Anda di halaman 1dari 13

Efek clonidine pada inhibisi transpor aksonal yang diinduksi lidocaine pada

neuron radiks dorsalis tikus yang dikultur


H. Hiruma1*, K. Shimizu2, T. Takenami2, H. Sugie1 dan T. Kawakami1
1
Bagian Fisiologi dan Bagian Anestesiologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Kitasato 1-15-1 Kitasato,Sagamihara 228-8555, Jepang
*Penulis. E-mail: hiruma@med.kitasato-u.ac.jp

Latar belakang. Clonidine, agonis α2-adrenoreseptor, dikombinasikan dengan


lidocaine untuk anestesia. Lidocaine menghambat transpor dan pertumbuhan neurit,
sedangkan agonis α2-adrenoreseptor mempunyai efek neurotropik. Disini kami telah
menyelidiki apakah clonidine menurunkan inhibisi transpor aksonal yang diinduksi
lidocaine pada neuron ganglion radiks dorsalin tikus yang kultur.

Metode. Transpor aksonal dari organel dan pertumbuhan neurit dinilai oleh video
mikroskopi pada sel yang diberi clonidine dan lidocaine selama 1 jam. Didapatkan
respon yang stabil selama periode ini.

Hasil. Clonidine (10 dan 100 µM) meningkatkan transpor aksonal dan lidocaine (10,
100 µM dan 1 mM) menurunkan transpor aksonal. Efek inhibitorik lidocaine
direduksi oleh perlakuan dengan pemberian clonidine secara simultan. Kerja
clonidine dilawan oleh antagonis α2-adrenoreseptor, yohimbine. Karena clonidine
dilaoprkan menghambat saluran tipe N, kami kemudian menyelidiki peran saluran ion
pada kerja clonidine yang bersifat antagonis pada respon lidocaine. Kerja lidocaine
pada transpor aksonal tidak serupa dengan penghambat saluran Na+ tetradoxin dan
tidak dihambat oleh aktivator saluran Na+ veratridine. Kerja lidocaine tidak dihambat
oleh penghambat saluran Ca2+ tipe L nifedipine, tetapi dihambat oleh penghambat
saluran tipe N ω-conotoxin MVIIA. Efek ini pada transpor aksonal berkorelasi
dengan efek pertumbuhan neurit.
Kesimpulan. Penghambatan transpor aksonal diinduksi oleh lidocaine, yang
mungkin diperantarai oleh aktivasi saluran tipe N, dapat dihambat oleh clonidine.
Clonidine dapat meringankan efek lidocaine pada disfungsi neuronal.

