Dosen Pembimbing
Dra. Zultiniar, M.Si
Kelompok
: IV (Empat)
Nama Kelompok
: 1. Fahrul Amry
2. Khairunnisa
3. Mutiqnal Hidayat
(1207021329)
(1207021228)
(1207036504)
Abstrak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan pembuatan briket dari cangkang sawit yaitu antara
lain :
1. Mampu mempraktikan pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif
pengganti minyak menggunakan cangkang sawit
2. Mengetahui prinsip pembuatan briket cangkang sawit
3. Membuat briket cangkang sawit
1.2
Latar Belakang
Pada awal perkembangannya, kayu adalah sumber bahan bakar yang paling
banyak dipakai karena mudah didapat dan sederhana penggunaannya. Namun saat
ini tekanan terhadap hutan sangatlah berat sehingga mengurangi persediaan kayu
sebagai bahan bakar. Selain itu juga langkanya bahan bakar di Indonesia dan
meningkatnya harga jual bahan bakar termasuk minyak tanah, menyebabkan
penduduk Indonesia susah untuk mendapatkan bahan bakar. Krisisnya energi
bahan bakar dan kesediaan bahan bakar minyak saat ini kian menipis telah
memberikan gambaran bahwa saatnya untuk sekarang kita beralih pada bahan
bakar lain.
Untuk itu diperlukan alternatif penggantiannya, dan salah satunya adalah
pembuatan briket. Briket merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang
memiliki prospek bagus untuk dikembangkan. Karena selain dari proses
pembuatannya yang mudah, ketersediaan bahan bakunya juga mudah didapat.
Bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar alternatif atau merupakan
pengganti Minyak Tanah yang paling murah dan memungkinkan untuk
dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi
dan peralatan yang digunakan relatif sederhana.
proses
baik
adalah
yang
memungkinkan
untuk
dijadikan
briket.
Keuntungannya
menggunakan limbah sebagai bahan baku pembuatan briket adalah murah atau
bahkan bisa gratis, lalu dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah
sehingga ramah lingkungan.
Proses pembuatan briket cukup sederhana dan dapat dikerjakan sendiri
tanpa membutuhkan peralatan khusus dan tidak membutuhkan banyak tenaga.
Gambaran mudahnya adalah bahan baku briket kita panaskan dalam tempat yang
vakum sehingga menghitam, lalu kita haluskan kemudian dicetak. Proses lebih
jelasnya adalah sebagai berikut.
1.
dikurangi kadar airnya, sehingga proses pemanasan pada ruang vakum akan
sempurna. apabila terdapat air dalam bahan baku tersebut akan merusak hasil
pembakaran bahan baku. Proses pengurangan kadar air ini bisa dilakukan dengan
penjemuran. Apabila bahan baku pembuatan briket sudah memiliki kadar air
yang sangat sedikit maka bisa langsung melakukan tahapan proses berikutnya.
2.
Pirolisis
Proses ini merupakan proses utama dalam pembuatan briket yaitu pemanasan
atau pembakaran bahan baku. Proses ini dapat dikatakan sebagai proses
pengarangan. Bahan baku dibuat arang dengan cara pengarangan manual melalui
tong kemudian dibakar atau dipanaskan dan ditutup hingga hanya ada sedikit
ventilasi pada tong tersebut. Proses pengarangan menggunakan sistem
pembakaran tidak sempurna. Maksud pembakaran tidak sempurna adalah
pembakaran dimana pasokan oksigen dibatasi. Pembakaran dilakukan diruangan
tertutup dengan adanya sedikit pemasukan oksigen. Dengan metode pembakaran
seperti ini maka apabila bahan baku telah dibakar hingga hitam tapi tidak sampai
menjadi abu. Berbeda dengan pembakaran sempurna yang dilakukan di ruang
terbuka, maka benda yang dibakar akan habis hingga menjadi abu. biasanya
proses ini terjadi pada suhu 150oC 300oC.
3.
