Anda di halaman 1dari 16

NAMA :M RAFID RAZIN

KELAS :X IPA2

Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan

Lambang Hizbul Wathan

Singkatan

HW

Slogan

Berlomba Lomba Dalam Kebaikan

Pembentukan

1918

Badan hukum

Organisasi otonom dalam Muhammadiyah

Tujuan

Pendidikan anak/pemuda

Kantor pusat

Yogyakarta

Wilayah layanan

seluruh Indonesia

Keanggotaan

perorangan

Ketua Umum

Uun Harun Syamsudin

Organ utama

Kwartir Pusat

Organisasi induk Persyarikatan Muhammadiyah

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (disingkat HW) adalah salah satu organisasi otonom (ortom) di
lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah. Ortom Muhammadiyah lainnya adalah: 'Aisyiyah,
Nasyiatul 'Aisyiyah (NA), Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM), Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(IPM).
HW didirikan pertama kali di Yogyakarta pada 1336 H (1918 M) atas prakarsa KH Ahmad Dahlan,
yang merupakan pendiriMuhammadiyah. Prakarsa itu timbul saat beliau selesai memberi pengajian
di Solo, dan melihat latihan Pandu di alun-alun Mangkunegaran. Gerakan ini kemudian meleburkan
diri ke dalam Gerakan Pramuka pada 1961, dan dibangkitkan kembali oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dengan SK Nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 tanggal 10 Sya'ban 1420 H (18
November 1999 M) dan dipertegas dengan SK Nomor 10/Kep/I.O/B/2003 tanggal 1 Dzulhijjah 1423
H (2 Februari 2003)
HW berasaskan Islam. HW didirikan untuk menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda
yang memiliki aqidah, mental dan fisik, berilmu dan berteknologi serta berakhlak karimah dengan
tujuan terwujudnya pribadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader persyarikatan,
umat, dan bangsa.
Daftar isi

1 Sifat, Identitas dan ciri khas HW


o

1.1 Sifat HW

1.2 Identitas HW

1.3 Ciri Khas HW

1.3.1 Janji Athfal

1.3.2 Undang-Undang pandu HW

2 Rujukan

3 Pranala luar

Sifat, Identitas dan ciri khas HW


Sifat HW

HW adalah sistem pendidikan untuk anak, remaja, dan pemuda di luar lingkungan keluarga dan
sekolah

bersifat nasional, artinya ruang lingkup usaha HW meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan
Repulik Indonesia.

bersifat terbuka, artinya keanggotaan HW terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat, tanpa
membedakan gender, usia, profesi, atau latar belakang pendidikan. Penggolongan keanggotaan
HW menurut usia hanyalah untuk membedakan status sebagai peserta didik atau anggota
dewasa (pembina)

bersifat sukarela, artinya dasar seseorang menjadi anggota HW adalah suka dan rela, tanpa
paksaan atau tekanan orang lain.

tidak berorientasi pada partai politik, artinya secara organisatoris HW tidak berafiliasi kepada
salah satu partai politik dan HW tidak melakukan aktivitas politik praktis. Induk organisasi HW
adalah Persyarikatan Muhammadiyah

Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah atau disingkat Tapak Suci,
adalah sebuah aliran, perguruan, dan organisasi pencak silat yang merupakan anggota IPSI (Ikatan
Pencak Silat Indonesia). Tapak Suci termasuk dalam 10 Perguruan Historis IPSI, yaitu perguruan
yang menunjang tumbuh dan berkembangnya IPSI sebagai organisasi. Tapak Suci berasas Islam,
bersumber pada Al Qur'andan As-Sunnah, berjiwa persaudaraan, berada di bawah naungan
Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi otonom yang ke-11. Tapak Suci berdiri pada
tanggal 10 Rabiul Awal 1383 H, atau bertepatan dengan tanggal 31 Juli 1963 di Kauman,
Yogyakarta. Motto dari Tapak Suci adalah "Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman
dan Akhlak saya menjadi lemah".
Arti lambang
Bentuk bulat : Bertekad Bulat. Berdasar biru : Keagungan. Bertepi hitam : Kekal dan abadi
melambangkan sifat ALLAH SWT. Bunga Mawar : Keharuman. Warna Merah : Keberanian. Daun
Kelopak hijau : Kesempurnaan. Bunga Melati Putih : Kesucian. Jumlah Sebelas : Rukun Islam dan
rukun Iman. Tangan Kanan Putih : Keutamaan. Terbuka : Kejujuran. Berjari Rapat : Keeratan. Ibu
jari tertekuk : Kerendahan Hati. Sinar Matahari Kuning : Putera Muhammadiyah.
Keseluruhan lambang tersimpul dengan nama "TAPAK SUCI", yang mengandung arti: Bertekad
bulat mengagungkan asma ALLAH Subhanahuwataala, kekal dan abadi. Dengan keberanian
menyerbakkan keharuman dengan sempurna. Dengan Kesucian menunaikanRukun
Islam dan Rukun Iman. Mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan rendah hati.
Aliran Tapak Suci, adalah keilmuan pencak silat yang berlandaskan Al Islam, bersih dari syirik dan
menyesatkan, dengan sikap mental dan gerak langkah yang merupakan tindak tanduk kesucian dan