Br J Anaesth 2008; 101: 659-65

Kata kunci: anestetik lokal, lidocaine; syaraf, somatik; farmakologi, clonidine

Diterima untuk publikasi: 17 Juli 2008

Lidocaine menunjukkan kerja sebagai analgesik dan banyak digunakan sebagai


anestesi lokal. Lidocaine bekerja pada akson neuron sensorik untuk menghambat
konduksi potensial aksi dengan menutup saluran Na+ yang tergantung pada voltase
(voltage-dependent Na+ channels), yang diperkirakan berkaitan erat dengan efek
analgesiknya. Lidocaine juga mempunyai efek melemahkan transpor material pada
akson.1-3 Sebelumnya kami telah menunjukkan bahwa lidocaine menghambat transpor
aksonal bahkan pada konsentrasi rendah (10-100 µM) pada neuron ganglion radiks
dorsalis (GRD) tikus yang dikultur dan bahwa efek ini berkaitan dengan inhibisi
pertumbuhan neurit.3 Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa lidocaine
menghambat pertumbuhan neurit pada neuron yang dikultur.4-7 Clonidine, agonis α2-
adrenoreseptor, semakin banyak digunakan dalam kombinasi dengan anestesi lokal
termasuk lidocaine untuk blok syaraf spinal, epidural dan perifer karena efek
analgesiknya yang lebih lama dan lebih kuat.8-11 Berkebalikan dengan lidocaine,
agonis α2-adrenoreseptor tampaknya berperan dalam aksi neurotropik. Aktivasi α2-
adrenoreseptor memacu pertumbuhan neurit pada sel PC12.12 Norepinephrine
merupakan neurotropik melalui aktivasi reseptor α2A selama perkembangan korteks
fetal.13 Agonis α2A-adrenoreseptor merangsang pertumbuhan dendrit pada neuron
korteks yang dikultur.14 Meskipun demikian, sangat mungkin bahwa lidocaine dan
clonidine mempunyai efek yang bertentangan pada aksonogenesis. Penelitian ini
menyelidiki apakah clonidine menurunkan inhibisi transpor aksonal yang diinduksi
oleh lidocaine pada neuron GRD tikus yang dikultur. Kami juga memeriksa
pertumbuhan neurit yang sangat berkaitan dengan transpor aksonal.3,15-18

Metode
Kultur sel
Komite Eksperimentasi Hewan dan Etika Fakultas Kedokteran Universitas Kitasato
menyetujui seluruh penggunaan hewan pada penelitian ini. Tikus C57BL/6 jantan
dewasa (berumur 8 minggu) dibunuh dan ganglia radiks dorsalisnya diambil. Ganglia
tersebut diinkubasi selama 90 menit pada suhu 37 oC dengan 2 mg/ml collagenase
(Worthington Biochemical, Freehold, NJ, USA) pada medium Ham F-12 (Gibco,
Grand Island, NY, USA) dan kemudian diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37 oC
pada larutan garam seimbang Hank yang bebas Ca2+ dan Mg2+, yang mengandung 2.5
mg/ml trypsin (Sigma, St Louis, MO, USA). Aktivitas trypsin dihambat dengan 0.125
mg/ml penghambat trypsin (Sigma). Setelah pencucian dengan medium Ham F-12
bebas enzim, ganglia dihancurkan dengan menggunakan pipet (diameter bagian
dalam: 0.5 mm) untuk memisahkan sel. Sel tersebut dilapiskan pada selubung
penutup yang dilapisi dengan poly-L-lysine (10 µg/ml) dan dikultur selama 48 jam
pada suhu 37oC dengan CO2 5% pada medium Ham F-12 yang mengandung 10%
serum bovine fetal dan penicillin (100 unit/ml)-streptomycin (100 µg/ml).

Persiapan percobaan
Gambar 1A mengilustrasikan ruangan yang digunakan untuk pengamatan neurit
melalui video mikroskopik. Selubung penutup dimana neurit berkembang
ditempelkan dengan lem anti air ke bagian bawah dari ruangan stainless steel (50x80
mm) yang memiliki lubang heksagonal (25x35 mm). Bagian atas dari ruangan
tersebut dilapisi dengan selubung penutup lainnya, menyisakan sebuah lubang kecil
pada kedua sisi untuk injeksi cairan. Medium kultur kemudian diganti dengan larutan
garam fisiologis (LGF, pH 7.4, 37oC), dan ruangan yang dibuat di suatu tempat di
sebuah mikroskop Zeiss Axiomat yang dilengkapi dengan Plan Apo pembesaran 25x
dan 100x (Carl Zeiss, Oben Kochen, Jerman). Tempat tersebut dipertahankan pada
suhu 37oC. Larutan yang mengandung obat diinjeksikan ke dalam satu lubang
menggunakan pipet Pasteur, dan larutan yang keluar dari lubang lainnya diambil
dengan pompa penyedot.

Gambar 1. Representasi skematik dari ruangan percobaan dan sistem perekaman


mikroskopi video. Batang skala menunjukkan 2 µM.

