Anda di halaman 1dari 15

SUNAN IBN MJAH

Oleh: Muntadhar / 212032556

A. Pendahuluan
Sebelum kita menilik lebih lanjut seputar Al-Quran dan hadis, ada baiknya
kalau kita mengetahui lebih dahulu biografi para muhaddits, karena berkat
kegigihan merekalah kita sekarang dapat mengetahui hukum dan mempelajari AsSunnah dengan metodologi yang baik. Dunia Islam boleh tersenyum kembali pada
beberapa abad yang lalu, pasalnya pada dekade ini telah lahir enam para
muhaddits besar yang telah memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi
peradaban Islam. Diantaranya adalah imam Ibn Mjah, ulama yang terkenal jujur
ini ternyata sangat berperan aktif dalam dakwah Islam.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau termasuk dari ulama besar
Islam karena kredibilitas dan loyalitasnya pada ilmu pengetahuan Islam yang
sangat tinggi. Sehingga beliau termasuk dari pengarang al-Kutub as-Sittah yang
sangat monumental sampai selarang. Hadis merupakan sumber ajaran Islam kedua
setelah al-Quran. Keberadaannya dalam ajaran Islam adalah sebagai penjelas
terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam al-Quran. Peranan hadis menjadi
semakin penting manakala di dalam al-Quran tidak ditemukan ketetapan hukum,
semisal tata cara melaksanakan shalat lima waktu.
Ibn Mjah, sebagai salah satu ulama yang menekuni bidang Hadis,
merupakan ulama yang hidup pada zaman pemerintahan Dinasti Abbasiyyah
tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah al-Makmun (198H/813M) sampai
akhir

pemerintahan

al-Muqtadir

(295H/908M).

Kontribusinya

terhadap

perkembangan ilmu Hadis, dibuktikan dengan maqnum opusnya Kitab Sunan Ibn
Mjah. Dalam perkembangannya, kitab Sunannya ini mendapatkan respon yang
beraneka ragam dari kalangan ulama Islam. Tentunya yang dimaksud di sini
adalah eksistensi kitab Sunan Ibn Mjah dalam al-Kutub as-Sittah.
Beraneka ragam pandangan para ulama terhadap keberadaan kitab Sunan
Ibn Mjah dalam al-Kutub as-Sittah, pada dasarnya dilandasi oleh pemikiran
apakah kitab Sunan tersebut layak untuk menjadi kitab keenam setelah lima kitab
pokok Hadis atau Kutubu al-Hamsah. Pandangan-pandangan tersebut pada

dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang


menentang dan kelompok yang mendukung atau sepakat.
Berangkat

dari

hal

itu,

pada

dasarnya

makalah

ini

mencoba

mendiskripsikan bagaimanakah sebenarnya kitab Sunan Ibn Mjah tersebut, yang


meliputi kajian tentang proses pembentukan kitab Sunan Ibn Mjjah, sistematika
penulisan kitab dan yang terakhir adalah komentar, kritik atau pandangan para
ulama terhadap kitab Sunan Ibn Majjah baik yang menyangkut tentang kualitas
Hadisnya maupun eksistensinya dalam Kutubu al-Sittah yang di akui atau tidak
telah melahirkan polemik dikalangan para ulama.
B. Biography Ibn Mjah
Nama lengkapnya adalah Ab Abdillh Mu ammad ibn Yazd Ibn Mjah
al-Rab al-Qazwn. Beliau dilahirkan di Qazwen salah satu kota di Iraq bagian
persia yang sangat terkenal banyak menghasilkan para ulama besar, pada tahun
209 H.1
Tidak dicantumkan pada usia berapa beliau mulai mempelajari hadis. Guru
beliau yang pertama adalah Al ibn Mu ammad at-Tanafsi (w 233 H), dengan
begitu dapat disimpulkan bahw beliau mulai belajar hadis sebelum tahun 233 H.
diperkirakan beliau mulai belajar hadis berkisar pada umur 15 hingga 20 tahun
seperti kebiasaan pada saat itu.2
Sejak usia 15 tahun, Ibn Mjah merantau ke berbagai negara untuk
mencari dan menuntut ilmu sebagaimana lazimnya pemburu ilmu dalam tradisi
Islam, Ibn Mjah selain terkenal sebagai ulama hadis, juga ahli dalam bidang
tafsir al-Quran dan Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini terlihat dari tiga buah
karyanya yang masyhur; Sunan Ibn Mjah, Tafsir al-Quran al-Karim, Sejarah
Perawi Hadis. Dalam buku terakhir ini, Ibn Mjah mengambil para periwayat
hadis sejak masa Nabi hingga masanya.
Semenjak itu, Ibn Mjah dengan ketekunannya menuntut ilmu di berbagai
negara, seperti Ray (Taheran), Basrah, Kufah, Bagdad, Khurasan, Suriah dan
Mesir, maka tidak heran jika Ibn Mjah mengumpulkan beribu-ribu hadis dari
guru-guru terkemuka di antaranya dari Abu Bakr ibn Abiy Syaibah, Muhammad
1

Ibn Mjah, Sunan, terj. Shohnhaji (Semarang: as-Syifa 1992) h. 40.