mengutamakan Iman dan Akhlak, serta berakar pada aliran Banjaran-Kauman, yang kemudian
dikembangkan dengan metodis dan dinamis.
Perguruan Tapak Suci, adalah perguruan yang merupakan peleburan sekaligus kelanjutan dari tiga
paguron yang pernah ada sebelumnya, yaitu: Kasegu, Seranoman, dan Kauman, berlandaskan Al
Islam dan berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta
berkepribadian Indonesia, melestarikan budaya bangsa yang luhur dan bermoral, serta
mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama, bangsa, dan negara.
Organisasi Tapak Suci berkiprah sebagai organisasi pencak silat, berinduk kepada Ikatan Pencak
Silat Indonesia, dan dalam bidang dakwah pergerakan TAPAK SUCI merupakan pencetak
kader Muhammadiyah.
Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah berkedudukan di Kauman, Yogyakarta, dan
memiliki kantor perwakilan di ibukota negara.

Daftar isi

1
o

1.1 Sebelum kelahiran Tapak Suci

1.2 Kelahiran Tapak Suci

2 jajan ke tiga
o

2.1 Terdapat tiga kategori tingkatan:

3 Jurus

4 Senjata

5 Karya Tulis

6 Seni Beladiri

7 Pranala Luar

8 Referensi

Sejarah TAPAK SUCI

Sebelum kelahiran Tapak Suci


Tahun 1872, di Banjarnegara lahir seorang putera dari KH.Syuhada, yang kemudian diberi nama
Ibrahim. Ibrahim kecil memiliki karakter yang berani dan tangguh sehingga disegani oleh kawankawannya. Ibrahim belajar pencak dan kelak menginjak usia remaja telah menunjukkan
ketangkasan pencak silat. Setelah menjadi buronan Belanda, Ibrahim berkelana hingga sampai ke
Betawi, dan selanjutnya ke Tanah Suci. Sekembalinya dari Tanah Suci, menikah dengan puteri
KH.Ali. Ibrahim kemudian mendirikan Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara. Sepulang dari

ibadah haji, Ibrahim masih menjadi buronan Belanda, sehingga kemudian berganti nama menjadi
KH.Busyro Syuhada. Pondok Pesantren Binorong, berkembang pesat, di antara santri-santrinya
antara lain : Achyat adik misan Ibrahim, M. Yasin adik kandung dan Soedirman, yang kelak
menjadiJenderal Besar.
Tahun 1921 dalam konferensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, KH. Busyro bertemu pertama
kali dengan dua kakak beradik ; A.Dimyati dan M.Wahib. Diawali dengan adu kaweruh antara
M.Wahib dengan Achyat (kelak berganti nama menjadi H. Burhan), selanjutnya kedua kakak beradik
ini mengangkat KH. Busyro sebagai Guru.
KH. Busyro Syuhada kemudian pindah dan menetap di Yogyakarta sehingga aliran Pencak Silat
Banjaran, yang pada awalnya dikembangkan melalui Pondok Pesantren Binorong kemudian
dikembangkan di Kauman, Yogyakarta. Atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A. Dimyati dan
M.Wahib diizinkan untuk membuka perguruan dan menerima murid. Tahun 1925 dibukalah
Perguruan Pencak Silat di Kauman, terkenal dengan nama Cikauman. Perguruan Cikauman,
dipimpin langsung oleh Pendekar Besar M. Wahib dan Pendekar Besar A. Dimyati.
Tersebutlah M. Syamsuddin, murid Cikauman yang dinyatakan berhasil dan lulus, diizinkan untuk
menerima murid dan mendirikan Perguruan Seranoman. Perguruan Seranoman melahirkan seorang
Pendekar Muda M. Zahid yang mempunyai seorang murid andalan bernama Moh. Barrie Irsyad.
Pendekar Moh. Barrie Irsyad, sebagai murid angkatan ke-6 yang telah dinyatakan lulus dalam
menjalani penggemblengan oleh Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati.
Kemudian mendirikan Perguruan KASEGU. Kasegu, merupakan senjata khas yang berlafal
Muhammad yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barrie Irsyad.

