Pengertian Rekombinasi
Peristiwa yang sering terjadi di dunia genetika sebagai pemicu terjadinya
Rekombinasi Homolog
Rekombinasi homolog menyebabkan terjadinya pertukaran antarmolekul
DNA yang merupakan homologi urutan nukleotida cukup besar. Ciri khusus
rekombinasi homolog adalah bahwa proses tersebut dapat terjadi setiap titik di
daerah homologi. Rekombinasi terjadi melalui tahap pemotongan untaian DNA
yang kemudian diikuti dengan proses penggabungan kembali. Rekombinasi
antarkromosom melibatkan proses pertukaran sekara fisik antara bagian-bagian
kromosom.
Proses rekombinasi terjadi sekara akurat sehingga tidak ada satupun
pasangan basa nukleotida yang hilang atau ditambahkan ke dalam kromosom
2
menyertakan stuktur DNA yang luar biasa. Pada rekombinasi genetik homolog,
dua molekul DNA berinteraksi dan meluruskan susunannya yang sama pada
beberapa tahapan reaksi. Proses pelurusan ini bisa melibatkan formasi DNA
menengah barudima tiga atau bahkan empat strand dilepaskan. Cabang struktur
DNA juga ditemukan sebagai rekombinan menengah. Pertukaran informasi antara
dua makromolekul helix besar sering melibatkan jalinan strand kompleks.
Rekombinasi Khusus
Berbeda dari proses rekombinasi homolog, rekombinasi khusus hanya
terjadi pada tempat khusus di dalam segmen molekul DNA. Pertukaran materi
genetik dilakukan oleh protein khusus yang mengkatalisis pemotongan dan
penggabungan molekul DNA sekara tepat pada tempat terjadinya rekombinasi.
3.
Rekombinasi Meiotik,
Rekombinasi meiotik adalah proses rekombinasi yang terjadi pada jasad
eukaryotik pada saat terjadi proses meiosis. Dalam beberapa hal mekanisme
rekombinasi meiotik menunjukkan kemiripan dengan proses rekombinasi
homolog pada bakteri meskipun beberapa tahapan awalnya berbeda. Proses
rekombinasi meiotik pada eukariot dimulai dengan adanya pemotongan dua untai
DNA (double-strand break) yang ada pada salah satu kromosom.
Pada
organisme
eukariot,
rekombinasi
genetik
terjadi
melalui
penggabungan seksual sel telur dan sel sperma. Di dalam proses ini, kromosom
sel sperma dan sel telur mengalami pemotongan pada titik homolog, dari
potongan-potongan kromosom dari kedua sel induk lagi bertukar dan bergabung
bersama-sama, menghasilkan gen kombinasi baru menghasilkan progeny yang
mengandung berbagai sifat fenotip yang diturunkan dari kedua induk.
Pemotongan, penyusunan kembali, dan bersatunya gen dan serangkaian gen
selama konjugasi seksual pada eukariot terjadi dengan ketepatan yang tinggi tanpa
mengganggu kerangka pembacaan atau isyarat pada urutan DNA. Pada bakteri
yang tidak menjalani meiosis, rekombinasi genetik terjadi pada seperti konjugasi
antara dua kromosom homologous yang terjadi selama atau segera setelah
replikasi.
D.
proses rekombinasi yang umum atau lazim pada E. coli. Dalam hal ini skrining
sel-sel F- E coliyang sudah mengalami mutasi dengan bantuan teknik replica
plating memungkinkan orang mengidentifikasi koloni-koloni mutan pada cawan
mula-mula yang tidak dapat membentuk rekombinan setelah berkonjugasi dengan
sel-sel Hfr pada replica plate. Mutan-mutan yang tidak dapat melakukan
rekombinasi tersebut ternyata bersangkut paut dengan tiga gen yang disebut recA,
recB dan recC.
Enzim-enzim yang Dikode Gen recA, recB dan recC
Protein recA merupakan suatu enzim yang berperan pada rekombinasi
umum
(lazim)
maupun
pada
perbaikan
DNA
(Ayala,dkk.,
1984).
Gen recA memang dibutuhkan untuk peristiwa rekombinasi umum pada E. Coli.