Mu ammad Mu af Azami, Metodologi Kritik Hadis, terj. A. Yamin (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 1992) h. 158.
2

ibn Abdullah ibn Numair, Hasyim ibn Ammar, Ahmad ibn Anar, dan lain
sebagainya.
Di samping itu banyak pula orang yang meriwayatkan hadis darinya, di
antara mereka adalah Ibn Sibawaih, Muhammad ibn Isa al-Saffar, Ishaq ibn
Muhammad dan sebagainya.
Orang yang pertama memasukkan Sunan Ibn Mjah ke dalam deretan
Kutub al-Sittah adalah al-Hafizh Muhammad ibn Thahir al-Maqdisiy (w. 507)
dalam karyanya Arif al-Kutub al-Sittah. Dalam sunan tersebut berisi 4241 Hadis.
Sementara itu sistematika penulisan dalam kitab tersebut mengikuti sistematika
penulisan kitab fikih, dengan demikian penelitian.
Ibn Mjah melakukan rihlah untuk menuntut ilmu ke Mekkah pada tahun
230 H. selain ke Mekkah, beliau juga pergi ke Bashrah, Kufah, Baghdad, Iraq,
Syiria, Mesir, Ray dan kota lainnya untuk mengumpulkan hadis.
Ibn Mjah banyak bertemu dengan ulama-ulama hadis besar lainnya di
negeri-negeri tersebut. Beliau banyak mendengarkan hadis dari imam-imam hadis
pada masanya, diantaranya adalah sahabat-sahabat Imam Malik, sahabat-sahabat
Imam al-Lai , Ab Bakar ibn Ab Syabah, Mu ammad ibn Abdillah bin Numair,
asan ibn Amar, Mu ammad ibn Ra mi, A mad Ibn Azhr, Basyar bin Adam,
Yaz d bin Abdullah al-Yamn , Ibrhim Ibn al-Mundzir al-Kharmi. Abdullah bin
Muwiyah, Hisym bin Imr, Dwud bin Rsyid, Alqomah bin Umar ad-Dr m
dan tokoh-tokoh lainnya yang setingkat.3
Sedangkan hadis-hadis beliau diriwayatkan oleh tokoh-tokoh antara lain
Mu ammad Ibn s serta Is q bin Mu ammad, Abi Yal al-Khal l , Jafr bin
Idr s dan lain-lain. Beliau wafat pada tanggal 22 Ramadhan 273 H.4
C. Nama Lengkap Kitab Hadis Ibn Mjah.
Karya besar Ibn Mjah adalah karya dalam bentuk sunan yang dikenal
dengan nama Sunan Ibni Mjah. Memang bentuk sunan adalah salah satu bentuk
penulisan kitab yang sangat terkenal saat itu, selain sunan, para muhadditsin
mengenal bentuk lain seperti ah h dan musnad.5
3

Mu ammad bin Mu ammad Ab Syubah, Fi Rihb as-Sunnah as-Sittah (Kairo: alBuh al-Islmiyah, 1969), h. 137.
4
Ibid.
5
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: Mutiara Sumber Widiya, 1998) h. 136.