Perekatan
Bahan baku yang telah menghitam setelah melalui proses pirolisis kemudian
Pembentukan
Bahan hasil campuran antara material hasil pirolisis, air dan tepung kanji
Tidak Berasap
Tidak Berbau
Tidak mencemari udara
Panas yang tinggi dan continou, baik untuk pembakaran yang lama
Tidak beresiko meledak ataupun terbakar seperti minyak tanah dan gas
elpiji
Sumber briket arang yang berlimpah
Ramah lingkungan
b.
Karbon aktif
Karbon aktif yang berasal dari limbah cangkang sawit dapat digunakan
untuk penyerapan gas CO2 dan pemurnian biogas. Karbon aktif yang berasal dari
cangkang sawit berukuran mikropori agar dapat menyerap gas dengan baik. Hasil
karakterisasi menggunakan Gas Sorption Analyzer (GSA) menunjukkan nilai
volume total pori, luas permukaan dan rerata jejari pori. Hasil analisis karbon
aktivasi kimia memiliki volume pori 0,1304 cc/g, luas permukaaan 208,091 m2/g
dan rerata jejari pori 12,531 dan hasil analisis karbon aktif komersial memiliki
luas permukaan 666,534 m2/g dengan volume total pori 0,3571 cc/g dan rerata jari
pori 10,713 . Pada pengukuran gas, karbon aktif cangkang sawit aktivasi kimia
memiliki daya serap CO2 sebesar 6,1% dan kadar CH4 yang terukur sebesar 65,5%
sedangkan pada karbon aktif komersial daya serap CO2 sebesar 12,97% dan kadar
CH4 yang terukur sebesar 70,5%. Perbedaan pengukuran gas CH 4 dengan
menggunakan adsorben karbon aktif komersial dan karbon aktif cangkang sawit
tidak terlalu jauh berbeda. Berdasarkan hasil analisis dengan GSA dan
pengukuran gas, maka dapat disimpulkan karbon aktif yang berasal dari cangkang
sawit memiliki potensi sebagai adsorben gas dilihat dari meningkatnya kadar CH 4
sebelum menggunakan adsorben dan setelah menggunakan adsorben.
Karbon aktif adalah material yang terbuat dari arang batok kelapa yang
dibakar dengan suhu tinggi hingga menjadi arang. Dari hasil
pembakaran maka dihasilkanlah karbon aktif. Karbon aktif sering digunakan
untuk penyaring menjernikan air.
c.
Asam organik
Asam organik adalah senyawa organik yang mempunyai derajat keasaman
(bahasa Inggris: acidic properties). Asam organik yang paling umum adalah asam
alkanoat yang memiliki derajat keasaman dengan gugus karboksil COOH, dan
asam sulfonat dengan gugus SO2OH mempunyai derajat keasaman yang relatif
lebih kuat. Stabilitas pada gugus asam sangat penting dan menentukan derajat
keasaman sebuah senyawa organik.
Pada bidang biologi, terdapat gugus asam dengan derajat keasaman yang
rendah, misalnya gugus OH, -SH, gugus enol, gugus fenol. Senyawa bio-organik
dengan gugus semacam ini tidak digolongkan sebagai asam organik. Contoh
senyawa tersebut antara lain: asam laktat, asam asetat, asam format, asam sitrat
dan asam oksalat.
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam
organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.
Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam
bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut
asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik
beku 16.7 C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam
asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam
industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah
tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam
setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5
juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri
petrokimia maupun dari sumber hayati.
2. Sebagai bahan bakar untuk boiler.
Boiler adalah Ketel Penghasil Uap untuk menjalankan
Turbin Uap
pembangkit listrik dan sisa buangan uap dari turbin digunakan untuk kebutuhan
proses. Air yang di umpan kedalam Pipa pipa yang terdapat pada Boiler di
panaskan menjadi Uap basah untuk kemudian oleh Superheater di ubah menjadi
Uap Kering yang tidak mengandung butiran air. Uap Kering inilah yang
digunakan untuk menggerakkan Turbin Uap.
tak
terembunkan.
