OLEH:
KELOMPOK 2
MUHAMAD IBNU HASAN
ZAENAL ABIDIN
MAULIDIYAH NURVITASARI
SUHENDRA ASTANA
LINATI NUR FAJRINA
ANIS ERNAWATI
FADILLAH RAMADHANI
(131411123016)
(131411123018)
(131411123020)
(131411123022)
(131411123024)
(131411123026)
(131411123028)
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.........................................................................................19
2. Pemeriksaan Fisik.............................................................................20
3. Diagnosa Keperawatan.....................................................................21
4. Intervensi Keperawatan....................................................................30
BAB IV
Penutup
Kesimpulan...................................................................................................31
Daftar Pustaka...............................................................................................32
Lampiran : WOC
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang industri sampai sekarang telah menghasilkan
sekitar 70.000 jenis bahan berupa logam, kimia, pelarut, plastik, karet,
pestisida, gas, dan sebagainya yang digunakan secara umum dalam
kehidupan sehari-hari dan memberikan kenyaman dan kemudahan bagi
penduduk di seluruh dunia. Namun di lain pihak, bahan-bahan tersebut
menimbulkan berbagai dampak seperti cedera dan penyakit. Cedera akibat
kerja dapat bersifat ergonomik, ortopedik, fisik, mengenai mata, telinga
dan lainnya. Penyakit-penyakit akibat pajanan di lingkungan kerja dapat
berupa toksik, infeksi, kanker, gangguan hati, saraf, alat reproduksi,
kardiovaskular,
kulit
dan
saluran
napas.
Banyak
pekerja
yang
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Penyakit Paru Akibat Kerja dan Pneumokoniosis
Penyakit paru akibat kerja adalah penyakit paru yang terjadi pada waktu
okupasi, akibat pemanjaan terhadap partikel debu organik atau anorganik
(mineral) dan gas-gas beracun (aerosol dan kabut). Efek menghirup
partikel
ini
disesuaikan
dengan
material
bahan,
konsentrasinya
debu
batubara
dalam
udara
yang
dapat
opsis,
partikel
yang
basah/lembab
lainnyadapat
fisik,
dan
dihubungkan
dengan
terjadinya
mesotelioma.
b) Chrysotile (asbes putih)
Serat berwatna putih menyerupai sutera, lentur dan cukup kuat.
Struktur lembaran, namun lembaran-lembaran ini tergulung
menjadi tabung panjang yang cukup mudah dipintal untuk
dijadikan benang benang tekstil. Serat asbes bersifat tahan
panas dapat mencapai 800 0C. Karena sifat inilah maka asbes
banyak dipakai di industri konstruksi dan pabrikPemanfaatan
utamanya untuk pembuatan tekstil dan kain-kain jenis lainnya,
disamping itu dipakai untuk produk-produk lantai, pipa semenasbes, kertas.
c) Crocidolite (asbes biru)
Warna karakteristiknya biru, serat panjangnya yang kasar tapi
dapat dipintal, memiliki ketahanan yang sangat tinggi terhadap
asam.
d) Amosite (asbes coklat)
10
11
10%
14
Manifestasi Klinis
Penyakit silikosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batukbatuk. Batuk ini seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada
silikosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat
dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah
sekali diamati. Bila penyakit silikosis sudah berat maka sesak nafas
akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi
jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja
jantung.
Pemeriksaan Penunjang
Biasanya akan ditanyakan secara terperinci mengenai jenis
pekerjaan, hobi dan aktivitas lainnya yang kemungkinan besar
merupakan sumber pemaparan silika. Pemeriksaan yang dilakukan:
1. Rontgen dada (terlihat gambaran pola nodul dan jaringan
parut)
Foto toraks berguna dalam mendeteksi dan memantau respon
paru untuk debu mineral, logam tertentu, dan debu organik
mampu mendorong pneumonitis hipersensitivitas. Organisasi
Perburuhan Internasional (ILO) International Klasifikasi
Radiografi dari Pneumoconioses mengklasifikasikan radiografi
dada sesuai dengan sifat dan ukuran dan kekeruhan melihat
sejauh mana keterlibatan parenkim tersebut. Secara umum,
kekeruhan linier terlihat di asbestosis.