Larutan dan bahan farmakologis


Komposis LGF adalah (dalam milimol): 135 NaCl, 5 KCl, 1 CaCl2, 1 MgCl2, 10
HEPES, dan 5.5 glukosa (seluruhnya dari Wako, Osaka, Jepang), dengan pH yang
disesuaikan 7.4 dengan NaOH. Lidocaine hydrochloride monohydrate (Sigma),
clonidine (Sigma), ω-conotoxin MVIIA (Sigma), yohimbine (Sigma), dan
tetradotoxin (TTX, Wako) secara langsung dilarutkan dalam LGF. Nifedipine
(Sigma) dan veratridine (Calbiochem, Madison, WI, USA) pertama dilarutkan dalam
dimethyl suphoxide (DMSO) dan kemudian dilarutkan dalam LGF. Konsentrasi akhir
DMSO adalah 0.5% dan konsentrasi DMSO ini tidak mempunyai efek pada transpor
aksonal dan pertumbuhan neurit. Yohimbine, ω-conotoxin MVIIA, dan nifedipine
digunakan pada konsentrasi minimum yang diperlukan untuk efek penghambatan
maksimum pada sistem percobaan kami. Nilai pH dari seluruh larutan obat adalah
7.4.

Mikroskopi video
Gambar 1B menunjukkan diagram skematik sistem mikroskopi video. Gambar
Nomarski diperoleh menggunakan sebuah mikroskop terbalik yang diubah menjadi
gambar video dengan kontras yang dipertajam menggunakan sebuah kamera video
(Harpicon, Hamamatsu Photonics, Hamamatsu, Jepang) dan sebuah prosesor gambar
video (DVS-20, Hamamatsu Photonics) dan disimpan pada tape (Sony Betacam SP,
Sony, Tokyo, Jepang) menggunakan perekam video (PVW-2800, Sony).

Pengamatan transpor aksonal


Transpor aksonal neurit pada neuron GRD diamati dibawah mikroskopi video
beresolusi tinggi menggunakann pembesaran 100x dan dianalisa selama pemutaran
kembali rekaman video. Pergerakan organel yang terikat membran, sepeti
mitokondria dan lisosom (Gambar 1) dan organel bergerak yang terlihat jelas
(diameter organel >50 nm) dihitung. Pada monitor, jumlah organel yang melewati
garis yang digambar perpendicular terhadap axis panjang neurit dihitung selama 1
menit pada interval 3 menit sebelum dan selama manipulasi farmakologis. Pada
medium ekstraseluler kontrol (LGF, pH 7.4, 37 oC), jumlah rata-rata organel (per
menit) yang ditranspor di anterograde (menuju terminal neurit) dan transpor
retrograde (menuju sel tubuh) secara berturut-turut adalah 43.4 (n=95) dan 48.7
(n=95).

Pengukuran kecepatan pertumbuhan neurit


Panjang neurit yang berasal dari sel tubuh diukur dengan mikroskopi video yang
menggunakan pembesaran 25x. Kecepatan pertumbuhan neurit ditentukan dari
adanya pertambahan panjang neurit selama 1 jam periode perlakuan.

Analisis statistik
Data dari percobaan pada transpor aksonal dinyatakan sebagai rata-rata (SD) dari lima
percobaan dan dilaporkan sebagai prosentasi nilai dasar (sebelum penambahan bahan
farmakologis). Analisis varian (ANOVA) digunakan untuk mengevaluasi signifikansi
statistik dari fluktuasi waktu. Perbedaan antara nilai sebelum dan selama perlakuan
diperiksa untuk signifikansi statistik menggunakan uji t berpasangan Student. Selain
itu, perbedaan antara nilai rata-rata (SEM) yang diperoleh pada akhir perlakuan
dievaluasi dengan uji ANOVA yang diikuti dengan uji Fisher’s protected least
significant difference (PLSD). Kecepatan pertumbuhan neurit dinyatakan sebagai
rata-rata (SEM). Signifikansi statistik dari perbedaan antara kelompok perlakuan
ditentukan dengan uji ANOVA yang diikuti dengan uji Fisher’s PLSD. Perbedaan
dalam perilaku neurit (pemanjangan, statis (tidak berubah) dan retraksi) antara
perlakuan dan kontrol dianalisa dengan uji x2. Signifikansi statistic ditentukan sebagai
P<0.05.