Asap cair yang merupakan hasil sampingan dari industri arang aktif tersebut
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi jika dibandingkan dengan dibuang ke
atmosfir. Asap cair diperoleh dari pengembunan asap hasil penguraian senyawasenyawa organik yang terdapat dalam cangkang sawit sewaktu proses pirolisis.
Penggunaan asap cair terutama dikaitkan dengan sifat-sifat fungsional asap
cair, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antibakteri, antijamur, dan
potensinya dalam pembentukan warna coklat pada produk. Asap cair dapat
diaplikasikan pada bahan pangan karena dapat berperan dalam pengawetan bahan
pangan.
Tujuan semula dari pengasapan adalah menghambat laju kerusakan
produk. Namun dalam perkembangannya tujuan pengasapan tidak hanya itu,
tetapi lebih ditujukan untuk memperoleh kenampakan tertentu pada produk
asapan dan citarasa asap pada bahan makanan.
6.
Bahan baku untuk membuat lem dan vernis kayu.
Adapun metode pemanfaatannya yaitu dengan cara keringkan cangkang
hingga kadar air mencapai 10-12%, kemudian lakukan pirolisa pada kondisi
optimum yaitu suhu 405 C. Lalu, asap cair yang dihasilkan bisa dibagi 2 bagian.
Bagian pertama diendapkan dan dipisahkan tarnya untuk penelitian pada
lateks dan kayu serta bahan baku untuk membuat lem dan vernis kayu.
Pada saat pembakaran drum di anya tutup ventilasi yang dibuka sebagai jalan
keluarnya asap. Ketika asap yang keluar sudah berwarna kebiru=biruan Ventilasi
ditutup dan dibiarkan lebih kurang 12 jam.
Selama proses tersebut sebaiknya cek terus melalui membuka tutup drum dengan
hati-hati guna mencek apakah masih ada bara yang menyala kalau masih drum
ditutup rapat-rapat, tidak dibenarkan menggunakan air untuk mematikan bara
yang sedang menyala karena dapat menurunkan kualitas karbon yang dihasilkan.
Bahan baku yang telah diarangkan, kemudian dihaluskan, dicampur dengan
perekat, dicetak dengan system hidrolik selanjutnya dikeringkan.
Bahan perekat yang digunakan dalam pembuatan briket ini berdasarkan sumber
dan komposisi kimia dibagi atas 3 bahagian yaitu;
1. Perekat yang berasal dari tumbuhan seperti Kanji.
2. Perekat yang berasal dari hewan seperti perekat kasein
3. Perekat sintetik yaitu perekat yang dibuat dari bahan sintetis contohnya
urea formaldehid.
Dengan pemakaian perekat maka tekanan yang diperlukan akan jauh lebih
kecil dibandingkan dengan briket tanpa perekat. Perekat Kanji adalah perekat
tapioca yang dibuat dari tepung tapioca dicampur air dengan jumlah yang tidak
lebih 70% dari berat serbuk arang. Kemudian dipanaskan sampai bentuk jeli.
Pencampuran kanji dengan serbuk arang diaduk dengan merata bias dengan
menggunakan tangan atau alat aduk mixer.
Bentuk briket dapat dibuat sesuai dengan ukuran dan bentuk yang
dikehendaki sehingga dapat dipergunakan secara maksimal. Briket arang
cangkang kelapa sawit ini memiliki keunggulan yaitu permukaan yang halus dan
tidak meninggalkan warna hitam apabila di pegang.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1
Drum
Lumpang
Oven
Furnace
Cawan porselen
Kompor
Panci
Timbangan analitik
9.
10.
11.
12.
13.
2.2
Pengaduk
Saringan mesh
Beaker glass 1000 ml
Cetakan
Tongkat kayu
Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan briket dari
2.3
Prosedur percobaan
(dibakar).