2. Tes fungsi paru
Banyak debu mineral menghasilkan perubahan karakteristik
dalam mekanisme pernapasan dan volume paru-paru yang
secara jelas menunjukkan pola restriktif. Demikian pula,
pemaparan debu organik atau bahan kimia dapat menyebabkan
asma kerja atau PPOK. Pengukuran perubahan volume
ekspirasi paksa (FEV1) sebelum dan setelah shift kerja dapat
digunakan untuk mendeteksi respon bronchoconstrictive atau
peradangan akut.
3. Tes PPD
16
memburuknya
penyakit,
sangat
penting
untuk
menderita
18
BAB III
Asuhan Keperawatan Pneumokionosis
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pengkajian identitas pasien Nama ,umur, sex, pekerjaan. Silikosis lebih
sering diderita oleh kalangan pekerja industri/bangunan dan sebagian
besar dilakukan oleh pria sehingga lebih sering menyerang pria
dibanding wanita.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan silikosis pada umumnya mengalami sesak saat bernafas,
batuk berdahak
c. Keluhan utama
Pada klien akan mengeluh sesak, batuk, demam
d. Riwayat Penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) dengan gejala luka tenggorok, riwayat
bronchitis,TBC.
e. Riwayat penyakit keluarga
Umumnya klien silikosis tidak memiliki penyakit keluarga yang
berhubungan dengan penyakit ini tapi pada asbestosis bisa terjadi pada
anggota keluarga lain.
f. Riwayat Psikososial
Perawat perlu mengkaji tentang perasaan, status emosional, dan
perilaku klien. Misalnya, klien sering merasa cemas akibat nyeri yang
kronis dan mengisolasi diri karena penyakit yang diderita.
19
g. Pemeriksaan Fisik:
1.) B1 (Breath) : sesak napas, batuk berdahak, adanya penggunaan otot
bantu pernafasan inspirasi,
2.) B2 (Blood) : cyanosis, hypoxia, hipoksemia,
3.) B3 (Brain) : demam
4.) B4 (Bladder) : 5.) B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
6.) B6 (Bone) : malaise
2. Diagnosis keperawatan
1) Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1
Intervensi
status
oksigen pasien
R /sebagai data
dalam
menentukan
intervensi
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas
dasar
yang
bersih,
(mampu
mengeluarkan sputum,
mampu
bernafas
dengan mudah)
Menunjukkan
2) Auskultasi suara
nafas,
catat
adanya
suara
tambahan
R
/suara
tambahan
menunjukan
jalan
adanya
penumpukan
nafas
yang
paten
(klien
tidak
merasa
selanjutnya.
pernafasan
sekret
3) Lakukan
fisioterapi
dada,postural
drainase,vibrasi
abnormal)
dan
clapping
jika perlu
R
/untuk
meningkatkan
mobilisasi
sekresi
yang
mengganggu
oksigenasi.
Pantau
sputum
untuk
mengefektifkan
21
terapi.
4) Ajarkan
teknik
batuk efektif.
R
/membantu
mengeeluarkan
sputum.
5) Lakukan
nebulaiser sesuai
indikasi
R
/aerosol
berfungsi untuk
mengencerkan
dahak sehingga
mudah
untuk
dikeluarkan
6) Berikan
cairan
sekurangkurangnya 3 liter
perhari
atau
sesuai indikasi
R
/hidrasi
membantu
mengencerkan
dahak
7) Berikan
O2
sesuai indikasi
8) Berikan
bronkodilator
bila perlu
2
Gangguan
Pertukaran
gas
b.d Tujuan :
NIC :
Pasien akan mempunyai
22
sesak normal
Criteria hasil:
napas,hipoksia,hipoksemia,cyanosis
Dalam waktu 3x24 jam
Definisi
mengeluh
Kelebihan
adekuat
Mendemonstrasikan
tidak ada sianosis dan
1 Monitor rata
rata, kedalaman,
irama dan usaha
respirasi
R /sebagai data
dasar
dalam
menentukan
intervensi
selanjutnya.
2 Pantau
tanda-
dyspneu,sesak napas
Tanda tanda vital
tanda vital,irama
dan hemoglobin
jantung,AGD
R
/perubahan
salah
satu
parameter
tersebut
dapat
mengindikasikan
keparahan
penyakit
3 Ajarkan
pasien
pada
teknik
bernapas
dan
relaksasi
R
/meminimalisir
penggunaan
oksigen.
4 Jelaskan
penggunaan alat
bantu
23
yang
diperlukan
R
/mengurangi
tingkat
kecemasan
pasien
oleh
karena
alat
bantu.
