Gambar 1. Reaksi Hidrolisis Ester pada Procaine (Florence & Attwood, 2006)
Hidrolisis Amida melibatkan pemecahan rantai amida
chloramphenicol, ergometrine and benzylpenicillin sodium)
(cinhocaine,
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengontrol terjadinya hidrolisis obat dalam
larutan
Menentukan pH stabilitas maksimum.
Perubahan konstanta dielektrik dengan penambahan solven selain air:
alkohol, gliserin, propylene glycol
Membuat obat menjadi kurang larut
Stabilitas penisilin dalam suspensi procain-penicillin meningkat dengan
menurunkan kelarutan karena penambahan sitrat, dekstrosa, sorbitol dan
glukonat
Menambahkan senyawa yang membentuk kompleks
Penambahan caffein pada larutan benzocain, procaine dan tetracaine
Melarutkan obat dengan surfaktan
Oksidasi
Pada reaksi oksidasi akan terjadi perpindahan atom elektropositif, radikal atau
elektron, atau penambahan atom elektronegatif atau radikal. Oksidasi dapat
terjadi karena auto-oksidasi, yang melibatkan tiga tahap reaksi :
- Inisiasi : Terbentuknya radikal bebas R dari senyawa organik akibat
paparan cahaya, panas atau transisi logam (tembaga dan besi)
X + RH R + XH
- Propagasi : oksigen dan radikal bebas R membentuk peroksi-radikal
ROO. Peroksi radikal mengambil H (hidrogen) dari molekul senyawa
organik untuk membentuk hidroperoksida ROOH yang selanjutnya
membentuk radikal bebas baru.
R + O2 ROO
ROO + RH ROOH + R
Reaksi ini akan terus berlanjut hingga radikal bebas dihancurkan oleh
adanya inhibitor atau reaksi samping yang memutus rantai propagasi ini.
- Terminasi
ROO + ROO produk stabil
ROO + R produk stabil
R + R produk stabil
Produk peruraian ROOH menghasilkan aldehida, keton dan asam lemak rantai
pendek yang menimbulkan bau tengik . Hidroperoksida ROOH bersifat fotolabil
sehingga akan terurai menjadi hidroksi (HO) dan atau alkoxyl (RO) yang
memiliki sifat mengoksidasi dirinya sendiri.
Obat yang rentang mengalami oksidasi
Golongan steroids and sterols menggambarkan contoh obat yang
rentan terhadap oksidasi karena adanya ikatan rangkap karbon-karbon
(alkena)
Simvastatin , mengandung ikatan rangkap terkonjugasi, penambahan
radikal peroxyl memicu terbentuknya polymeric peroxides (simvastatin
berpolimerisasi hingga pentamer), perpecahan ini menghasilkan
epoksida yang selanjutnya terdegradasi menjadi aldehida atau keton.
Pencegahan Oksidasi
Oksigen dalam wadah digantikan dengan nitrogen atau karbon dioksida
Hindari kontak obat dengan ion logam berat seperti besi, kobalt atau
nikel
Penyimpanan pada suhu rendah
Antioksidan (ascorbic acid, sodium metabisulfit)
Isomerisasi
Isomerisasi geometrik : Adanya isomerisasi cis-trans menjadi penyebab
hilangnya potensi obat bila terdapat dua bentuk isomer geometrik dengen
Rasemisasi
Perubahan bentuk aktif yang berdampak pada efek terapetik
Contoh : Adrenaline rasemisasi perubahan bentuk terapetik aktif ,
bentuk levo isomer yang kurang aktif
fisik produk (warna, presipitasi). Dekomposisi ini tidak hanya terjadi pada saat
penyimpanan namun juga saat penggunaan. Beberapa gugus fungsi yang
cenderung reaktif terhadap cahaya : karbonil, aryl halida, alkena, polyene dan
sulfida.
Degradasi ketoprofen (Gambar 8) akibat cahaya melibatkan reaksi
dekarboksilasi (1) membentuk senyawa antara yang selanjutnya mengalami
reduksi (2) atau dimerisasi (3) ketoprofen.
Gambar 12. Grafik hubungan antara 1/T (sb.X) VS log k (sb.Y) menghasilkan
persamaan garis linier dengan kemiringan (slope) sebesar Ea/2.303.R dan
intersep sebesar log A.
Seringkali untuk menunjukkan shelf life (t90) atau waktu yang diperlukan untuk
terdegradasinya 10% obat, digunakan persamaan Arrhenius. Dengan
menurunkan persamaan Arrhenius maka dapat dihitung k2 jika k1 pada T1
diketahui :
Kebanyakan obat memiliki Energi aktivasi yang berkisar antara 10-30 kcal/mol.
Asam dan basa (Umum)
Reaksi hidrolisis tertentu dikatalisis asam dan basa jenis lain, semisal garam
yang digunakan sebagai buffer di larutan obat. Sebagai contoh, kecepatan
hidrolisis kloramfenikol tidak tergantung pada pH rentang 2-7 tetapi dikatalisis
oleh beberapa asam dan basa yang umum, seperti ion monohidrogen fosfat,
ion monohidrogen dan dihidrogen sitrat dan asam asetat tak terionkan; namun
kecepatan degradasi tidak dipengaruhi adanya ion dihidrogen fosfat.
Kekuatan Ion
Penambahan elektrolit inert pada larutan (solven: air) memberikan efek
langsung pada stabilitas walaupun tidak terjadi interaksi kimia antara obat dan
elektrolit. Bila ion membawa muatan yang sama, penambahan garam
meningkatkan kecepatan degradasi. Sebaliknya bila ion ion memiloiki muatan
yang berlawanan, kecepatannya akan menurun. Bila salah satu reaktan tidak
bermuatan, penambahan garam harusnya tidak mempengaruhi stabilitas obat
(contoh: kloramfenikol)
Sifat solven
Pengaruh solven pada kecepatan degradasi obat terutama pada
konstanta dilektrik solven dan muatan elektrik obat. Bila solven air diganti
dengan solven yang konstanta dielektriknya rendah penurunan kecepatan
reaksi. Bila ion obat dan ion yang berinteraksi berlawanan pemilihan solven
nonpolar meningkatkan dekomposisi.
UJI STABILITAS
Tabel 5. Kondisi Penyimpanan dan Kelembaban Relatif pada Uji Stabilitas (Bajaj
et al. 2012)
Tabel 6. Contoh Pemeriksaan dalam Uji Stabilitas Berbagai Jenis Sediaan (Bajaj
et al. 2012)
Analisa data
1. Penentuan konsentrasi sampel
2. Penentuan tingkat/orde reaksi
a. Metode Substitusi
Dengan mensubstitusikan kons sampel ke dalam persamaan tingkat
reaksi. Jika diperoleh harga k yang relatif konstan maka reaksi
berlangsung pada tingkat reaksi tersebut
b. Membuat grafik hubungan antara konsentrasi sampel terhadap waktu
c. Metode Waktu Paruh
3. Penentuan harga k (konstanta kecepatan reaksi) k pada suhu
percobaan
4. Penentuan nilai Ea
5. Penentuan harga k25
6. Penentuan waktu kadaluarsa & paruh
SOAL LATIHAN
1. Data berikut diperoleh hidrolisis homatropin dalam 0,226 mol/L HCl pada suhu
90 C. Persentase homatropin yang tertinggal ada pada tabel berikut
Waktu
1,35
3,0
6,0
8,6
12
17
(jam)
(a-x)/a
93,4
85,2 75,9 63,1 52,5
41,8
a. Buktikan kinetika tersebut mengikuti orde 1 (buat plot nya)!
b. Hitung k, t1/2, dan shelf life!
2. Dari data monografi diketahui pH stabilitas maksimum larutan ampicillin 5,8
dengan konstanta kecepatan 2 x 10-7 s-1 (35C). t90 larutan tersebut adalah 6,1
hari. Dibuat sediaan suspensi ampicillin dengan dosis 125 mg/5ml. Kelarutan
ampicillin 1,1 g/100 ml. Hitung k0 dan t90 sediaan ini!!!
3. Konstanta kecepatan reaksi untuk dekomposisi 5-fluorourasil pada pH 9,0
adalah sbb:
Suhu (C)
K (detik) x 10-6
80
0,96
70
0,32
60
0,118
a. Tentukan Ea pada pH tersebut
b. Ekstrapolasikan pada suhu kamar (25 C) dan tentukan k serta t90 pada
suhu tersebut (order 1)?
4. Degradasi dari obat kanker baru mengikuti kinetika order satu, dan konstanta
laju degradasinya 0,0001 per jam pada 60C dan 0,0009 per jam pada 80C.
Berapa nilai Ea?
5.Tentukan order reaksi dan hitung nilai k!
T (min)
0
30
60
C
59,7
24,3
9,87
(mmol/L)
6.Tentukan order reaksi dan hitung nilai k!
90
4,01
120
1,63
150
0,67
T (min)
C (g/mL)
0
20
30
16,4
60
12,8
90
9,2
120
5,6
150
2
DAFTAR PUSTAKA
Aulton, M. E., 1988, Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design,
Churchill Livingstone,
Bajaj, S, Singla, D, Sakhuja, N, 2012, 'Stability Testing of Pharmaceutical
Products',Journal of Applied Pharmaceutical Science 02(03):129-138
Stepensky, D, Chorny, M, Dabour, Z, Schumacher, I,'Long-Term Stability Study of
L-Adrenaline Injections: Kinetics of Sulfonation and Racemization Pathways of
Drug Degradation', Journal of Pharmaceutical Sciences, 2004: 93(4)
Guillory, JK, Poust, RI, ' Chemical Kinetics and Drug Stability', In: Banker, GS and
Rhodes, CT (eds),2002, Modern Pharmaceutics 4th ed, revised and expanded,
Marcel Dekker, Inc, New York
Attwood, David, Alexander T Florence, 2008, FASTtrack Physical Pharmacy,
London : Pharmaceutical Press.
Sinko, P.J., dan Sing, Y., Martins Physical Pharmacy and Pharmaceutical
Science, 6th Edition, 2011, Lippincott Williams & Wilkins
Lund, Walter, 1994, The Pharmaceutical Codex, London : The Pharmaceutical
Press
Attwood, D., dan Florence, A.T., 2006, Physicochemical Principle of Pharmacy,
Pharmaceutical Press
Cara Pembuatan Obat yang Baik, 2006