Pada kondisi in vitro protein tersebut yang telah dimurnikan mengkatalisasi
(membantu) pembentukan struktur Holliday (Ayala, dkk., 1984, Watson, dkk.,
1987). Dalam hal ini protein-protein recA berikatan pada molekul DNA unting
ganda maupun unting tunggal. Protein-protein tersebut juga menggunakan energi
yang diperoleh dari hidrolisis ATP untuk membuka DNA unting ganda, sehingga
memungkinkan terjadinya perpasangan dengan suatu DNA unting tunggal. Hal ini
memungkinkan terjadinya sinapsis molekul DNA yang memiliki urut-urutan
pasangan nukleotida yang mirip. Protein recA juga mengkatalisasi suatu transfer
unting berikutnya sehingga terbentuklah suatu jembatan silang (struktur Holliday)
yang selanjutnya diikuti dengan migrasi jembatan silang tadi
Fungsi gen recB+ dan recC+ sudah diketahui juga. Dalam hal ini
gen recB+ danrecC+ mengkode dua subunit suatu nuclease yang tergantung ATP
(Ayala, dkk., 1984). Diduga bahwa nuclease itu berperan sebagai suatu
resolvase yang memotong jembantan silang pada struktur Holliday untuk
menyempurnakan proses rekombinasi.
Protein recA juga memegang suatu peran utama dalam perbaikan DNA,
fungsi perbaikan ini diaktifasi oleh DNA unting tunggal. Protein recA memiliki
suatu aktivitas proteolitik yang distimulasi oleh DNA unting tunggal. Aktivitas
proteolitik itu memotong sekurang-kurangnya dua macam molekul repressor.
Salah satu repressor itu adalah represor profag lambda, yang menyebabkan
induksi profag. Molekul repressor lain adalah suatu produk dari gen lex A.
Represor kedua ini mengatur tingkat eksperi gen recAmaupun sejumlah gen yang
terlibat pada mekanisme perbaikan DNA serta fungsi survival yang disebut
sebagai fungsi SOS. Produksi protein recA yang meningkat juga membantu
pemulihan sel, mungkin dengan cara memperantarai perbaikan oleh rekombinasi
antara daerah yang rusak dan yang tidak rusak dari molekul DNA turunan
pascareplikasi.
Informasi tentang peranan enzim pada proses rekombinasi khususnya yang
terkait
dengan
yang
telah
dikemukakan
Aktivitas
kedua
dari
nuclease)
yang
berukuran 40.000 dalton. Kebanyakan daerah inti tapak attBmaupun attP terdiri
dari 15 pasang nukleotida.
E.
percobaan infeksi campuran (Klug dan Cummings, 2000 dalam Corebima, 2000).
Pada percobaan infeksi campuran itu dua strain mutan dibiarkan menginfeksi satu
biakan bakteri yang sama secara simultan. Oleh karena pada percobaan ini
dilibatkan dua lokus (dua strain yang berbeda) maka rekombinasi yang terjadi
tergolong bersifat intergenik.
Mari kita perhatikan satu contoh percobaan yang menggunakan system
E.coli T2 (Klug dan Cummings, 2000 dalam Corebima, 2000). Fag induk yang
digunakan bergenotif h+r (rentang inang wild type), lisis cepat) dan hr+ (rentang
inang lebar, lisis normal). Percobaan itu dilakukan oleh Hersley dan Rotman pada
1949. Sebenarnya pada percobaan itu digunakan pula strain-stain induk fag T2
yang lain, tidak terbatas hanya yang bergenotif h+r dan hr+. Pada rangkaian
percobaan itu, jumlah fag yang diintroduksi cukup untuk menginfeksi tiap bakteri
dengan jumlah sekitar lima buah.
Setelah satu jam, sebagian besar atau seluruh bakteri sudah pecah dan
sampel turunan fag yang berasal dari 40.000 bakteri di tiap persilangan
selanjutnya dibiakkan dalam cawan petri yang telah mengandung suatu
campuran E. coli strain B dan B/2. Jika pada percobaan tersebut tidak terjadi
rekombinasi maka kedua genotif induk inilah yang dijumpai pada genotif turunan.
Namun demikian ternyata pada percobaan itu ditemukan juga genotif
rekombinan h+r+, dan hr, di samping genotif-genotif induk. Bagan percoaan itu
ditunjukkan pada Gambar 2.1. Hasil percobaan tersebut yang berupa tampilan
plak turunan pada cawan petri ditunjukkan pada gambar 2.2. Sebagaimana yang
telah dikemukakan, cawan petri tersebut sebelumnya sudah mengandung biakan
bakteri E. colicampuran strain B dan B/2.