Penyalaan
awal
dapat
dilakukan
dengan
dengan drum, karena saat udara masuk asap tebal akan keluar dari mulut
drum. Bila pengkarbonan sudah selesai, pada saat inilah kita harus
menyiram bara arang didalam drum dengan air.
2.3.2 Pembuatan Briket Cangkang Sawit
Proses pembuatan briket cangkang sawit secara sederhana dapat dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menyiapkan lumpang, kemudian arang yang tersedia ditumbuk halus
hingga menjadi bubuk arang. Selanjutnya bubuk arang tersebut
dikumpulkan pada suatu tempat misalnya ember dan diayak guna
mendapatkan bubuk arang sebanyak 1.500 gram
2. Menyiapkan kanji, memanaskan air sebanyak 720 ml hingga mendidih
kemudian melarutkan kanji yaitu 12% dari berat bubuk arang (180 gram).
Perbandingan volume air dengan kanji yaitu 1 : 4.
3. Mencampurkan lem tersebut dengan bubuk arang sehingga menjadi
adonan yang lengket. Selanjutnya, adonan diaduk-aduk agar semua bahan
tercampur rata dan cukup lengket
4. Bambu digunakan sebagai cetakan dengan ukuran diameter 4 cm dan
tinggi 4 cm.
5. Setelah cetakan siap, adonan yang telah disiapkan dimasukkan
kedalamnya dengan cara dipadatkan, lalu setelah padat dan berbentuk,
dikeluarkan dari cetakan
6. Briket tempurung kelapa dijemur diudara luar selama 2 hari kemudian
dioven selama 5 jam untuk menghilangkan air yang terdapat dalam briket
2.3.3 Pengujian Pada Briket
1. Uji Kadar Air
Penetapan kadar air merupakan suatu cara untuk mengukur banyaknya air
yang terdapat didalam suatu bahan. Kadar air ditentukan dengan metode oven.
Caranya adalah bahan ditimbang dengan timbangan analisis dengan berat bahan
dalam cawan porselen yang telah diukur bobot keringnya secara teliti, kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 105C sampai beratnya konstan. Bahan
didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali. Kadar air bahan dapat
dihitung sebagai berikut :
% Kadar Air =
.(1)
Dengan :
b = berat cawan + sampel sebelum dioven (gram)
a = berat cawan + sampel sesudah dioven (gram)
2. Kadar Abu dan Kadar Karbon
Pengukuran kadar abu merupakan residu organik yang terdapat dalam
bahan. Abu dalam bahan ditetapkan dengan menimbang sisa mineral sebagai hasil
pembakaran (abu sisa pembakaran) bahan organik pada suhu 550C. Prinsip kerja
metode ini dengan cara sebagai berikut :
1. Sampel ditimbang dan dimasukkan dalam cawan porselen
2. Sampel dipanaskan sampai menjadi arang dan tidak mengeluarkan
asap
3. Kemudian diabukan didalam furnce pada suhu 600C
4. Sampel didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang
setelah mencapai suhu ruang
% Kadar Abu =
......(2)
..(3)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/185726651/makalah-briket#download
https://www.scribd.com/doc/137684259/MANFAAT-DAN-KEGUNAANLIMBAH-CANGKANG-KELAPA-SAWIT-docx#download
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
= 1.500 gram
= 180 gram
=1:4
= 720 ml
Berat sampel
= 61,02 gram
Berat cawan
= 82,30 gram
Berat cawan + sampel sebelum dioven = 143,32 gram (b)
Berat cawan + sampel sesudah dioven = 141,43 gram (c)
x 100
x 100
x 100
= 1,32
A.3
= 75,61 gram
= 58,34 gram
= 50,29 gram
= 25,32 gram
x 100
x 100
x 100
= 31,8
A.4 Laju Pembakaran Briket
Berat briket
Waktu sampai briket habis menjadi abu
= 68,25 gram
= 120 menit
= 7200 detik
= 0,0095 gram/detik.
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI