dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan
lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap
harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah
tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana
95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang
dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik
menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
(Rohendi, 2005).
Daftar isi
1 Pendahuluan
2 Jenis-jenis kompos
3 Manfaat Kompos
4 Dasar-dasar Pengomposan
o 4.1 Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan
o 4.2 Proses Pengomposan
o 4.3 Faktor yang memengaruhi proses Pengomposan
5 Strategi Mempercepat Proses Pengomposan
o 5.1 Memanipulasi Kondisi Pengomposan
o 5.2 Menggunakan Aktivator Pengomposan
o 5.3 Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator
Pengomposan
o 5.4 Pertimbangan untuk menentukan strategi pengomposan
6 Pengomposan secara aerobik
o 6.1 Peralatan
o 6.2 Tahapan pengomposan
7 Kontrol proses produksi kompos
o 7.1 Proses pengontrolan
8 Mutu kompos
9 Lihat pula
10 Literatur
11 Pranala luar
Pendahuluan
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan
bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang
terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan.
Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.
Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses
penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian
dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih
cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya
Asal
Bahan
1. Pertanian
Limbah dan
residu tanaman
Limbah & residu Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak,
ternak
cairan biogas
Tanaman air
2. Industri
Limbah padat
Limbah cair
3. Rumah tangga
Sampah
Limbah padat
dan cair
4. Pasar
Sampah
Limbah padat
dan cair
Jenis-jenis kompos
Manfaat Kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan
meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d
iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya
daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti menjadikan hasil
panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas
metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di
tempat pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi,
memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran
bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh
tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos
memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium
yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang
ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan
dengan NPK.
Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk cacing
(vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan
bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil. Indikatornya
terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek
apapun pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan
media tanam dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal.
Pemberian kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan
kapasitas tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau
tanah dalam keadaan masam.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos yang
dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum
officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga
bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada
peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur.
Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak
meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun
diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.
Dasar-dasar Pengomposan
Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya:
limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas,
kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri,
limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan
organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.
Bahan yang paling baik menurut ukuran waktu, untuk dibuat menjadi kompos
dinilai dari rasio karbon dan nitrogen di dalam bahan / material organik seperti
limbah pertanian: ampas tebu dan kotoran ternak serta tersebut di atas. Bahan
organik yang telah disusun oleh Sinaga dkk. (2010) dari berbagai campuran
dengan nilai rasio C/N = 35,68 dan kondisi kandungan airnya 50,37%, waktu
dekomposisi diperoleh terpendek 28 hari dibanding lainnya.
Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah
dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen
dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh
mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat.
Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan
meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian
bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan
menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan
panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsurangsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat
lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan
terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat
mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan.
Organisme
Mikroflora
Mikrofanuna
Makroflora
Protozoa
Jamur tingkat tinggi
Cacing tanah, rayap, semut, kutu,
dll
Makrofauna
Jumlah/gr kompos
109 - 109; 105 108; 104 106
104 - 105
pH
Suhu
5.5 9.0
43 66oC
6.5 8.0
54 -60oC
4. Saringan/ayakan
o Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar
diperoleh ukuran yang sesuai
o Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang
diinginkan
o Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau
saringan putar
5. Termometer
o Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan
o Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke
bagian dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat
o Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar
tidak mencemari kompos jika termometer pecah
6. Timbangan
o Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai
berat yang diinginkan
o Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan
dan pengemasan
7. Sepatu boot
o Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar
terhindar dari bahan-bahan berbahaya
8. Sarung tangan
o Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama
melakukan pemilahan bahan dan untuk kegiatan lain yang
memerlukan perlindungan tangan
9. Masker
o Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernapasan dari debu
dan gas bahan terbang lainnya
Tahapan pengomposan
1. Pemilahan Sampah
o Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah
anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus
dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses
dan mutu kompos yang dihasilkan
2. Pengecil Ukuran
o Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah,
sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi
menjadi kompos
3. Penyusunan Tumpukan
o Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil
ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
o Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain
memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x
1,75m.
o Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow)
yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.
4. Pembalikan
o Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan,
memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan
proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian
air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecilkecil.
5. Penyiraman
o Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang
terlalu kering (kelembapan kurang dari 50%).
o Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan
memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
o Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air,
maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika
sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah
oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
o Setelah pengomposan berjalan 30 40 hari, suhu tumpukan akan
semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan.
o Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau
kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
Proses pengontrolan
Proses pengontrolan yang harus dilakukan terhadap tumpukan sampah adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
Mutu kompos
1. Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan
sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi
pertumbuhan tanaman.
2. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya
persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah
yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman
3. Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
o Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
o
o
o
o
o
Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan
maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai. Organisme
pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme.
Kompos berfungsi sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman.
Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara membuat kompos,
yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara). Kedua
metode ini menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya
agak sedikit berbeda.
Searah jarum jam: (1) Pemilihan lokasi pengomposan, (2) Membuat bak/kotak
kayu, (3) Menyeleksi dan merajang bahan baku, (4) Memasukkan bahan baku
baku kedalm bak kayu
Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak kayu untuk
memberikan kelembaban. Untuk mempercepat proses pengomposan bisa
ditambahkan starter mikroorganisme pembusuk ke dalam tumpukan
kompos tersebut. Setelah itu, naikkan bak papan ke atas kemudian
tambahkan lagi bahan-bahan lain. Lakukan terus hingga ketinggian
kompos sekitar 1,5 meter.
Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik hingga 65oC, biarkan
keadaan yang panas ini hingga 2-4 hari. Fungsinya untuk membunuh
bakteri patogen, jamur dan gulma. Perlu diperhatikan, proses pembiaran
jangan sampai lebih dari 4 hari. Karena berpotensi membunuh
mikroorganisme pengurai kompos. Apabila mikroorganisme dekomposer
ikut mati, kompos akan lebih lama matangnya.
Setelah hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian
mikroorganisme dekomposer. Jaga suhu optimum pengomposan pada
kisaran 45-60oC dan kelembaban pada 40-50%. Cara menjaga suhu adalah
dengan membolak-balik kompos, sedangkan untuk menjaga kelembaban
siram kompos dengan air. Pada kondisi ini penguapan relatif tinggi, untuk
mencegahnya kita bisa menutup tumpukan kompos dengan terpal plastik,
sekaligus juga melindungi kompos dari siraman air hujan.
Searah jarum jam: (1) Penyiraman dan penambahan dekomposer, (2) Proses
penumpukkan kompos, (3) Merapihkan tumpukan, (4) Pembalikan kompos
1. LATAR BELAKANG
Sudah kita ketahui, bahwa saat ini sedang terjadi musim kemarau yang
berkepanjangan. Air sedang sulit didapatkan, banyak tumbuhan yang mati karena
tidak mendapatkan air. Hal itu diperparah lagi dengan tanah-tanah yang kering.
Nah, untuk memperbaiki hal ini, agar tanah menjadi subur kita dapat
menyuburkannya dengan memberikan pupuk kompos pada tanah yang akan kita
tanami.
2. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan pupuk kompos ?
2. Unsur apa saja yang terkandung dalam pupuk kompos ?
3. Bagaimana cara membuat pupuk kompos ?
4. Apa manfaat pupuk kompos ?
BAB II
KERANGKA TEORITIS
1 pengertian pupuk kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik.
Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan.
2 unsur yang terkandung dalam pupuk kompos