Ibn Mjah kemudian memilih bentuk Sunan daripada bentuk ahh. Ibn
Mjah bukanlah orang yang pertama yang menuliskan hadis dengans sistimatika
seperti ini, tokoh pertama yang menghimpun hadis dengan metode seperti ini
adalah Ab Dwud al-Sijistn dalam karyanya Sunan Ab Dud.
Memang ada kecenderungan dalam pemilihan bentuk penulisan kitab-kitab
hadist ini, ada pola, dimana setelah munculnya ah h al-Bukhr dan ah h
Muslim, para ulama hadis kemudian lebih banyak mencurahkan dan lebih
meminati bentuk penulisan sunan.
Kitab hadis dengan pola ah h yang sungguh terkenal hanya ada dua yakni
karya Imam Bukhr dan Imam Muslim, setelah mereka lebih banyak muncul
tokoh-tokoh yang menghimpun hadis berdasarkan sunan.
D. Jumlah Hadis dalam Sunan Ibn Mjah
Ibn Mjah menuliskan 4341 hadis yang terbagi kepada 37 kitab dan
1502 bab. Semua hadis-hadis itu terdiri dari 428 hadis ahh, 119 hadis asan,
613 hadis dhaif, 99 hadis yang sangat lemah.6
Mungkin karena Sunan Ibni Mjah tidak memberikan keterangan
tentang kualitas hadis-hadis yang termuat di dalamnya, juga mencakup hadis yang
sangat dhaif dan bahkan hadis yang munkar, karena itulah sebagian ulama lebih
mengutamakan Sunan ad-Darimi dari pada karya Ibn Mjah ini.
Dari 4341 hadis yang terdapat di dalam Sunan Ibni Mjah, 3002 hadis
telah diriwayatkan di dalam kitab al-U l al-Khamsah, berarti hanya 1339 hadis
saja yang diriwayatkan oleh beliau, artinya hanya ada 1339 zawid yang terdapat
di dalam Sunan Ibni Mjah.7
Sunan Ibnu Mjah berisi hadis ahh, hasan dan dhaif bahkan hadis
munkar dan maudlu, meskipun jumlahnya kecil. Dibandingkan dengan kitab
sunan yang lain, nilai Sunan Ibnu Mjah jauh dibawahnya. Al-Mizzi berkata:
Semua hadis yang hanya diriwayatkan oleh Ibnu Mjah sendirian adalah dhaif.
Sebagian ulama sudah sepakat bahwa kitab hadis yang pokok ada lima,
yaitu ah h al-Bukhr , ah h Muslim, Sunan Ab Dud, Sunan an-Nasai, Sunan
al-Tirmidh. Mereka tidak memasukkan Sunan Ibnu Mjah mengingat derajat
6

Mu af Azami, Metodologi, h. 159.


Mu af Azami, Metodologi. h. 105.

kitab ini lebih rendah dari lima kitab tersebut. Akan semua ulama menetapkan
enam kitab hadis pokok, dengan menambah Sunan Ibnu Mjah sehingga terkenal
dengan sebutan Kutubus Sittah (enam kitab hadis).
Ulama pertama yang menjadikan kitab Sunan Ibnu Mjah sebagai kitab
keenam adalah al-Hafizh Abdul Fadli Muhammad bin Tahir al-Maqdisi (wafat
tahun 507 H) dalam kitabnya Atraful Kutubus Sittah dan dalam risalahnya
Syurutul Aimmatis Sittah. Pendapat ini kemudian diikuti oleh al-Hafizh Abdul
Ghani bin al-Wahid al-Maqdisi (wafat tahun 600 H) dalam kitabnya al-Ikmal fi
Asma ar-Rijal. Pendapat mereka inilah yang diikuti oleh sebagian besar ulama.
Al-Hafizh Syihabuddin al-Busairi (wafat tahun 840 H) dalam kitabnya
Misbah az-Zujajah fi Zawid Ibnu Mjah membahas hadis-hadis tambahan
(zawid) di dalam Sunan Ibnu Mjah yang tidak terdapat dalam Kutubul
Khamsah, serta menunjukkan derajat hadis itu: ahh, asan, dhaif atau maudlu.
Usaha Busairi ini menguatkan bantahan terhadap pendapat al-Mizzi sekaligus
menguatkan pendapat Ibnu Hajar.
Terlepas dari pro-kontra, yang jelas derajat Sunan Ibnu Mjah lebih
rendah dari Kutubul Khamsah dan merupakan kitab sunan yang paling banyak
mengandung hadis dhaif oleh karena itu, sebaiknya tidak menjadikan hadis yang
hanya diriwayatkan oleh Ibnu Mjah sebagai dalil kecuali setelah mengkajinya
terlebih dahulu. Bila ternyata hadis tersebut ahh atau hasan, maka boleh
dijadikan pegangan; jika dhaif, hadis tersebut tidak boleh dipakai.
Secara global kilas balik isi derajat hadis dalam Sunan Ibnu Mjah
adalah sebagai berikut :
a. 428 Para rijal yang dipercayai dan sanadnya ahh
b. 199 Sanadnya assan
c. 613 Sanadnya Dhaif
d. 99 Sanadnya Munkar dan Dusta.

