Kelompok 5
EPIDIDIMITIS
Epididimitis merupakan suatu
proses inflamasi yang terjadi pada
epididimis.
Epididimis merupakan suatu
struktur berbentuk kurva (koil) yang
menempel di belakang testis dan
berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sperma yang matur.
Berdasarkan timbulnya nyeri,
epididimitis dibedakan menjadi
epididimitis akut dan kronik.
ETIOLOGI
Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung
dari usia pasien, sehingga penyebab dari timbulnya
epididimitis dibedakan menjadi
PATOFISIOOGI
Patofisiologi terjadinya epididimitis masih belum jelas,
dimana diperkirakan terjadinya epididimitis disebabkan oleh
aliran balik dari urin yang mengandung bakteri, dari uretra
pars prostatika menuju epididimis melalui duktus
ejakulatorius vesika seminalis, ampula dan vas deferens.
Oleh karena itu, penyumbatan yang terjadi di prostat dan
uretra serta adanya anomali kongenital pada bagian genitourinaria sering menyebabkan timbulnya epididimitis karena
tekanan tinggi sewaktu miksi.
KLIK PATHWAY !
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi
lokal namun juga berasal dari sumber infeksi yang asli.
Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti
duh uretra dan nyeri atau itching pada uretra (akibat uretritis),
nyeri panggul dan frekuensi miksi yang meningkat, dan rasa
terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang
disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah perineum,
frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan
terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut
prostatitis), demam dan nyeri pada regio flank (akibat infeksi
pada ginjal yang disebut pielonefritis).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk
mengetahui adanya suatu infeksi adalah:
Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit meningkat
Kultur urin dan pengecatan gram untuk kuman penyebab
infeksi
Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau
tidak
Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.
Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik
pada penderita
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
1. Color Doppler Ultrasonography
Pemeriksaan ini memiliki rentang kegunaan yang luas dimana
pemeriksaan ini lebih banyak digunakan untuk membedakan
epididimitis dengan penyebab akut skrotum lainnya.
Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi
pasien (seperti ukuran bayi berbeda dengan dewasa)
2. Nuclear Scintigraphy
Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan
dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah
yang meragukan dengan memakai ultrasonografi
3. USG abdomen
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali
kongenital pada pasien anak-anak dengan bakteriuria dan
epididimitis
PENATALAKSANAAN
Fluorokuinolon, namun penggunaannya telah dibatasi
karena terbukti resisten terhadap kuman gonorhoeae
Penatalaksanaan
Medis
Sefalosforin (Ceftriaxon)
Levofloxacin atau ofloxacin untuk mengatasi infeksi klamidia
dan digunakan pada pasien yang alergi penisilin
Doksisiklin, azithromycin, dan tetrasiklin digunakan untuk
mengatasi infeksi bakteri non gonokokal lainnya
Penatalaksanaan
Bedah
Epididymectomy
Epididymotomy ( Tindakan ini dilakukan pada
pasien dengan epididimitis akut supurativa.
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
SALPINGITIS
Salpingitis adalah Inflamasi
pada uterus, tuba fallopi, dan
ovarium yang mengarah ke
perlukaan
dengan
perlengketan pada jaringan
dan organ sekitar.
Terjadi
dalam
trimester
pertama kehamilan, akibat
migrasi bakteri ke atas dari
serviks hingga mencapai
endosalping
ETIOLOGI
Salpingitis merupakan sinonim dari penyakit radang
panggul, terjadi karena infeksi polimikrobakterial pada
sistem genitalia wanita ( uterus, tuba fallopi dan ovarium )
yang menyebabkan peningkatan infeksi pada daerah
vagina atau servik.
Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual,
tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah
prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan
IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi
endometrium).
Bakteri penyebab : Klamidia, Gonococcus (yang
menyebabkan gonore), Mycoplasma, Staphylococcus,
Streptococcus.
PATOFISIOLOGI
Kebanyakan kasus salpingitis terjadi dalam 2 tahap.
Pertama melibatkan akuisisi infeksi vagina atau leher rahim.
Yang kedua melibatkan peningkatan saluran kelamin bagian
atas. Meskipun mekanisme yang tepat untuk peningkatan
tidak diketahui, siklus menstruasi mundur dan pembukaan
leher rahim selama menstruasi tapi hal tersebut merupakan
faktor yang dapat meningkatkan infeksi.
Proses membedahan seperti biopsi endometrium,
kuret dan hysteroscopies, merupakan predisposisi wanita
untuk infeksi ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan
Umum
Pemeriksaan
Abdomen
Pemeriksaan
Pelvis
TES LABORATORIUM
Hitung darah lengkap dan Apusan darah
Hitung leukosit cenderung meningkat dan dapat sampai 20.000
dengan peningkatan leukosit polimorfonuklear dan peningkatan rasio
bentuk batang dengan segmen. Kadar hemoglobin dan hemokrit
biasanya dalam batas-batas normal. Penigkatan kadarnya berkaitan
dengan dehidrasis.
Urinalisis
Biasanya normal. Data diagnostic tambahan yang dapat dilakukan
pewarnaan gram endoserviks dan biakan : diplokokus gram-negatif
intraseluler pada asupan pewarnaan gram baik dari cairan serviks
ataupun suatu AKDR dengan pasien dengan salphingitis simptomatik
merupakan penyokong adanya infeksi neisseria yang memerlukan
pengobatan.
Biakan bakteriologi diperlukan untuk identifikasi positif neisseria
gonorrhoeae. Laparoskopi untuk melihat langsung gambaran tuba
fallopi.
Upaya pencegahan
Kurangi penggunan IUD bila
pasien menderita Klamidia dan
Gonorea.
Pemeriksaan terhadap wanita.
Antibiotic profilaktik rutin pada
pengguna IUD jangan dilakukan
ASUHAN KEPERAWATAN
TERIMA KASIH