Anda di halaman 1dari 2

PRESS RELASE

13/Sk-PR/LBH Pers/V/2014
LEMBAGA BANTUAN HUKUM PERS

Menuntut Polri melaksanakan mekanisme UU Pers terhadap Kriminalisasi


Pimred The Jakarta Post
Kebebasan pers adalah hak asasi manusia yang merupakan wujud kedaulatan rakyat, pers
berhak memperoleh informasi, mencari informasi, mendapatkan, menerima informasi serta
menyampaikan informasi, gagasan dan lainya baik melalui media elektronik maupun media
cetak dan apabila timbul masalah terhadap kasus yang terkait dengan karya jurnalistik UU
No.40 Tahun 1999 tentang Pers telah mengatur mekanisme penyelesaian melalui dewan pers,
salah satu dari beberapa fungsi dewan pers menurut Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Pers
adalah menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik serta memberikan
pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang
berhubungan dengan pemberitaan pers.
Kriminalisasi terhadap pemred The Jakarta Post Meidyatama Suryodiningrat yang menjadi
tersangka atas tuduhan penistaan agama terkait dengan gambar karikatur Negara Islam Irak
dan Suriah (ISIS) yang dimuat dalam The Jakarta Post edisi 3 Juli 2014 dimana kasus tersebut
telah diselesaikan oleh dewan pers dan The Jakarta Post telah menyampaikan permintaan maaf
atas karikatur tersebut melalui media elektronik serta media cetak pertanggal 7 & 8 july 2014.
Bagi kami LBH pers pemuatan permintaan maaf ini menunjukan penyesalan dan sebuah
komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan serupa dan menurut kami kasus ini telah selesai
secara jurnalistik sesuai Memorandum Of Understanding (Mou) antara polisi dan dewan pers
dimana subtansi dari isi MOU itu adalah apabila ada dugaan terjadi tindak pidana yang
berkaitan dengan pemberitaan pers, maka penyelesainnya mendahulukan UU RI Nomor 40
Tahun 1999 Tentang Pers sebelum menerapkan peraturan perundang-undangan lain.
Dalam sengketa/delik terhadap pers dikenal dengan proses penyelesaian melalui mekanisme
hak jawab dan hak koreksi. Harian Jakarta Post telah melalui mekanisme tersebut, dengan
demikian tidak ada lagi alasan dari penegak hukum untuk tetap memproses laporan terkait
dengan penerbitan karikatur dan menetapkan pimpinan redaksi Jakarta post sebagai Tersangka.
Dengan tetap melanjutkan proses hukum dan menetapkan pimpinan redaksi The Jakarta Post
sebagai Tersangka, mengindikasikan ketidakpahaman polisi dengan Fungsi, Peran dan
kewajiban Pers serta bentuk pengangkangan Polda Metro Jaya terhadap Nota Kesepahaman
1

Dewan Pers dengan Kapolri Tentang Koordinasi Dalam Penegakan Hukum dan Perlindungan
Kemerdekaan Pers (9 Februari 2012).

Berdasarkan pemaparan di atas, LBH Pers menyatakan hal hal sebagai berikut :
1. Mendesak Kapolda Metro Jaya untuk mencabut status Tersangka atas nama Pimpinan
Redaksi The Jakarta Post Meidyatama Suryodiningrat
2. Mendesak Kapolda Metro Jaya untuk mengembalikan kasus ini karana hukum pers,
dengan mengedepankan penyelesaian menggunakan mekanisme hukum pers dengan
mematuhi nota kesepahaman Dewan Pers dengan Kapolri
3. Mendesak Kapolda Metro Jaya untuk menghentikan bentuk-bentuk pengekangan
terhadap kebebasan pers yang telah dijamin dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 1999
Tentang Pers
4. Mendesak Kapolri untuk melakukan evaluasi terhadap Kapolda Metro Jaya, yang patut
diduga tidak mengindahkan Nota Kesepahaman Dewan Pers dengan Kapolri

Demikian disampaikan, TerimaKasih.

Hormat kami,
Jakarta, 12 Desember 2014

Lukman Hakim Hamdun S.H.


Divisi Litigasi
Contact Person :082113975858

Anda mungkin juga menyukai