Gambar 2. Perubahan dalam transpor aksonal dari organel sebelum dan selama
perlakuan dengan LGF (A), 10 µM clonidine (B), 100 µM lidocaine (C), kombinasi 10
µM clonidine dan 100 µM lidocaine (D), dan kombinasi 10 µM yohimbine, 10 µM
clonidine, dan 100 µM lidocaine (E). Jumlah organel yang bergerak di arah
anterograde dan retrograde dihitung selama 1 menit pada interval 3 menit oleh
mikroskopi video. Aksis horizontal menunjukkan waktu dari awal periode perlakuan
(ditandai oleh batang horizontal). Data ditampilkan sebagai rata-rata ( SD) dari lima
percobaan pada tiap perlakuan.
*P<0.05, **P<0.005, ***P<0.0005 vs nilai sebelum perlakuan (ANOVA dan uji t
berpasangan).

Hasil
Efek pada transpor aksonal
Neuron yang diinkubasi dalam LGF menunjukkan tidak adanya perubahan dalam
jumlah organel yang ditranspor di arah anterograde dan retrograde selama 1 jam
periode perlakuan (Gambar 2A). Sebagaimana yang tampak pada Gambar 2B,
perlakuan dengan clonidine pada konsentrasi 10 µM memacu peningkatan yang
signifikan dari transpor aksonal di kedua arah, anterograde dan retrograde.
Responnya cepat (dalam 5 menit) dan mencapai plateau (140-150% dari standar)
setelah 25 menit dari permulaan perlakuan. Gambar 3A menunjukkan nilai pasca
perlakuan yang diperoleh dari berbagai konsentrasi clonidine (1, 10, dan 100 µM ).
Peningkatan transpor aksonal tergantung pada konsentrasi, dengan transpor
anterograde dan retrograde setelah pemberian 10 dan 100 µM secara signifikan lebih
tinggi dibanding kontrol (perlakuan LGF) (Gambar 3A). Gambar 2C menunjukkan
bahwa perlakuan dengan lidocaine 100 µM menyebabkan penurunan yang cepat dan
signifikan dalam transpor anterograde dan retrograde. Penurunan tersebut mencapai
50-60% dari standar setelah 25 menit. Efek lidocaine tergantung pada konsentrasi
dengan kisaran 10 µM sampai 1 mM (Gambar 3B). Seluruh nilai ini secara signifikan
lebih rendah dibanding kontrol (Gambar 3B). Penambahan clonidine secara simultan
menurunkan efek inhibisi dari lidocaine dengan cara yang bergantung pada
konsentrasi (Gambar 2D dan 3C). Clonidine pada konsentrasi >10 µM sepenuhnya
menghilangkan efek 100 µM lidocaine, dan 100 µM clonidine sepenuhnya
menghilangkan efek 1mM lidocaine (Gambar 2D dan 3C). Efek clonidine (10 µM)
pada respon lidocaine (100 µM) dihalangi oleh pemberian antagonis α2-
adrenoreseptor yohimbine (10 µM) secara simultan (Gambar 2E), memastikan bahwa
efek clonidine diperantarai oleh α2-adrenoreseptor. Hasil ini mengindikasikan bahwa
clonidine menstimulasi transpor aksonal dan lidocaine menghambat transpor aksonal
pada neuron GRD yang dikultur dan bahwa clonidine dapat mereduksi inhibisi
transpor aksonal yang diinduksi oleh lidocaine.
Selanjutnya kami menyelidiki mekanisme bagaimana clonidine menghambat
blok transpor aksonal yang diinduksi oleh lidocaine. Penelitian kami sebelumnya
menunjukkan bahwa penghambatan transpor aksonal oleh lidocaine pada konsentrasi
rendah (30 µM) diblok dalam medium ekstraseluler bebas Ca2+, menandakan adanya
peran influks Ca2+.3 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa clonidine dapat
memblok influks Ca2+ melalui saluran Ca2+ tipe N.19-21 Oleh karena itu kami
mengeluarkan hipotesis bahwa clonidine dapat menurunkan aktivitas saluran Ca 2+
yang diaktivasi oleh lidocaine. Kemudian kami memeriksa keterlibatan saluran ion
pada neuron yang diberi perlakuan, hingga selanjutnya mengklarifikasi efek inhibisi
lidocaine. Karena lidocaine merupakan agen yang terutama memblok saluran Na+,
pertama-tama kami menguji keterlibatan saluran Na+. Penghambat saluran Na+ TTX
tidak mengubah transpor aksonal pada konsentrasi 10 µM (Gambar 4A), yang cukup
memblok pembentukan potensial aksi pada neuron. Vetraridine, aktivator saluran
Na+, pada dosis 100 µM menurunkan transpor aksonal hingga mencapai kira-kira
70% dari standar (Gambar 4B), dan pemberian lidocaine (100 µM) secara simultan
meningkatkan efek inhibisi dari veratridine (Gambar 4C). Hasil ini menunjukkan
bahwa aksi penghambatan saluran Na+ oleh lidocaine tidak berkaitan dengan inhibisi
transpor aksonal yang diinduksi oleh lidocaine. Kami kemudian meneliti keterlibatan
saluran Ca2+. Pemberian secara simultan penghambat saluran Ca2+ tipe N yang
tergantung pada voltase ω-conotoxin MVIIA (1 µM) sepenuhnya memblok efek
inhibitorik yang diinduksi oleh lidocaine (Gambar 4D), sedangkan penghambat
saluran Ca2+ tipe L yang tergantung pada voltase nifedipine (10 µM) tidak memiliki
efek yang signifikan (Gambar 4E). ω-conotoxin MVIIA itu sendiri pada dosis 1 µM
dan nifedipine sendiri pada dosis 10 µM tidak memiliki efek yang signifikan pada
transpor aksonal (data tidak ditunjukkan). Data-data ini dirangkum dalam Gambar 5.
Karena saluran Ca2+ tipe N tampaknya bertanggung jawab atas blok influks Ca 2+ oleh
clonidine,19-21 clonidine dan lidocaine mungkin mempunyai efek yang bertentangan
pada saluran tipe N dan transpor aksonal.