E. Penilaian Para Ulama.


Ibn Mjah tidak memberikan komentar dan kriteria tentang hadis yang ia
tuliskan dalam kitabnya. Beliau juga tidak menyebutkan tujuan penulisan dan
alasan penyusunan kitab itu. Oleh karena itu para ulama banyak mengadakan

kajian dan diskusi untuk memperhatikan kitab ini. Diskusi dan kajian yang
diadakan ternyata memberikan efek terhadap sikap para ulama dalam menolak
ataupun menerima untuk mengkategorikan Sunan Ibn Mjah dalam kitab asSittah.8
Para ulama yang berperan banyak dalam kajian terhadap karya Ibn Mjah
ini adalah seperti Ab l Fadhli Mu ammad ibn hir al-Maqd s (w 507 H), adalah
orang yang pertama kali mengkategorikan Sunan Ibn Mjah dalam Kutub asSittah. Pengkategorian ini didapatkan dalam buku beliau al-A rf al-Kutub asSittah dan dalam risalahnya. Ulama selanjutnya yang juga berperan adalah Abd
al-Gani ibn al-Wa d al-Quds (w 600 H), beliau memberikan komentar tentang
Sunan Ibn Mjah ini dalam bukunya al-Ikmal fi Asmair Rijal.
Alasan mengkategorikan Sunan Ibn Mjah ini kedalam al-Kutub as-Sittah
mengandung hadis tambahan (zawid) atas al-Kutub al-Khamsah.9
Ada beberapa perbedaan pendapat yang terjadi dalam mengkategorikan
Sunan Ibn Mjah ke dalam al-Kutub as-Sittah. Sebagaian ulama memang
mengkategorikannya sebagai al-Kutub as-Sittah, sedangkan ulama lainnya tidak
maumengkategorikannya. Biasanya Sunan Ibn Mjah ini, kalau dikategorikan
dalam al-Kutub as-Sittah, akan menempati urutan keenam.
Dalam perbedaan pendapat tentang hal itu, ternyata beberapa golongan
ulama lebih cenderung untuk menempatkan Muwa a karya Imam Malik sebagai
peringkat ke-enam. Pendapat ini diajukan oleh Abl asan bin Ruzaini al-Adburi
as-Sarkuti (w 535 H), beliau mengutarakan mendapatnya ini dalam bukunya atTajrid Fil Jami Baina as- ahh.
Sebagian ulama lain seperti Imam an-Nawawi (w 675 H), Ibn Hajar alAsqolani (w 852 H) menyebut Sunan ad-Darimilah yang menempati urutan keenam dalam al-Kutub as-Sittah.10
Perbedaan pendapat tentang kelayakan Sunan Ibn Mjah menempati
peringkat ke-enam dalam al-Kutub as-Sittah muncul dari fakta ternyata mesikipun
karya Ibn Mjah ini memuat hadis-hadis ahh, dan asan, ternyata juga memuat
hadis dhaif dan bahkan hadis munkar meskipun jumlahhnya sedikit.
8

Mu af Azami, Metodologi. h. 159.


Ab Syubah, Fi Rihb .... h. 139.
10
M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1991) h. 10.
9

Menurut beberapa pendapat dikatakan bahwa Ibn Mjah meriwayatkan


hadis-hadis dari periwayat yang dituduh berdusta dan meriwayatkan hadis
mau .11 Kritikan seperti ini datang dari Ab- al-Farizi ibn al-Jauzy. Beliau
mengatakan bahwa dalam Sunan Ibn Mjah terdapat 30 hadis mau .
Tapi di sisi lain, as-Suy membantah pendapat ini dengan mengatakan
bahwa banyak pendapat aj-Jauz yang lemah dan tidak dapat diterima, sebab
sebahagiannya sudah disepakati oleh ulama kritik hadis tentang kedhaifannya.
Hal ini kemudian dikomentari oleh Ab Zurah, seorang ulama terkenal
pada masa itu, komentara beliau ini adalah bahwa hadis dhaif yang termuat
dalam Sunan Ibn Mjah tidak mencapai jumlah tiga puluh.
Ulama lain yang berkomentar tentang Sunan Ibn Mjah ini adalah Ibu
Ka ir, menurutnya kitab Sunan Ibn Mjah adalah buku yang sungguh banyak
faedahnya, baik dari segi susunan bab-babnya menurut fikih ataupun karena
masalah lainnya.
Perbedaan pendapat lainnya muncul dari pertanyaan apakah hadis mau u
yang terdapat dalam Sunan Ibn Mjah bisa merendahkan kitab itu kalau dikaitkan
kepada jumlah hadis yang mencapai 4000 hadis. Dalam perbincangan ini, tentu
saja ada yang mengatakan bahwa fakta bahwa Sunan Ibn Mjah memuat hadis
mau telah merendahkan derajat buku ini, meskipun tentu saja tidak bisa
dipungkiri bahwa buku ini sungguh berperan dalam ilmu hadis, dan ada juga yang
mengatakan bahwa hal itu tidallah merendahkan derajatnya.
Sedangkan menyoal tentang kepribadian Ibn Mjah, menurut az-Zauhar
bahwa Ibn Mjah adalah seorang yang fi h yang dipercaya sangat luas
keilmuannya, termasuk ahli hadis pada masanya dan salah satu penulis dan
penghimpun hadis dengan berdasarkan bab-bab fikih yang terkenal.
Sedangkan menurut Ab Yal al-Khal l , Ibn Mjah adalah seorang yang
disepakati kekuatan riwayatannya.12
Bila kita membandingkan antara Sunan Ibn Mjah dengan Sunan Abi
Dud, maka kita akan menemukan fakta sebagai berikut:
1. Dari segi awal waktu, Sunan Abi Dwud memang muncul lebih dahulu, jadi
wajar Ab Dwud al-Sijistn lah yang pertama menusliskan kitab hadis
11
12

