperti silinder yang rata dan penampang melintangnya hampir bulat.
Sebelum penarikan nylon suram, tetapi setelah penarikan seratnya berkilau dan cerah.
Nylon seperti serat tekstil lainnya akan terdegradasi oleh pengaruh sinar, tetapi ketahannya jauh lebih baik dibandingkan dengan sutera.
Nylon merupakan isolator yang baik, sehingga dapat menimbulkan listrik statik.
Pengerjaan dengan panas dan lembab akan memberi bentuk yang tetap pada nyolon, yaitu bentuknya akan tetap selama nylon tersebut dikerjakan pada suhu pengerjaan
pertama.
Radiasi nuklir pada umumnya menyebabkan terjadinya degradasi serat. Tetapi dengan dosis radiasi tertentu dan cara tertentu dapat dibuat timbulnya rantai cabang pada
permukaan serat nylon.
Sifat Nylon 6
Perbedaan pokok antara nylon 6 dan 66 ialah titik lelehnya lebih rendah.
Kekuatan mulur nylon 6 dapat divariasikan dari 8 g/denier dan 16 20% sampai 5 g/denier dan 30%.
Berat jenis nylon 6 adalah 1,14.
Nylon 6 melunak pada suhu 170 180 0C dan meleleh pada suhu 2150 C pada suhu 100 0C dalam waktu yang lama tidak berubah
warnanya.
Nylon 6 tahan terhadap kebanyakan pelarut organic seperti benzene, kloroform, aseton, ester-ester dan eter-eter tetapi larut
dalam fenol, kresol dan asam kuat.
Nylon 6 tahan terhadap alkali.
Nylon 6 tahan terhadap asam-asam lemah dingin, tetapi tidak tahan asam-asam dalam keadaan panas.
Levelling
Milling
Super Milling
pH Pencelupan
2-3
4-5
67
Kerataan
Penyerapan (Affinitas)
Kurang
Baik
Sangat Baik
Larutan
Terdispersi Molekuler
Terdispersi Koloidal
Terdispersi Koloidal
Cukup
Baik
Baik Sekali
Pemakaian Elektrolit
Penghambat Penyerapan
Penambah Penyerapan
Penambah Penyerapan
Untuk ukuran partikel zat warna asam mulai dari yang paling kecil adalah zat
warna asam levelling, milling, supermilling, sehingga kecerahan zat warna asam
levelling paling tinggi dibanding zat warna tipe zat warna asam lainnya.
Ukuran partikel zat warna juga menentukan besarnya ikatan sekunder antara zat
warna dengan serat yang berupa ikatan dari gaya Van Der Waals, dimana makin
banyak elektron dalam molekul (makin besar ukuran molekul) zat warna makin
besar ikatan fisika (Van Der Waals) nya. Oleh karena itu dapat dipahami bila tahan
luntur hasil pencelupan dengan zat warna levelling lebih rendah bila dibanding
dengan tahan luntur hasil celup dengan zat warna asam milling atau supermilling.
Zat warna asam merupakan zat warna yang larut dalam air dan berikatan ionik
dengan serta poliamida. Ketuaan pencelupan zat warna asam sangat bergantung
pada kondisi pH larutan sehingga kontrol ketuaan dapat dilakukan dengan
mengontrol pH karena dengan pH yang rendah maka muatas positif bahan akan
bertambah sehingga akan meningkatkan laju penyerapan zat warna.
Zat Pembantu
Zat pengatur pH
Untuk mencapai keasaman larutan celup sebaiknya digunakan asam organic lemah (seperti asam asetat atauasam oksalat) atau menggunakan system penyangga pH (asam asetat
ditambah Natrium asetat) agar pH lebih stabil, sehingga reproduksi bilitasnya lebih baik.
Penambahan zat anti sadah digunakan untuk mencegah terjadinya agregasi zat warna oleh ion logam seperti Ca2+ dan Mg2+ yang dapat menyebabkan proses difusi zat warna kedalam
serat menjadi terhambat, akibatnya terjadi ring dying yang menyebabkan ketahanan luntur warnanya turun dan warna hasil pencelupannya suram. Selain itu iar sadah dapat
menyebabkn hasil pencelupan tidak rata karena kelarutan zat warna menurun. Pelunak air yang digunakan umumnya jenis EDTA yang dapat mengikat ion logam Ca2+, Mg2+,
Fe2+,Mn2+, dan Cu2+.