Gambar 3. Perbandingan efek dari berbagai konsentrasi dari clonidine dan lidocaine
terhadap transpor aksonal. Nilai diperoleh 1 jam setelah pemberian clonidine ( A),
lidocaine (B), atau kombinasi clonidine dan lidocaine (C). Data dinyatakan sebagai
rata-rata (SEM) dari lima percobaan dari tiap perlakuan. *P<0.05, **P<0.005,
***P<0.0005 vs arah yang sesuai pada perlakuan dengan LGF. Signifikansi dari
perbedaan dinilai dengan uji ANOVA dan Fisher’s PLSD.
Efek pada kecepatan pertumbuhan neurit
Penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan neurit
primer yang berasal dari sel tubuh mencerminkan perubahan dalam tranpor
aksonal.3,17 Oleh karena itu kami meneliti kecepatan pertumbuhan neurit primer
selama 1 jam periode pengamatan. Seperti yang tampak pada Tabel 1, 67.1% neurit
bertambah panjang pada neuron GRD kontrol (perlakuan dengan LGF, total neurit
n=76), sedangkan 27.6% neurit menunjukkan tidak adanya perubahan panjang.
Hanya 5.3% neurit yang mengalami pemendekan (retraksi). Kecepatan rata-rata
pertumbuhan neurit kontrol adalah 6.1 (1.0) µM [rata-rata ( SEM)] dalam waktu 1 jam
(Gambar 6). Neuron GRD yang diberi perlakuan dengan clonidine 10 µM
menghasilkan lebih banyak neurit yang memanjang (80.6%, total neurit n=98, P<0.05
vs kontrol; Tabel 1) dan kecepatan pertumbuhan neurit 10.2 (1.1) µm/jam, yang
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kontrol (Gambar 6). Pada neuron GRD
yang diberi perlakuan dengan 100 µM lidocaine, jumlah neurit yang memanjang
lebih sedikit (51.36%, total neurit n=115, P<0.05) dan lebih banyak neurit yang
memendek (27.8%, P<0.005) dibandingkan dengan neuron kontrol (Tabel 1). Sebagai
hasilnya, kecepatan pertumbuhan neurit pada neuron GRD yang diberi lidocaine
adalah 2.8 (0.7) µm dalam waktu 1 jam, dimana secara signifikan lebih rendah dari
kecepatan pertumbuhan neurit pada neuron kontrol (Gambar 6). Pada neuron yang
diberi clonidine (10 µM) dan lidocaine (100 µM) secara simultan , kecepatan
pertumbuhan neurit tidak berbeda dari kontrol (Gambar 6). Hal ini bertentangan
dengan penambahan 10 µM yohimbine secara simultan (Gambar 6). Kami kemudian
meneliti keterlibatan mekanisme saluran ion seperti yang ditunjukkan pada
eksperimen transpor aksonal. Kecepatan pertumbuhan neuron GRD yang diberi
perlakuan dengan 10 µM TTX tidak berbeda dari kontrol (Gambar 6). Veratridine
(100 µM) menurunkan kecepatan pertumbuhan and penurunan ini dipacu oleh
pemberian lidocanine (100 µM) secara simultan (Gambar 6). Kecepatan pertumbuhan
neurit pada neuron yang diberi perlakuan dengan kombinasi ω-conotoxin MVIIA (1
µM) dan lidocaine (100 µM) tidak berbeda dari kontrol (Gambar 6). Sebaliknya,
nifedipine (10 µM) tidak mempunyai efek pada inhibisi yang diinduksi lidocaine
(Gambar 6). Menurunnya kecepatan pertumbuhan yang didapatkan pada neuron yang
diberi perlakuan dengan obat-obatan berkaitan dengan neurit memanjang yang
jumlahnya lebih sedikit dan neurit memendek yang jumlahnya lebih banyak dari
kontrol (Tabel 1). ω-conotoxin MVIIA sendiri pada dosis 1 µM dan nifedipine sendiri
pada dosis 10 µM tidak mempunyai efek yang signifikan pada pertumbuhan neurit
(data tidak ditampilkan). Data pertumbuhan neurit (Gambar 6) dan transpor aksonal
(Gambar 5) adalah sama, member kesan adanya korelasi dari kedua fenomena. Hasil
ini menunjukkan bahwa clonidine menstimulasi dan lidocaine menghambat
pertumbuhan neurit dan bahwa clonidine menurunkan inhibisi yang diinduksi oleh
lidocaine. Saluran Ca2+ tipe N yang sensitif terhadap ω-conotoxin MVIIA mungkin
terlibat dalam fenomena ini.

Gambar 4. Perubahan dalam transpor aksonal dari organel sebelum dan selama
perlakuan dengan 10 µM TTX (A), 100 µM veratridine (B), kombinasi 100 µM
veratridine dan 100 µM lidocaine (C), kombinasi 1 µM ω-conotoxin MVIIA dan 100
µM lidocaine (D), dan kombinasi 10 µM nifedipine dan 100 µM lidocaine (E). Data
dinyatakan sebagai rata-rata (SD) dari lima percobaan pada tiap perlakuan. *P<0.05,
**P<0.005, ***P<0.0005 vs nilai sebelum perlakuan (uji ANOVA dan uji t
berpasangan).