Kelahiran Tapak suci


Atas desakan murid-murid Perguruan Kasegu kepada Pendekar Moh. Barrie Irsyad, untuk
mendirikan satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman, Seranoman
dan Kesegu). PERGURUAN TAPAK SUCI berdiri pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman,
Yogyakarta. Ketua Umum pertama Tapak Suci adalah H.Djarnawi Hadikusumo.
Setelah berdiri Tapak Suci menerima permintaan untuk membuka cabang di daerah-daerah. Secara
otomatis TAPAK SUCI menjadi wadah silaturahmi para pendekar yang berada di lingkungan
Muhammadiyah. Pada tahun 1964, ketika itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah diketuai
oleh KH.Ahmad Badawi, Tapak Suci diterima menjadi organisasi otonom Muhammadiyah. Nama
perguruan menjadi Tapak Suci Putera Muhammadiyah, disingkat Tapak Suci.
Keluarga I Tapak Suci berdiri di Jawa Timur, lalu disusul di Sumatera Selatan, Jakarta, dan Sumatra
Barat. Kini Tapak Suci telah menyebar ke Singapura, Belanda, Jerman, Austria, dan Mesir.

jajan ke tiga

Terdapat tiga kategori tingkatan:[sunting | sunting sumber]


1. Siswa dasar(Kuning Polos)
2. Siswa Satu(Kuning melati cokelat satu)
3. Siswa Dua (Kuning melati cokelat dua)
4. Siswa Tiga(Kuning melati cokelat tiga)
5. Siswa Empat(Kuning melati cokelat empat)
6. Kader dasar(Biru Polos)
7. Kader Muda (Biru Melati Merah Satu)
8. Kader Madya(Biru Melati Merah Dua)
9. Kader Kepala(Biru Melati Merah Tiga)
10. Kader Utama(Biru Melati Merah Empat)
11. Pendekar Muda(Hitam Melati Merah Satu)
12. Pendekar Madya(Hitam Melati Merah Dua)
13. Pendekar Kepala(Hitam Melatih Merah Tiga)
14. Pendekar Utama(Hitam Melati Merah Empat)
15. Pendekar Besar(Hitam Melati Merah Lima)

Jurus
Sebelum resmi berdiri, jurus-jurus khas Tapak Suci pada awalnya diberi nama dengan nomor,
seperti Jurus 1, 2, dst. Setelah TAPAK SUCI dideklarasikan pada tahun 1963, jurus-jurus itu diberi
nama dengan nama-nama flora dan fauna. Dasar penamaan ini agar senantiasa mengingat
kebesaran Allah yang berkuasa menciptakan segala mahluk. Selain itu hal ini mengandung arti
bahwa jurus TAPAK SUCI yang kosong akan sama halnya dengan tumbuhan dan hewan, yang
hanya memiliki naluri dan hawa nafsu, tanpa memiliki akal dan budi pekerti, tanpa memiliki Iman dan
Akhlak.
Terdapat 8 (delapan) jurus khas di dalam Tapak Suci, yaitu:
1. Jurus Mawar
2. Jurus Katak
3. Jurus Naga
4. Jurus Ikan Terbang
5. Jurus Lembu
6. Jurus Rajawali
7. Jurus Merpati

8. Jurus Harimau
Kedelapan Jurus ini diaplikasikan untuk Permainan Tangan Kosong maupun Bersenjata, baik untuk
kegunaan olahraga, seni, maupun beladiri. Setiap Jurus ini memiliki Sikap Awal, yaitu sikap awal
pesilat yang mendahului setiap permainan jurus. kk

Senjata
Senjata khas Tapak Suci adalah Senjata Segu (Serba Guna), yang diciptakan oleh Pendekar
M.Barie Irsjad, belafaz "Muhammad". Sebagai perguruan yang melestarikan seni budaya bangsa
yang luhur, TAPAK SUCI merupakan perguruan pencak silat yang juga melestarikan seni beladiri
bersenjata. Teknik permainan senjata ini dilestarikan dan dikembangangkan masing-masing oleh
para anggota TAPAK SUCI di pusat maupun di daerah.

Karya Tulis
Dalam setiap evaluasi akhir anggota berupa Ujian Kenaikan Tingkat, Tapak Suci menerapkan
aturan tentang Karya Tulis. Ini berlaku mulai dari tingkat Kader sampai dengan Pendekar. Karya
Tulis menjadi syarat yang wajib dipenuhi oleh anggota yang akan menempuh evaluasi akhir tiap
tingkat. Tradisi karya tulis ini sendiri sudah dimulai sejak TAPAK SUCI berdiri pada tahun 1963, dan
tetap dipertahankan sampai sekarang. Dengan Karya Tulis ini Tapak Suci mendorong para
kadernya untuk menggali dan menampilkan seni beladiri sebagai sebuah ilmu pengetahuan, yang
rasional, dan ilmiah. Selain bentuk karya tulis, para anggota juga dituntut memiliki Karya Nyata. Dari
ilmu pengetahuan dihasilkanlah keterampilan. Dari keterampilan itu diwujudkanlah seni. Dengan
seni itulah, diharapkan orang menjadi terampil dalam beramal.

Seni Beladiri
Digariskan oleh para pendahulu Tapak Suci bahwa corak khas Tapak Suci adalah sama kuat antara
beladiri dan seni. Tapak Suci menampilkan bobot beladiri dalam sebuah bentuk seni pencak silat.
Selain itu sebagai pelestari budaya bangsa, Tapak Suci mendorong anggotanya untuk melestarikan
seni dan budaya nasional yang berjiwa luhur, jauh dari syirik dan menyesatkan yang akan menodai
ajaran luhur itu sendiri.

Pemuda Muhammadiyah

Pemuda Muhammadiyah adalah salah satu organisasi otonom Muhammadiyah, yang merupakan
gerakan Islam, amar ma'ruf nahi munkar, bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah.
Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.[1]

Sejarah
Awal berdirinya Pemuda Muhammadiyah secara kronologis dapat dikaitkan denga keberadaan
Siswo Proyo Priyo (SPP), suatu gerakan yang sejak awal diharapkan K.H. Ahmad Dahlan dapat
melakukan kegiatan pembinaan terhadap remaja/pemuda Islam. Dalam perkembangannya SPP
mengalami kemajuan yang pesat, hingga pada Konggres Muhammadiyah ke-21 di Makasar pada
tahun 1932 diputuskan berdirinya Muhammadiyah Bagian Pemuda, yang merupakan bagian dari
organisasi dalam Muhammadiyah yang secara khusus mengasuh dan mendidik para pemuda
keluarga Muhammadiyah. Keputusan Muhammadiyah tersebut mendapat sambutan luar biasa dari
kalangan pemuda keluarga Muhammadiyah, sehingga dalam waktu relatif singkat Muhammadiyah
Bagian Pemuda telah terbentuk di hampir semua ranting dan cabang Muhammadiyah. Dengan
demikian pembinaan Pemuda Muhammadiyah menjadi tanggung jawab pimpinan Muhammadiyah di
masing-masing level. Misalnya, di tingkat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tanggung jawab
mengasuh, mendidik dan membimbing Pemuda Muhammadiyah diserahkan kepada Majelis
Pemuda, yaitu lembaga yang menjadi kepanjangan tangan dan pembantu Pimpinan Pusat yang
memimpin gerakan pemuda.
Selanjutnya dengan persetujuan Majelis Tanwir, Muhammadiyah Bagian Pemuda dijadikan suatu
ortom yang mempunyai kewenangan mengurusi rumah tangga organisasinya sendiri. Akhirnya pada
26 Dzulhijjah 1350 H bertepatan dengan 2 Mei 1932 secara resmi Pemuda Muhammadiyah berdiri
sebagai ortom

'Aisyiyah

'Aisyiyah

Logo 'Aisyiyah

Pembentukan

19 Mei 1917

Jenis

Organisasi Ortonom
(WanitaMuhammadiyah)

Tujuan

Keagamaan dan sosial (Islam)

Kantor pusat

Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 38, Kota


Yogyakarta, DIY,Indonesia

Wilayah layanan Indonesia

Keanggotaan

20 juta

Ketua Umum

Dra. Hj. Siti Noordjanah Djohantini, M.M.,


M.Si.

Aisyiyah sebagai salah satu organisasi ortonom bagi Wanita Muhammadiyah yang didirikan di
Yogyakarta pada 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan 19 Mei 1917 oleh Nyai Ahmad Dahlan.
Menjelang usia seabad, 'Aisyiyah yang merupakan komponen perempuan
Persyarikatan Muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranah sosial, pendidikan,
kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi titik tolak gerakannya.
Gerakan 'Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberikan manfaat bagi
peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Hasil yang sangat nyata
adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga
perguruan tinggi.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Tentang 'Aisyiyah

2 Peran dan Perkembangan

3 Identitas

4 Jaringan Kerjasama

5 Program
o

5.1 Pemberdayaan

5.2 Kesehatan

5.3 Pendidikan

6 Lihat Pula

7 Pranala luar

Tentang 'Aisyiyah[sunting | sunting sumber]


Nyai Hajjah Walidah Ahmad Dahlan(Pendiri 'Aisyiyah)

Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang lahir hampir bersamaan dengan
lahirnya organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. Dalam kiprahnya hampir satu abad di Indonesia,
saat ini Aisyiyah telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah Aisyiyah (setingkat Propinsi), 370 Pimpinan
Daerah Aisyiyah (setingkat kabupaten), 2332 Pimpinan Cabang Aisyiyah (setingkatKecamatan)
dan 6924 Pimpinan Ranting Aisyiyah (setingkat Kelurahan).
Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak diberbagai bidang yaitu : pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Amal Usaha dibidang
pendidikan saat ini berjumlah 4560 yang terdiri dari Kelompok Bermain, Pendidikan Anak Usia Dini,
Taman Kanak-Kanak, Tempat Penitipan Anak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan
lain-lain.
Sedangkan amal usaha di bidang Kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan
Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu berjumlah hingga 280 yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia.
Sebagai gerakan yang peduli dengan kesejahteraan sosial kemasyarakatan, Aisyiyah hingga kini
juga memiliki sekitar 459 amal usaha yang bergerak di bidang ini meliputi : Rumah Singgah Anak
Jalanan, Panti Asuhan, Dana Santunan Sosial, Tim Pengrukti Jenazah dan Posyandu.
Aisyiyah menyadari, bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat tanpa
peningkatan kemampuan ekonomi di lingkungan perempuan. Oleh sebab itu, berbagai amal usaha
yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi ini diantaranya koperasi, Baitul Maal wa Tamwil,
Toko/kios, BU EKA, Simpan Pinjam, home industri, kursus ketrampilan dan arisan. Jumlah amal
usaha tersebut hingga 503 buah.
'Aisyiyah sebagai organisasi perempuan keagamaan terbesar di Indonesia juga memiliki beragam
kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya penyadaran terhadap kehidupan
bermasyarakat muslim Indonesia. Hingga saat ini kegiatan yang mencakup pengajian, Qoryah
Thayyibah, Kelompok Bimbingan Haji (KBIH), badan zakat infaq dan shodaqoh serta musholla
berjumlah 3785

IPM
IK ATAN PELAJAR MUHAMMADIYA H
www.ipm.or.id

MELACAK JEJAK SEJARAH


Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) berdiri 18 Juli 1961, hampir setengah abad setelah Muhammadiyah
berdiri. Namun demikian, latar belakang berdirinya IPM tidak terlepas kaitannya dengan latar belakang berdirinya
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar yang ingin metakukan pemurnian
terhadap pengamalan ajaran Islam, sekaligus sebagai salah satu konsekuensi dari banyaknya sekolah yang
merupakan amal usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader. Oleh karena itulah dirasakan perlu
hadirnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai organisasi para pelajar yang terpanggit kepada misi Muhammadiyah
dan ingin tampil sebagai pelopor, pelangsung penyempurna perjuangan Muhammadiyah.
Jika dilacak jauh ke belakang, sebenarnya upaya para pelajar Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi
pelajar Muhammadiyah sudah dimulai jauh sebelum lkatan Pelajar Muhammadiyah berdiri pada tahun 1961. Pada
tahun 1919 didirikan Siswo Projo yang merupakan organisasi persatuan pelajar Muhammadiyah di Madrasah
Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pada tahun 1926, di Malang dan Surakarta berdiri GKPM (Gabungan
Keluarga Pelajar Muhammadiyah). Selanjutnya pada tahun 1933 berdiri Hizbul Wathan yang di dalamnya berkumpul
pelajar-pelajar Muhammadiyah.
Setelah tahun 1947, berdirinya kantong-kantong pelajar Muhammadiyah untuk beraktivitas mulai
mendapatkan resistensi dari berbagai pihak, termasuk dari Muhammadiyah sendiri. Pada tahun 1950, di Sulawesi (di
daerah Wajo) didirikan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, namun akhirnya dibubarkan oleh pimpinan Muhammadiyah
setempat. Pada tahun 1954, di Yogyakarta berdiri GKPM yang berumur 2 bulan karena dibubarkan oleh
Muhammadiyah. Selanjutnya pada tahun 1956 GKPM kembali didirikan di Yogyakarta, tetapi dibubarkan juga oleh
Muhammadiyah (yaitu Majetis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah).
Setelah GKPM dibubarkan, pada tahun 1956 didirikan Uni SMA Muhammadiyah yang kemudian
merencanakan akan mengadakan musyawarah se-Jawa Tengah. Akan tetapi, upaya ini mendapat tantangan dari
Muhammadiyah, bahkan para aktifisnya diancam akan dikeluarkan dari sekolah Muhammadiyah bila tetap akan
meneruskan rencananya. Pada tahun 1957 juga berdiri IPSM (Ikatan Pelajar Sekolah Muhammadiyah) di Surakarta,
yang juga mendapatkan resistensi dari Muhammadiyah sendiri.
Resistensi dari berbagai pihak, termasuk Muhammadiyah sendiri, terhadap upaya mendirikan wadah atau
organisasi bagi pelajar Muhammadiyah sebenarnya merupakan refleksi sejarah dan politik di Indonesia yang terjadi
pada awal gagasan ini digulirkan. Jika merentang sejarah yang lebih luas, berdirinya IPM tidak terlepas kaitannya
dengan sebuah background politik ummat Islam secara keseluruhan. Ketika Partai Islam MASYUMI berdiri,
organisasi-organisasi Islam di Indonesia merapatkan sebuah barisan dengan membuat sebuah deklarasi (yang
kemudian terkenal dengan Deklarasi Panca Cita) yang berisikan tentang satu kesatuan ummat Islam, bahwa ummat
Islam bersatu dalam satu partai Islam, yaitu Masyumi; satu gerakan mahasiswa Islam, yaitu Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI); satu gerakan pemuda Islam, yaitu Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPll); satu gerakan pelajar Islam,
yaitu Pelajar Islam Indonesia (Pll); dan satu Kepanduan Islam, yaitu Pandu Islam (PI). Ternyata, kesepakatan bulat
organisasi-organisasi Islam ini tidak dapat bertahan lama, karena pada tahun 1948 PSll keluar dari Masyumi yang
kemudian diikuti oleh NU yang keluar pada tahun 1952.
Muhammadiyah tetap bertahan di dalam Masyumi sampai Masyumi membubarkan diri pada tahun 1959.
Bertahannya Muhammadiyah dalam Masyumi pada akhirnya menjadi mainstream yang kuat bahwa deklarasi Panca
Cita hendaknya ditegakkan demi kesatuan ummat Islam Indonesia. Selain itu, resistensi justru dari Muhammadiyah
terhadap gagasan IPM juga disebabkan adanya anggapan yang merasa cukup dengan adanya kantong- kantong

angkatan muda Muhammadiyah, seperti Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atut 'Aisyiyah, yang pada waktu itu
cukup bisa mengakomodasikan kepentingan para pelajar Muhammadiyah.
Dengan kegigihan dan kemantapan para aktifis pelajar Muhammadiyah pada waktu itu untuk membentuk
organisasi kader Muhammadiyah di kalangan pelajar akhirnya mulai didapat titik-titik terang danmulai muncul gejalagejala keberhasilannya, yaitu ketika pada tahun 1958 Konferensi Pemuda Muhammadiyah Daerah di Garut berusaha
melindungi aktifitas para pelajar Muhammadiyah di bawah pengawasan Pemuda Muhammadiyah. Mulai saat itulah
upaya pendirian organisasi pelajar Muhammadiyah dilakukan dengan serius, intensif, dan sistematis. Pembicaraanpembicaraan mengenai perlunya berdiri organisai pelajar Muhammadiyah banyak dilakukan oleh Pimpinan Pusat
Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Berdasar keputusan Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Garut tersebut yang diperkuat pada Muktamar
Pemuda Muhammadiyah ke-2 pada tanggal 24-28 Juli 1960 di Yogyakarta, diputuskan untuk membentuk Ikatan
Pelajar Muhammadiyah (Keputusan ll/No. 4). Keputusan tersebut antara lain sebagai berikut:
1.Muktamar Pemuda Muhammadiyah meminta kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majetis Pendidikan dan
Pengajaran supaya memberi kesempatan dan menyerahkan kompetensi pembentukan IPM kepada PP
Pemuda Muhammadiyah.
2.Muktamar Pemuda Muhammadiyah meng amanatkan kepada PP Muhammadiyah untuk menyusun konsepsi
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dari pembahasan-pembahasan Muktamar tersebut, selanjutnya untuk segera
dilaksanakan setelah mencapai kesepakatan pendapat dengan Majetis Pendidikan dan Pengajaran PP
Muhammadiyah .
Kata sepakat akhirnya tercapai antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Majetis Pendidikan dan Pengajaran tentang pembentukan organisasi pelajar Muhammadiyah.
Kesepakatan tersebut dicapai pada tanggal 15 Juni 1961 yang ditandatangani bersama antara Pimpinan Pusat
Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah MajetisPendidikan dan Pengajaran. Rencana
pendirian IPM tersebut kemudian dimatangkan tagi dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Surakarta tanggal
18 20 Juli 1961. Akhirnya, secara nasional, metalui forum tersebut IPM resmi berdiri dengan penetapan tanggal 18
Juli 1961 sebagai hari kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Berkembangnya IPM menghasilkan perluasan jaringan yang bisa menjangkau seluruh sekolah
Muhammadiyah di Indonesia. Pimpinan IPM tingkat ranting didirikan di setiap sekolah Muhammadiyah. Berdirinya
IPM di sekolah-sekolah Muhammadiyah ini ternyata kemudian menimbulkan kontradiksi dengan kebijakan
pemerintah Orde Baru di dalam UU Keormasan yang menyatakan, bahwa satu- satunya organisasi pelajar di
sekolah-sekolah yang ada di Indonesia hanyalah Organisasi Siswa intra-Sekolah (OSIS). Padahal, di sekolahsekolah
Muhammadiyah sudah terdapat organisasi pelajar Muhammadiyah, yaitu IPM. Dengan demikian, ada
dualisme organisasi pelajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Dualisme itu menimbulkan ketegangan. IPM harus
merubah namanya untuk tidak menggunakan kata "Pelajar". Dan ketegangan yang cukup signifikan terjadi ketika
Muktamar IPM tahun 1989 yang rencananya dilangsungkan di Medan batal diselenggarakan dan tidak jelas
statusnya karena tidak mendapat ijin penyelenggaraan dari pemerintah, atas nama UU Keormasan.
Situasi tidak menentu bagi eksistensi IPM berlanjut selama kurang lebih tiga tahun kemudian.
Ketidakjelasan status dan eksistensi yang tidak menguntungkan itu akhirnya mencapai klimaknya pada saat
Konferensi Pimpinan Wilayah IPM tahun 1992 di Yogyakarta, dimana Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu (Akbar
Tanjung) berkenan menghadiri Konpiwil secara khusus dan secara implisit menyampaikan kebijakan pemerintah
kepada IPM, agar IPM melakukan penyesuaian dengan kebijakan pemerintah. Menyikapi himbauan pemerintah
tersebut, akhirnya Pimpinan Pusat IPM membentuk Tim Eksistensi yang bertugas untuk menyelesaikan
permasalahan ini. Setelah dilakukan pengkajian intensif, Tim Eksistensi ini merekomendasikan perubahan nama dari
Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah.

Perubahan ini bisa jadi merupakan sebuah peristiwa yang tragis dalam sejarah organisasi, karena
perubahannya mengandung unsur-unsur kooptasi dari pemerintah. Bahkan ada yang menganggap bahwa IPM tidak
memiliki jiwa heroism sebagaimana yang dimiliki oleh Pelajar Islam Indonesia yang tetap tidak mau mengakui
Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasinya dan tidak mau mengganti kata Pelajar dari nama
organisasinya, sambil menerima konsekuensi tidak diakui keberadaannya oleh Pemerintah Orde Baru.
Namun, sesungguhnya perubahan nama tersebut, jika ditimbang-timbang, merupakan blessing in disguise
(rahmat tersembunyi). Perubahan nama dari IPM ke IRM sebenarnya berpetuang semakin mempertuas jaringan dan
jangkauan organisasi ini yang tidak hanya menjangkau pelajar, tetapi juga basis remaja yang lain, seperti kalangan
remaja santri, remaja masjid, remaja kampung, dan lain-lain. Dengan demikian,lRM memiliki jangkauan garapan
yang lebih luas yakni remaja. IRM dengan garapan yang luas tersebut mempunyai tantangan yang berat karena
tanggung jawab moral yang semakin besar.
Gerakan IRM dituntut untuk dapat menjawab persoalan-persoalan keremajaan yang semakin kompleks di
tengah dinamika masyarakat yang selatu mengalami perubahan. Keputusan pergantian nama ini tertuang dalam SK
Pimpinan Pusat IPM Nomor Vl/PP.lPM/1992, yang selanjutnya disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada
18 Nopember 1992 metalui SK PP Muhammadiyah Nomor 53/SK-PP/IV.B/1.b/ 1992 tentang pergantian nama Ikatan
Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah. Dengan demikian, secara resmi perubahan IPM
menjadi IRM adalah sejak tanggal 18 Nopember 1992.
Reformasi yang terjadi di Indonesia tahun 1998 yang berhasil meruntuhkan pemerintah Orde Baru
kemudian mendasari para aktivis IRM untuk memikirkan perubahan kembali nama organisasi menjadi Ikatan Pelajar
Muhammadiyah. Keinginan untuk mengembalikan nama dari IRM menjadi IPM muncut pertama kali pada Muktamar
XII di Jakarta tahun 2000. Pada setiap permusyawaratan Muktamar setanjutnya pun, dialektika pengembalian nama
terus bergulir seperti "bola liar" tanpa titik terang. Barulah titik terang itu sedikit demi sedikit muncul pada Muktamar
XV IRM di Medan tahun 2006. Pada Muktamar kali ini dibentuk "Tim Eksistensi IRM" guna mengkaji basis massa
IRM yang nantinya akan berakibat pada kemungkinan perubahan nama.
Keputusannya IRM kembali menjadi IPM. PP Muhammadiyah akhirnya mendukung keputusan perubahan
nama itu dengan mengeluarkan SK nomenklatur tentang perubahan nama dari Ikatan Remaja Muhammadiyah
menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah atas dasar rekomendasi Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 2007.
Walaupun sudah ada SK nomenklatur, namun di internal IRM masih mengalami gejotak antara pro dan kontra atas
keputusan perubahan nama tersebut.
Selanjutnya, Pimpinan Pusat IRM mengadakan konsolidasi dengan seluruh Pimpinan Wilayah IRM seIndonesia di Jakarta, Juli 2007, untuk membicarakan tentang SK nomenklatur. Pada kesempatan itu, hadir PP
Muhammadiyah untuk menjelaskan perihal SK tersebut. Pada akhir sidang, setelah metalui proses yang cukup
panjang, forum memutuskan bahwa IRM akan berganti nama menjadi IPM, tetapi perubahan nama itu secara resmi
dilaksanakan pada saat Muktamar XVI IRM 2008 di Solo. Konsolidasi gerakan diperkuat lagi pada Konferensi
Pimpinan Wilayah (Konpiwil) IRM di Makassar, 26-29 Januari 2008 (sebelum Muktamar XVI di Solo) untuk menata
konstitusi baru IPM. Maka dari itu, nama IPM disyahkan secara resmi pada tanggal 28 Oktober 2008 di Solo.