Zat Pembasah
Zat pembasah digunakan untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan poliamida sehingga penyerapan zat warna menjadi lebih rata. Pada pecelupan poliamida zat
pembasah berperan juga sebagai retarder yang dapat memblokir muatan positif dari poliamida sebelum digantikan oleh anion zat warna.
Garam (NaCl)
Zat warna asam levelling memiliki afinitas yang rendah sehingga dibutuhkan penambahan garam untuk meningkatkan penyerapan zat warna namun bila pH rendah (>3) maka garam
akan berperan sebagai perata.
Levelling Agent
Zat warna asam berikatan ionik dengan serat poliamida sehingga migrasi zat warna dalam serat relatif sukar sehingga untuk mendapatkan kerataan pencelupan, laju penyerapan zat
warna harus diperlambat dengan cara menambahkan levelling agent. Pada pencelupan poliamida terdapat zat yang dapat berfungsi sebagai retarder : zat pendispersi nonionik,
perata kationik, perata anionik bekerja sebagai retarder dan zat penggelembung serat yang bekerja sebagai leveller. Zat perata yang dijual dapat berupa zat tunggal, tetapi berupa
campuran agar daya perataannya lebih baik, contoh campuran pendispersi nonionik + perata kationik + zat penngelembung serat. Meskipun zat perata dapat memperbaiki kerataan
hasil pencelupan, perlu juga diperhatikan konsentrasi pemakaiannya agar tidak berlebih, sebab bila berlebihan pemakaiannya dapat menerunkan kemampuan penyerapan zat warna
asam pada serat sehingga warnannya akan lebih muda.
: x%
: 1 3 mL/L
: 0,5 1 mL/L
: 0,5 1 mL/L
: 20 g/L
: 1 g/L
: 1:x
: 100OC
: 45 menit
: x%
: 1 3 mL/L
: 0,5 g/L
: 5 g/L
: 1 3 mL/L
: 1:x
: 100OC
: 45 menit
: x%
: 1 3 mL/L
: 5 g/L
: 1 3 mL/L
: 1:x
: 100OC
: 45 menit
Resep Pencucian
Sabun
Vlot
Suhu
Waktu
: 1 mL/L
: 1:x
: 80OC
: 10 menit
Zat Warna
Pembasah
Asam Asetat
Na Asetat
Anti Sadah
Kain
100
80
Suhu OC
NaCl
60
40
20
0
0
10
30
waktu (menit)
60
70
Kain
Buffer
Asam
Levelling Agent
100
Suhu OC
80
100 OC
Zat Warna
60
40
20
0
0
10
30
waktu (menit)
60
70
100 OC
100
Kain
Asam
Levelling Agent
Suhu OC
80
Zat Warna
60
40
20
0
0
10
30
waktu (menit)
60
70
Mekanisme Pencelupan
Mekanisme pencelupan zat warna asam pada poliamida berdasarkan ikatan ionic
antara molekul zat warna dengan gugus amina dan gugus amida dari serat
poliamida. Pada pH yang tidak terlalu rendah akan terjadi penyerapan ion H+ oleh
gugus amina sehingga menjadi bermuatan positif yang selanjutnya dapat
berikatan ionic dengan anion zat warna sam. Karena jumlah gugus amida pada
serat poliamida terbatas, pada kondisi tersebut hanya cocok untuk pencelupan
warna muda.untuk pencelupan warna sedang dan tua pH larutan pencelupan
harus diturunkan lebih lanjut sehingga akan terjadi penyerapan ion H+ pada gugus
amida yang jumlahnya sangat banyak. Oleh Karena itu makin rendah pH larutan
pencelupan penyerapan zat warna akan semakin besar.
Ikatan antara zat warna dengan serat berupa ikatan ionic yang merupakan gaya
antar aksi jangka panjang maka migrasi zat warna asam relatife kurang baik. Oleh
karena itu untuk mendapatkan kerataan hasil pencelupan penyerapan zat warna
diawal proses pencelupan harus diperlambat dengan cara memperlambat
kenaikan suhu dan menambahkan perata jenis retarder kedalam larutan
celupnya.
Cacat Pencelupan