Ibn Mjah, Sunan, h. 36.


Ab Syubah, Fi Rihb ..., h. 137.

dengan sistem sunan, sedangkan Ibn Mjah hanya megikuti langkah-langkah


dalam penulisan sunan.
2. Ab Dwud al-Sijistn menuliskan keterangan tentang kualitas hadis yang ia
cantumkan sedangkan Ibn Mjah tidak.
3. Ab Dwud al-Sijistn hanya mencantumkan hadis ahh dan asan juga
beberapa hadis dhaif yang tanpa keterangan, sedangkan Ibn Mjah selain
hadis ahh, asan, dhaif juga memasukkan hadis munkar yang semuanya
tanpa diberi penjelasan.
4. Beberapa hadis-hadis yang termuat dalam Sunan Abi Dwud tidak ditemukan
dalam ah h al-Bukhr , maupun ah h Muslim, sedangkan kebanyakan dari
hadis-hadis yang dimuat dalam Sunan Ibn Mjah sudah diriwayatkan dalam
ahhain.
Meskipun demikian tidak bisa dipungkiri peran besar yang dimainkan oleh
Ibn Mjah dan Sunannya dalam perkembangan ilmu hadis. Pada faktanya,
sekarang, Ibn Mjah sudah menajdi seorang tokoh yang sungguh masyhur dan
dikaji di berbagi studi-studi hadis. Sunan Ibn Mjah juga telah menjadi salah satu
kitab hadis yang percaya dan menjadi salah satu sumber penting dalam studi-studi
hadis.
F. Konstribusi Ibn Mjah dalam Dunia Hadis
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Ibnu Majjah, sebagai
salah satu ulama yang menekuni bidang Hadis, merupakan ulama yang hidup
pada zaman pemerintahan Dinasti Abbasiyyah tepatnya pada masa pemerintahan
Khalifah al-Makmun (198H/813M) sampai akhir pemerintahan al-Muqtadir
(295H/908M). Kontribusinya terhadap perkembangan ilmu Hadis, dibuktikan
dengan karya beliau yang popular yaitu Kitab Sunan Ibn Mjah. Keberadaan
Sunan Ibn Majah sebagai kitab rujukan hadis yang sudah diakui memberikan
kostribusi yang amat besar bagi kita khususnya bagi ilmuan hadis yang ingin lebih
mendalami lagi hadis-hadis Nabi.
Walaupun demikian kehadiran Sunan Ibn Mjah banyak mendapat
kritikan dari para ulama salah satunya lebih banyak dhaif daripada a ih. Namun
setelah kita pelajari lebih details dari pandangan-pandangan ulama terdapat

kelebihan khusus yang dimiliki Sunan Ibn Mjah ini dan menjadi konstribusi
khusus dalam dunia hadis.
Kelebihan yang dimaksud adalah:

Keunggulan kitab ini adalah terletak pada cara pengemasannya.

Memuat hadis-hadis yang tidak ditemukan dalam kutub al-khamsah.

Jumlah pasal-pasal dalam kitab sunan Ibn Majah banyak dan ditata dengan
baik dengan sedikit sekali adanya pengulangan.

Kitab Sunan seluruhnya a ih dan sebagiannya malul dan yang dinamakan


al-Mujtab, semua hadisnya shahih.

Kitab yang paling sedikit hadis-hadis daifnya.