5 Informasikan
kepada
pasien
bahwa merokok
itu dilarang.
R/
merokok
dapat
memperburuk
suplay
oksigen
ke jaringan.
6 Berikan oksigen
R/
bantuan
asupan
oksigen
organ
pernapasan.
NIC :
Monitor suhu
sesering
mungkin
R
/untuk
meyakinkan
perbandingan
data
akurat
yang
(5000-
10000mg/dl)
Akral tidak panas
Monitor IWL
R /sebagai data
dasar
dalam
menentukan
intervensi
selanjutnya
Monitor warna
dan suhu kulit
R
/kulit
kemerahan dan
akral
panas
menandakan
adanya
peningkatan
suhu
Monitor
tekanan darah,
nadi dan RR
R /perubahan
salah
satu
parameter
pemeriksaan
menandakan
adanya
peningkatan
suhu tubuh.
Monitor
penurunan
tingkat
kesadaran
R /perubahan
tingkat
kesadaran
25
menandakan
hipoksia
jaringan otak
Monitor WBC,
Hb, dan Hct
R /perubahan
salah
satu
laboratorium
menandakan
adanya
peningkatan
suhu tubuh
Monitor intake
dan output
R /sebagai data
dasar
dalam
menentukan
intervensi
Berikan cairan
intravena
R
/hidrasi
dapat
menurunkan
suhu.
Kompres
pasien
pada
/untuk
menurunkan
panas
Atur
pemberian
antibiotic dan
26
antipiretik
R /antibiotic
mengurangi
infeksi
dan
antipiretik
menurunkan
panas.
4
oral
yang
nutrisi tubuh
Berikan
informasi
adekuat
tentang
kebutuhan
nutrisi
R
/melibatkan
klien
dalam
menentukan
nutrisinya
Kaji kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan
27
nutrisi
yang
dibutuhkan
R/
membantu
menentukan
intervensi
yang
Timbang
BB
klien
pada
interval
yang
tepat
R /mengevaluasi
keefektifan
intervensi
Monitor
lingkungan
selama makan
R /lingkungan
yang
nyaman
meningkatkan
napsu
makan
pasien
Monitor
makanan
kesukaan
R /memberikan
makanan
kesukaan
meningkatkan
napsu
klien
Anjurkan
makan
tapi sering
28
makan
klien
sedikit
R /meningkatkan
asupan
adekuat
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyakit paru akibat kerja adalah penyakit paru yang terjadi pada waktu okupasi,
akibat pemanjaan terhadap partikel debu organik atau anorganik (mineral) dan
gas-gas beracun (aerosol dan kabut).
Kistik fibrosis adalah kelainan genetik yang bersifat resesif heterogen dengan
gambaran patobiologik yang mencerminkan mutasi pada gen regulator
transmembran.
Silikosis merupakan penyakit paru fibrotic restiktif yang jarang, terjadi akibat
inhalasi partikel silicon dioksida (kuarsa) yang biasanya terjadi di tempat kerja.
Pekerjaan yang tersering yang berkaitan dengan silikosis adalah pertambanagan,
sandblasting, pengeboran, pembuatan terowongan dan pemotongan batu.
Asbestosis adalah fibrosis paru yang terjadi akibat paparan asbestos. Asbestosis
merupakan fibrosis paru akibat paparan silikat fibrosa yang ditemukan di alam
sebagai mineral-mineral krisotil, amosit, dan krokidolit
DAFTAR PUSTAKA
Cecily & Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC. Hal : 122
http://bapelkescikarang.or.id diakses tanggal 15 September 2014 jam 20.15 wib
Buku saku keperawatan pediatik, Leyn. B. C 2009. EGC : Jakarta
29
yang
30
Masuk ke
alveoli
SiO2
SiO3
Arang
batu
Debu
metal
Sel Peratahan
mencoba
merusak serat
asbes melalui
makrofag
Asbestosis
Ca
Bkonkhogenik
SILIKOSIS
Breath (B1)
Menyempitnya
saluran bronchial
Blood (B2)
Reaksi sistemik silika
Bowel (B5)
Perasaan tidak
nyaman
Metabolisme
dispnea
Nafsu makan
Bone (B6)
Elastisitas paru
Paru-paru tidak dapat
mengembang
MK : Hipertermi
Elastisitas paru
Intake nutrsi
Difusi gas
MK : Gangguan
pertukaran gas
Kelemahan fisik
MK : Intoleransi
aktivitas