NILAl-NILAl DASAR IPM


1. Nilai Keislaman (Menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam). Islam yang dimaksud adalah agama
rahmatan til 'alamin yang membawa kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan ketentraman bagi seluruh umat
manusia yang bersumber dari Al- Qur'an dan as-Sunnah. Artinya, Islam yang dihadirkan oleh IPM adalah Islam yang
sesuai dengan konteks zaman yang selalu berubah-ubah dari satu masa ke masa selanjutnya.
2.Nilai Keilmuan (Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu). Nilai ini menun-jukkan bahwa IPM memiliki perhatian
serius terhadap ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan kita akan mengetahui dunia secara luas, tidak hanya

sebagian saja. Karena dari waktu ke waktu, ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan berubah. IPM
berkeyakinan, ilmu pengetahuan adatah jendela dunia.
3.Nilai Kekaderan (Terbentuknya pelajar muslim yang militan dan berakhlak mulia). Sebagaiorganisasi kader, nilai ini
menjadi konsekuensi tersendiri bahwa IPM sebagai anak panah Muhammadiyah untuk mewujudkan kader
yang memiliki militansi dalam berjuang. Tetapi militansi itu ditopang dengan nilai-nilai budi pekerti yang mulia.
4.Nilai Kemandirian (Terbentuknya pelajar muslim yang terampil). Nilai ini ingin mewujudkan kader-kader IPM yang
memiliki jiwa yang independen dan memiliki ketrampilan pada bidang tertentu (skill) sebagai bentuk kemandirian
personal dan gerakan tanpa tergantung pada pihak lain.
5. Nilai Kemasyarakatan (Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya/ The Realislamic Society). Nilai
kemasyarakatan dalam gerakan IPM berangkat dari kesadaran IPM untuk selalu berpihak kepada cita-cita penguatan
masyarakat sipil. Menjadi suatu keniscayaan jika IPM sebagai salah satu ortom Muhammadiyah menyempurnakan
tujuan Muhammadiyah di kalangan pelajar.
JARINGAN STRUKTURAL IPM
Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan tingkat Ranting. Pimpinan Pusat adalah kesatuan wilayahwilayah dalam ruang lingkup nasional. Pimpinan Wilayah adalah kesatuan daerah-daerah dalam tingkat propinsi.
Pimpinan Daerah adalah kesatuan cabang-cabang dalam tingkat kabupaten/kota. Sedangkan Pimpinan Cabang
adatah kesatuan ranting-ranting dalam satu kecamatan. Pimpinan Ranting adalah kesatuan anggota-anggota dalam
satu sekolah, desa/kelurahan atau tempat lainnya.
Saat ini, Ikatan Pelajar Muhammadiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia, dengan 32 Pimpinan
Wilayah, 355 Pimpinan Daerah, dan sejumlah Pimpinan Cabang serta Pimpinan Ranting IPM di semua sekolah
Muhammadiyah tingkat SLTP dan SLTA.
MANIFESTO GERAKAN KRITIS-TRANSFORMATIF
Satu semboyan yang sangat monumental dalam perjalanan IPM pada tahun 1990'an awal, Tri-Tertib:
"Tertib lbadah, Tertib Belajar dan Tertib Berorganisasi", adalah ruh gerakan dan merupakan cita-cita dan karakter
khas yang dimiliki oleh setiap anggota IPM. Paradigma pengembangan diri ini mendapatkan akar pemikirannya pada
tradisi developmentalisme yang melihat sebab-musabab berbagaipermasalahan sosial berasal dari kelemahan
kultural, modal manusia yang lemah, kurang adanya achievement dan berbagai kekurangan yang dimiliki pelakunya.
Pada masa sekarang ini, paradigm pengembangan diri mengalami stagnasi karena sering tidak berhasil mengatasi
berbagai masalah sosial yang ada.

IPM menyempurnakan paradigma gerakannya tidak hanya berkutat pada program-program


pengembangan diri tetapi juga memasuki ranah struktur dan sistem sosial yang berlaku. Di sini IPM menempatkan
diri sebagai Gerakan Kritis- Transformatif. Gerakan Kritis-Transformatif memiliki tiga pondasi utama: "Penyadaran,
Pemberdayaan dan Pembelaan".

Anda mungkin juga menyukai