Derajatnya lebih tinggi dari Sunan Abi Dud, Sunan al-Tirmidh, bahkan ada
yang mengatakan rijalul hadits yang dipakai lebih tinggi nilainya daripada
yang dipakai Imam Muslim.
Dari kelebihan ini tentunya dapat pemakalah analisa bahwa para pemikir

hadis setelahnya dan umat Islam pada khususnya dapat mengambil referensi
didalam mengkaji ilmu-ilmu hadis terutama dari Sunan Ibn Mjah. Selain itu
dengan hadirnya sunan ini Ulama cukup merespon keberadaan kitab Ibnu Mjah,
hal ini terbukti dengan adaanya mentahqiqan yang dilakukan oleh sebagian ulama,
diantara yang mentahqiq kitab Sunan Ibnu Mjah adalah Fuad Abdul Baqi
sebagaimana telah disinggung di atas.
Bukti perhatian khusus pada kitab sunan Ibnu Majah adalah dengan
adanya bermunculan kitab syarah sunan Ibnu Majah. Di antara kitab syarah dari
sunan Ibnu Majah adalah, az-Zujajah Syarh Sunan Ibn Majah karya Jajaluddin asSuyuti, Syarh Sunan Ibnu Majah susunan Abd al-Hadi as-Sindi dan al-Ibnu
Mjahlam bi Sunaihi Alaihi as-Salam karya Mughlati, akan tetapi kitab syarah
yang terakhir ini belum pernah terbit dan dipublikasikan.13
Substansinya bahwa Kitab ini memiliki keistimewaan yang patut
diberikan applause, berkat kegigihan imam Ibnu Majah dalam menciptakan karya
yang terbaik dan bermanfaat bagi Muslim sedunia, dapat kita lihat bahwa buku ini
memiliki susunan yang baik dan tidak ada pengulangan hadits yang serupa kecuali
13

Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 1992), 111.

memang dianggap penting oleh sang Imam. Shiddq Hasan Khn dalam kitab AlHittah berkata, Tidak ada Kutubu As-Sittah yang menyerupai seperti ini,
karena ia menjaga sekali adanya pengulangan hadits-hadits, walaupun ada itupun
hanya sebahagian kecil saja. Seperti imam Muslim R.A. halnya yang mendekati
buku ini. Dimana beliau tidak mengadakan pengulangan hadits dalam beberapa
sub judul kitab, tapi beliau mengulang hadits tersebut dalam hanya dalam satu
judul.
Buku Sunan Ibnu Mjah terdiri dari 32 (tiga puluh dua) kitab menurut
Al-Zahab, dan 1500 (seribu lima ratus) bab menurut Abu Al-Hasan Al-Qatthan,
dan terdiri dari 4000 (empat ribu) hadits menurut Az-Zahab. Tapi kalau kita teliti
ulang lagi dengan melihat buku yang di-tahqq oleh Muhammad Fuad Abdul Bq
rahimahullah, bahwa buku ini berjumlah 37 (tiga puluh tujuh) kitab selain dari
muqaddimah, berarti kalau ditambah dengan muqaddimah maka jumlahnya 38
(tiga puluh delapan) kitab. Sedangkan jumlah babnya terdiri dari 1515 (seribu
lima ratus lima belas) bab dan 4341 (empat ribu tiga ratus empat puluh satu)
hadits. Hal ini disebabkan adanya perbedaan nasakh.
G. Sekilah Kitab Zawid Ibn Mjah
Kitab-kitab Zwaid yaitu kitab yang berisi hadis-hadis yang tidak terdapat
dalam kitab-kitab sebelumnya. Kitab Zwaid Sunan Ibnu Majah, Kitab Ith- aful
Mahrah bi Zwaidil Masnidil Asyrah, Kitab Zwaid As- unanil Kubra (hadishadis yang tak terdapat dalam kitab enam). Ketiga kitab ini disusun oleh Al
Bushiry (840 H).
Dinamai kitab Zwaid karena periode ini ulama mengumpulkan hadishadis yang tak terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya ke dalam sebuah kitab
tertentu. Diantara kitab yang terkenal, ialah Kitab Zwaid sunan Ibnu Majah
(yakni hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang tiada terdapat dalam
kitab-kitab yang lain).14
Dalam perkembangannya, kitab zwaid Ibnu Mjah banyak dikarang oleh
ulama-ulama terdahulu sebagai dukungan terhadap sunan Ibnu Mjah. Salah satu
kitab adalah al-Misbah al Zujajah fi Zwaid Ibn Mjah oleh Muhammad Fuad

14

Ibid.,..h. 106.