Pertukaran genetik yang menyebabkan bcrlangsungnya rekombinasi
intergenik yang terjadi pada fag bakteri T2 yang sebagian datanya ditunjukkan
pada Tabel 2.1, tampaknya bersifat resiprok. Data selengkapnya hasil percobaan
rekombinasi fag bakteri T2 memanfaatkan infeksi simultan yang dilakukan
10
Hershey dan Rotman ditunjukkan pada Tabel 2.2 (gen penanda r terdiri dari
tiga mutan). E.coli dengan
gen
1985
dalam
Corebima, 2000).
Data yang terlihat pada tabel 14.2 jelas memperlihatkan bahwa pada tiap
persilangan itu, kedua kelompok tipe rekombinan mempunyai frekuensi yang
hampir sama. Itulah alasannya bahwa tampaknya rekombinasi yang terjadi itu
bersifat resiprok. Selain itu data pada Tabel 14.2 itu juga memperlihatkan adanya
pola kelompok pautan tertentu. Sebagai contoh misalnya frekuensi rekombinasi
pada persilangan h-r13 sebesar antara 25-30 % di satu pihak, dan pada
persilangan h-r sebesar 1-2 % di pihak lain. Dalam hubungan ini mutanmutan r yang terletak di daerah kromosom fag yang berbeda diberi notasi
tersendiri misalnya rl, r7, dan sebagainya.
Berkenaan dengan adanya kelompok pautan tertentu seperti yang telah
dikcmukakan, atas dasar percobaan-percobaan yang telah dilakukan, Hershey dan
Rotman menemukan bahwa, mengacu kepada frekuensi rekombinan yang kecil
banyak gen yang terangkai bersama (berdekatan) sebagai satu kelompok, selalu
menunjukkan jarak kelompok pautan yang sama sebesar 30% (Strickberger,
1985). Daiam hubungan ini Hershey mengajukan hipotesis yang menyatakan
bahwa ada tiga kelompok pautan pada fag T2; dinyatakan pula bahwa proses
penggabungan
(kombinasi)
secara
bebas(independent
assortment) antara
11
gen fag. Hershey dan Chase sudah melakukan upaya itu, dengan menggunakan
tiga strain fag T2 (Strickberger, 1985 dalam Corebima, 2000). Tiap strain tersebut
melibatkan gen h, m, dan r. Hasil percobaan itu ditunjukkan pada tabel 2.3
Kejadian rekombinasi yang datanya terlihat pada tabel 14.3 hanya dapat
terjadi karena ada pertukaran genetik antara ketiga strain; pertukaran genetik itu
berlangsung melalui dua alternatif cara: 1) terjadi dua rekombinasi berturutan
dalam sel yang sama; rekombinasi pertama berlangsung antara kromosom dua
strain, sedangkan rekombinasi kcdua berlangsung antara strain rekombinan yang
telah terbentuk dan strain ketiga; 2) terjadi "perkawinan serempak" antara ketiga
kromosom dari ketiga strain pada suatu waktu yang sama. Di antara kedua
alternatif cara itu, manakah yang sesungguhnya terjadi belum diketahui.
Kejadian unik yang menyebabkan berlangsungnya rekombinasi pada fag,
temyata juga berdampak terhadap nilai interferensi genetik, yang bersangkut paut
dengan perhitungan frekuensi rekombinasi pada daerah kromosom fag yang
berdekatan. Pada kebanyakan makhluk hidup, nilai interferensi genetik positif
(akibat nilai koefisien koinsidensi kurang dari 1) yang berarti bahwa peristiwa
pindah silang yang terjadi pada suatu daerah kromosom akan menghambat pindah
silang pada suatu daerah kromosom di dekatnya. Sebagai contoh misalnya pada
persilangan abc >< abc, jika interfensi genetik positif berarti bahwa pindah silang
yang berarti bahwa pindah silang yang terjadi pada daerah kromosom antara ab
akan menghambat pindah silang yang terjadi antara bc. Pada kondisi semacam itu
nilai frekuensi rekombinasi ganda (akibat pindah silang ganda) yang diobservasi
lebih rendah disbanding nilai harapan.
Pada banyak persilangan antara fag, dan lain pihak nilai, interverensi
genetic justru negative, akibat nilai koovisien koinsidensi lebih besar dari 1. Hal
itu berarti bahwa pindah silang pada suatu daerah kromosom akan
meningkatkatkan kejadian pindah silang kromosom di dekatnya. Pada kondisi
semacam ini nilai frekuensi rekombinasi ganda (akibat pindah silang ganda) yang
diobservasi lebih tinggi dibandingkan nilai harapan. Mari kita perhatikan hasil
suatu persilangan tiga gen (factor) antara strain-strain fag yang dilakukan oleh
Kaizer (Strickberger, 1985). Hasil persilangan fakta factor tersebut ditunjuk pada
table berikut Tabel 2.4.