Gambar 5. Transpor aksonal 1 jam setelah perlakuan dengan LGF, 10 µM clonidine,


100 µM lidocaine, kombinasi 10 µM clonidine dan 100 µM lidocaine, kombinasi 10
µM yohimbine, 10 µM clonidine dan 100 µM lidocaine, 10 µM TTX, 100 µM
veratridine, kombinasi 100 µM veratridine dan 100 µM lidocaine, kombinasi 1 µM
ω-conotoxin dalam MVIIA dan 100 µM lidocaine, dan kombinasi 10 µM nifedipine
dan 100 µM lidocaine. Fata dinyatakan sebagai rata-rata ( SEM) dari lima percobaan
pada tiap perlakuan. ***P<0.0005 vs arah yang sesuai pada perlakuan dengan LGF.
*P<0.05, **P<0.005, vs arah yang sesuai pada perlakuan dengan veratridine saja.
Signifikansi dari perbedaan dinilai dengan uji ANOVA dan Fisher’s PLSD.

Tabel 1. Perilaku neurit selama pemberian obat. Panjang neurit diukur sebelum dan 1
jam setelah periode perlakuan dengan pemberian obat. Pertambahan, tidak ada
perubahan, atau pengurangan dalam ukuran panjang secara berturut-turut
diindikasikan sebagai pemanjangan, statis dan retraksi. n, jumlah total neurit; LGF,
larutan garam fisiologis; TTX, tetradoxin. *P<0.05, **P<0.005 vs kontrol dengan uji
x2.
Perlakuan n Perilaku neurit (%)
Pemanjangan Statis Retraksi
LGF 76 67.1 27.6 5.3
Clonidine (10 µM) 98 80.6* 11.2* 8.2
Lidocaine (100 µM) 115 51.3* 20.9 27.8**
Clonidine (10 µM)+lidocaine (100 µM) 68 76.5 19.1 4.4

Yohimbine (10 µM)+clonidine (10 µM)


84 45.2* 27.4 27.4**
+lidocaine (100 µM)
TTX (10 µM) 72 61.1 29.2 9.7
Veratridine (100 µM) 76 46.1* 25.0 28.9**
Veratridine (100 µM)+lidocaine (100 µM) 89 48.3* 23.6 28.1**

ω-conotoxin MVIIA (1 µM)+lidocaine (100


116 72.4 19.8 7.8
µM)
Nifedipine (10 µM)+lidocaine (100 µM) 71 49.3* 29.6 21.1**

Pembahasan
Adanya penelitian in vitro mengindikasikan bahwa clonidine mampu menghalangi
aksi lidocaine pada transpor aksonal, pertumbuhan neurit, dan efek neurotropik. Kami
selanjutnya meneliti mekanisme seluler yang mendasari efek-efek ini. Penelitian ini
menunjukkan bahwa aksi inhibitorik dari lidocaine pada transpor aksonal dan
pertumbuhan neurit mungkin diperantarai melalui aktivasi saluran Ca 2+ tipe N yang
tergantung voltase tetapi tidak melalui inhibisi saluran Na +. Hal ini sebagian
didukung oleh kerja sebelumnya pada neuron GRD tikus yang dikultur atau sel ND7
(sel yang berasal dari fusi neuron GRD tikus dan sel neuroblastoma), menunjukkan
bahwa lidocaine meningkatkan konsentrasi Ca2+ intraseluler.22,23 Efek ini lebih
mungkin terjadi akibat influks Ca2+ dibanding akibat penyimpanan intraseluler. 22
Sebaliknya, α2-adrenoreseptor dapat memblok influks Ca2+ pada neuron,19,20 terutama
diperantarai melalui saluran Ca2+ tipe N yang tergantung pada voltase.19,21 Dengan
demikian, hipotesis yang paling mungkin adalah bahwa α2-adrenoreseptor
menghambat masuknya Ca2+ yang diinduksi oleh lidocaine melalui saluran tipe N dan
selanjutnya penambahan dalam Ca2+ intraseluler. Meskipun demikian, kami tidak
mengkonfirmasi mekanisme-mekanisme ini pada transpor aksonal dan pertumbuhan
neurit karena kurangnya aktivator saluran tipe N yang selektif. Perlu juga dicatat
bahwa jarang terdapat laporan mengenai saluran Ca2+ yang diaktivasi oleh lidocaine.
Sebuah penelitian elektrofisiologi pada neuron hippocampus tikus menunjukkan
bahwa lidocaine menghambat saluran Ca2+ dengan konsentrasi inhibitorik separuh
maksimal (IC50) dari 360 µM.24 Selain itu, efek inhibitorik dari lidocaine (>1 mM)
pada Ca2+ intraseluler pada peningkatan Ca2+ intraseluler yang timbul dilaporkan
terjadi pada sel hipofisis tikus.25 Selain itu, radioligand binding assay
mengindikasikan bahwa lidocaine pada konsentrasi yang relatif lebih tinggi
berinteraksi dengan saluran Ca2+ tipe L yang tergantung pada voltase pada membran
kortikal dan serebrokortikal tikus.26,27 Inkonsistensi antara penelitian ini dengan
penemuan-penemuan kami ini sulit dijelaskan. Meskipun demikian, inkonsistensi
seperti ini tampak pada kasus saluran Na+; meskipun lidocaine dikenal mampu
menstabilkan saluran Na+ untuk memblok konduksi potensial aksi pada akson perifer,
bukti terbaru menyatakan bahwa pada neuron pacemaker pernafasan sentral
Lymnaea, lidocaine (0.01-1 mM) menimbulkan depolarisasi, meningkatkan
konsentrasi Na+ intraseluler, dan mengaktivasi potensial aksi melalui saluran Na+
yang tergantung pada voltase.28 Dengan demikian, meskipun lidocaine secara
langsung mensupresi beberapa tipe saluran Ca2+ yang tergantung voltase, lidocaine
dapat mengaktivasi yipe lain dari saluran Ca2+ yang tergantung voltase secara
langsung atau melalui depolarisasi. Aksi yang berbeda (aktivasi atau inhibisi) dari
lidocaine terhadap saluran Ca2+ mungkin tergantung pada berbagai faktor termasuk
konsentrasi dan tipe sel. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memberikan
pandangan terhadap peran saluran Ca2+ pada kerja lidocaine.
Seperti yang diindikasikan pada penelitian saat ini dan sebelumnya, anestesi
lokal termasuk lidocaine menghambat transpor aksonal dan aktivitas yang
berhubungan dengan hal tersebut seperti fungsi sinaps29,30 dan pertumbuhan neurit.3-7
Hal ini mungkin berkaitan dengan disfungsi syaraf tampak secara klinis setelah
pemberian anestesi lokal, seperti paralisis, kehilangan sensorik dan rasa kebas.
Penambahan clonidine pada penggunaan lidocaine dapat mencegah kejadian yang
tidak diinginkan yang disebabkan oleh lidocaine. Selain itu, efek inhibitorik dari
anestesi lokal pada akson mungkin dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan
yang tidak semestinya dari aferen primer dalam kormu dorsalis, yang mungkin
merupakan salah satu penyebab dari nyeri neuropatik. 31 Pada kasus ini, clonidine
dapat mengganggu efek dari anestesi lokal ini pada fungsi dan morfologi aksonal.

Pendanaan
Penelitian ini didukung oleh Grant-in-Aid for Scientific Research (C) (KAKENSHI
17500260) dari Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) untuk H.H.

Anda mungkin juga menyukai