10

Abd al-Baqi. Isi dalam kitab tersebut salah satunya hadis-hadis dalam zawaij
bernilai sahih, hasan, daif dan maudu. Kenyataan tersebut menafikan tuduhan alMizzi yang mengatakan bahwa semua hadis yang diriwayatkan dari Ibn Mjah
adalah daif.
Intinya, lahir zwaid Ibnu Mjah tidak terlepas dari kritikan-kritikan
terhadap status Sunan Ibnu Mjah. Kritik evaluasi tampak apriori dan amat
subyektif, lebih-lebih bila dihubungkan dengan pernyataan Abu Zurah al-Razi di
atas. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani membenarkan ulasan tersebut. Abu hatim
dalam al-Illal terkesan pada pembatasan munkar dan gugur sanad yang
dikemukakan oleh al-Razi saat Ibnu Hajar berkonsultasi dengan beliau. Dengan
demikian tuduhan dhaif terhadap hadis versi zwaid dalam koleksi Ibnu Mjah
hanya dikaitkan pada predikat perawi pendukung sanad hadis bukan pada
keseluruhan bangunan hadis.
Syihabuddin al-Bushiri al-Mashri (w 840 H) dalam kitab Misbah alZujajah fi zwaidi Ibni Mjah mengakui bahwa di balik afarrud sering kali
diketahui bahwa rijal hadisnya terdiri atas orang yang pernah dituduh dusta
bahkan pernah diklaim pernah membuat pemalsuan hadis, namun harus diakui
bahkan hadis-hadis zwaid tersebut sulit diperoleh sumber informasi lain melalui
mata rantai sanad yang lain.
Seperti hadis yang berujung sanad pada Hbib bin Hbib (notulis Imam
Malik) Ala bin Yazid, Dud bin al-Munjam, Abdul Wahab al-Dhahak, Ismail bin
Ziyad al-Sukuti dan sebangsa mereka.15 Penilaian moderat tersebut mengajak agar
orang bertenggang rasa bila kondisi tafarrud pada koleksi hadis zwaid di dalam
Sunan Ibnu Mjah yang hanya terbentur sifat pribadi seorang perawi dalam
rangkaian sanad, di kompensasikan pada aspek matannya yang disamping amat
diperlukan oleh kalangan fuqha juga sekaligus menyelamatkan sejumlah besar
perbendaharaan hadis.
Itulah sebabnya setelah melalui proses panjang ulama mutkhirin
berketetapan menempatkan Sunan Ibnu Mjah melengkapi jajaran kutub al-Sittah
sekalipun di nomor terakhir. Hal itu tidak lepas dari keberadaan 1339 hadis
zwaid yang kemudian menjadi bahan bermanfaat bagi pengembangan hazanah
ilmu fiqh.16

15

Ibid., hal. 326-327


Endang Soetari, Ilmu Hadis, (Bandung:Amal Bakti Press, 1994), h. 78.

16

11

Demi melindungi validitas sumber ajaran Islam tentunya layak bila dalam
menyikapi keberadaan hadis koleksi Sunan Ibnu Mjah terutama bagian zwaid
agar mengacu pada pedoman:
Pertama: Hadis-hadis yang terdapat padanannya (keserasian isi matan) dalam
kutub al-Khamsah seyogyanyalah langsung dijadikan landas hujjah;
Kedua : Hadis-hadis yang tergolong zwaid dan bila terbukti terjadi sifat tafarrud
perlu pemeriksaan rijal pendukung hadis yang bersangkutan. Sekira
nama rijalul-hadis tersebut lazim menjadi pendukung hadis bermutu
shahih, maka hadis tersebut layak dipertimbangkan untuk dipakai.
Adapun kitab-kitab yang berhubungan dengan kitab zwaid Ibn Mjah
sebagaimana hasil penelusuran pemakalah adalah:
1. Mishbah al-Zujajah fi Zwaid Ibnu Mjah karangan Syihabuddin Abu al'Abbas al-Bushiri yang diterbitkan di Madinatul Munawwarah, 1424H.
Berisi Membahaskan hadith-hadith tambahan (Zawaid) di dalam Sunan
Ibn Majah yang tidak terdapat dalam Kutub al-Khamsah serta
menunjukkan darjat hadis itu sama ada ahih, asan, dhaif ataupun
mau u.
2. Majma' al-Zwa'id wa Manba' al-Fawa'id (