12
tentang nilai
interferensi
genetic
negative
pada
fag
Pada awal decade 1950 Benzer melakuka pengamatan dan pengkajian rinci
terhadap lokus rII fag T4 (Klug dan Cummings, 2000 dalam Corebima, 2000).
Dalam hal ini Benzer berhasil melaksanakan percobaan yang mengungkap
keberadaan rekombinan-rekombinan genetic yang sangat jarang yang terjadi
akibat pertukaran yang langsung dalam gen, bukan antar gen sebagaimana yang
dipaparkan sebelumnya. Benzer juga berhasil menunjukan bahwa peristiwa
rekombinasi semacam itu terjadi antar DNA fag-fag bateri selama infeksi simultan
terhadap E.coli.
Hasil akhir dari kerja Benzer adalah terungkapnya peta rinci dari lokus rII.
Oleh karena informasi yang terungkap sangat rinci, kerja Benzer tersebut disebut
juga sebagai analisis struktur halus dari gen. karya inipun tidak ternilai harganya
karena terungkap melalui percobaan yang dilaksanakan sebelum teknik DNA
sequencing dikembangkan.
Dalam proses kerjanya upaya pertama yang dilaksanakan Benzer
adalah melakukan isolasi atas sejumlah besar (sebanyak-banyaknya) muatan di
dalam lokus rllfag T4 (Klug dan Cummings; 2000 dalam Corebima, 2000). Dalam
hal ini ternyata mutan-mutan dalam lokus rll tersebut menghasilkan plak-plak
yang berlainan jika dibiarkan pada cawan yang mengandung E-colt strain B.
kenyataan tersebut sangat mempermudah upaya isolasi muatan-muatan itu. Dalam
upayanya tersebut sangat mempermudah upaya isolasi muatan-muatan itu. Dalam
upayanya itu Benzer berhasil mengisolasikan sekitar 20.000 mutan di dalam
lokus rll fag T4.
Kunci analisis Benzer terletak pada kenyataan bahwa mutanmutan rll tidak dapat melakukan lisis secara berhasil terhadap suatu strain Ecoli yang lain,
fag
terhadap E-coli B (Klug dan Cummings, 2000). Di lain pihak, fag strain wild
type mampu melakukan lisis terhadap kedua strain E-coli tersebut, yaitu strain B
rekombinasi
di
dalam
menghasilkan
rekombinasi wild
type(betapapun jarangnya) maka rekombinasi wuld type itu dapat hidup di dalam
sel E-coliK1
14
dari
kenyataan
bahwa
Benzer
mampu
menemukan
satu
fag
rekombinan wild-type yang tercampur diantara sekitar 100 juta fag turunan mutan.
Selain cara-cara yang telah dilakukan itu, Benzer juga melakukan
suatu upaya lagi dalam rangka lebih mengamankan pelaksanaan percobaan
sekaligus menjaga ketelitian data/hasil percobaan. Satu upaya yang juga dilakukan
itu adalah uji komplementasi.
Uji komplementasi itu dilakukan karena selama melakukan kontrol
terhadap percobaannya terutama di saat E-coli
diinfeksi oleh pasangan strain mutan yang berbeda, Benzer kadang-kadang
menemukan bahwa E-coli
Cummings, 2000). Pada mulanya kenyataan itu sangat membingungkan, karena
seharusnya hanya strain rll wild-type yang dapat menyebabkan E-coli
mengalami lisis. Bagaimana penjelasannya, sehingga strain-strain mutan rll justru
dapat menyebabkan E-coli
sangat membingngkan itu diperoleh melalui uji komplementasi, karena Benzer
berpendapat bahwa selama melakukan infeksi secara bersamaan, tiap strain mutan
itu memberikan sesuatu yang tidak dimiliki oleh strain lainnya. Dan jika hal itu
terjadi maka fungsi atau kemampuan strain wild-type akan pulih.
15
16
menghasilkan
dua
produk
yang
resiprok;
hanya
satu
di
17
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Kamriantiramli.
2010.
Fungsi
rekombinasi
gen.
(online).
http://kamriantiramli.wordpress.com/tag/fungsi-rekombinasi-genetik.
Diakses tanggal 7 Desember2014
Yuwono,T. 2007. Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga.
20