), ditulis

oleh Ali ibn Abu Bakr al-Haythami. Majma 'al-Zawa'id diatur dengan cara
dari sunan koleksi, dengan judul bab topikal berkaitan dengan
yurisprudensi. Dalamnya terdapat beberapa zawaid dari Baihaqi, Nasai,
Abu Dud.
H. Kitab-kitab Syara Sunan Ibn Mjah
Sama halnya dengan kitab-kitab hadis lainnya, Sunan Ibn Mjah ini juga
telah membangkitkan minat dan perhatian para ulama setelahnya untuk menulis
beberapa karya yang berusaha menjelaskan Sunan Ibn Mjah ini. Akan tetapi
meskipun demikian ternyata karya-karya yang mensyarah Sunan Ibn Mjah ini
tidaklah sebanyak kitab-kitab syarah untuk kitab-kitab hadis lainnya seperti ah h
al-Bukhr , ah h Muslim, Sunan Ab- Dud, dan lain sebagainya.
Beberapa kitab-kitab syarah Sunan Ibn Mjah ini bisa dikatakan sebagai
berikut:

12

1.

Syara karya Imam Jalluddn as-Suy . Karya ini diberi judul Mi b azZuzah Al Sunan Ibni Mjah. Kitab ini merupakan penjelasan singkat dan
ringkas yang menjelaskan permasalahan-permasalah yang penting saja.

2.

Syara karya as-Siadi al-Madan . Nama karya ini adalah Syar u Sunan
Ibni Mjah. Kitab ini tidak terlalu jauh berbeda dengan syarah karya Imam
Jalluddn as-Suy , syarah ringkas, yang menjelaskan masalah-masalah
yang penting saja, penejelasan ini ditempatkan di pinggiran matan Sunan.

3.

Syara karya Ibn bin Mu ammad al- alab (w 841 H).

4.

Syara as- indi.


Selain itu Mu ammad Fal mentahqiq kembali sumber-sumber

periwayatan hadis yang dimasukkan oleh Ibn Mjah dalam Sunannya. Beliau juga
mentakhrij hadis-hadisnya dan mendapatkan jumlah 4341 hadis yang terbagi
kepada 37 kitab dan 1502 bab.
Perincian hadis-hadis itu bisa dikatakan sebgai berikut:
1. Hadis yang dimuat oleh Sunan Ibn Mjah yang juga diriwayatkan dalam
Kutubul Khamsah adalah sebanyak 3002 hadis.
2. Hadis dengan isnd ahh adalah sebanyak 428 hadis dari keseluruhan jumlah
hadis.
3. Hadis dengan isnd asan adalah sebanyak 119 hadis dari jumlah
keseluruhan.
4. Hadis dengan isnd dhaif adalah sebanyak 613 hadis dari jumlah
keseluruhan.
5. Hadis dengan isnd lemah sekali adalah sebanyak 99 hadis dari jumlah
keseluruhan.

I. Kesimpulan
Nama lengkapnya adalah Ab Abdillh Mu ammad ibn Yazd Ibn Mjah
al-Rab al-Qazwn. Beliau dilahirkan di Qazwen salah satu kota di Iraq bagian
persia yang sangat terkenal banyak menghasilkan para ulama besar, pada tahun
209 H.
Karya besar Ibn Mjah adalah karya dalam bentuk sunan yang dikenal
dengan nama Sunan Ibni Mjah. Memang bentuk sunan adalah salah satu bentuk

13

penulisan kitab yang sangat terkenal saat itu, selain sunan, para muhadditsin
mengenal bentuk lain seperti ahh dan musnad.
Ibn Mjah menuliskan 4341 hadis yang terbagi kepada 37 kitab dan 1502
bab. Semua hadis-hadis itu terdiri dari 428 hadis a ih, 119 hadis asan, 613
hadis dhaif, 99 hadis yang sangat lemah

14

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis,


Bintang, 1980.

Jakarta: Bulan

Azami, Mu af Azami, Metotologi Kritik Hadis, terj. A. Yamin, Jakarta: Pustaka


Hidayah, 1992.
M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis, Jakarta: Bulan Bintang, 1991
Mjah, Ibn, Sunan, terj. Shohnhaji, Semarang: as-Syifa 1992.
Syubah, Mu ammad bin Mu ammad, Fi Rihb as-Sunnah as-Sittah, Kairo: alBuh al-Islmiyah, 1969.
Soetari, Endang, Ilmu Hadis, Bandung: Amal Bakti Press, 1994
Yuslem, Nawir, Ulumul Hadis, Jakarta: Mutiara Sumber Widiya, 1998

15

Anda mungkin juga menyukai