Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK KARDIOVASKULAR
HUKUM POISEUILLE & SISTEM KARDIOVASKULAR

Kelompok B 8
Ketua

Rendy Muttaqien Sinaga

1102012236

Sekretaris

Nurul Hikmah

1102012207

Anggota

Nurindriyani Kusumadewi

1102012206

Nurunnisa isny

1102012208

Nuryadi Hermita

1102012209

Pratistha Satyanegara

1102012211

Renata Setyariantika

1102012235

Reni Permana

1102012237

Tiomi Nur ajie

1102011281

Titis Nur Indah Sari

1102011282

FK Universitas YARSI Jakarta

2012/2013
Jl.Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21.42445
HUKUM POISEUILLE
1. Tujuan Percobaan
a. Memeahami karakteristik aliran fluida
b. Mengukur debit aliran fluida yang melewati pipa dengan diameter serta variable yang
berbeda-beda

2. Alat-alat percobaan
a. Tabung gelas yang panjangnya 80 cm
b. Statif untuk menjepit tabung agar bediri vertical
c. Gelas ukur
d. Stopwatch
e. Aerometer dengan daerah ukur sampai 1,1 g/cm3
f. Pipa karet
g. Spluit (alat suntik)
h. Larutan NaCl

3. Teori dasar
Mengingat sifat umum defek kekentalan, bahwa kecepatan fluida kental yang mengalir
melalui pipa yang tidak sama diseluruh titik penampang lintangnya. Lapisan paling luar fluida
melekat pada dinding pipa dan kecepatannya nol. Dinding pipa menahan gerak lapisan paling
luar tersebut dan lapisan ini menahan pula lapisan berikutnya, begitu seterusnya. Asal kecepatan
tidak terlalu besar, aliran akan laminar, dengan kecepatan paling besar dibagian tengah pipa,
lalu berangsur kecil sampai menjadi nol pada dinding pipa.

Gambar 1.

(a) Gaya terhadap elemen silindris fluida kental,


(b) Distribusi kecepatan, (c) Pandangan dari ujung

Misalnya pada sepotong pipa yang radius dalamnya R dan panjangnya L mengalir fluida
yang viskositasnya secara laminar. Sebuah selinder kecil beradius r berada dalam
kesetimbangan (bergerak dengan kecepatan konstan) disebabkan gaya dorong yang timbul akibat
perbedaan tekanan natara ujung-ujung selinder itu serta gaya kekentalan yang menahan pada
permukaan luar. Gaya dorong ini adalah:
(p1 p2) r2
Menggunakan persamaan umum untuk mencari koefisien viskositas, maka gaya kekentalan
adalah :
(p1 p2) r2= - x 2 x dv/dr
Dimana dv/dr adalah gradient kecepatan pada jarak radial r dari sumbu. Tanda (-)
diberikan karena v berkurang bila r bertambah. Dengan menjabarkan gaya-gaya dan
mengintegrasikannyaakan diperoleh persamaan parabola. Panjang anak-anak panah sebanding
dengan kecepatan diposisi masing-masingnya. Gradien kecepatan untuk r sembarang merupakan
kemiringan garis lengkung ini yang diukur terhadap sebuah sumbu vertical. Kita katakan bahwa
aliran ini mempunyai profil kecepatan parabola.

Gambar 2. Menghitung debit aliran Q melalui rumus Poiseuille dengan:


(a)
(b)
(c)
(d)

panjang pipa sama, tekanan berbeda


panjang pipa berbeda, tekanan sama
panjang pipa sama, viskositas berbeda
panjang pipa sama, diameter berbeda

Untuk menghitung dibit alirang Q, atau volume fluida yang melewati sembarang
penampang pipa persatuan waktu. Volume fluida dV yang mewlewati ujung-ujung unsure ini
waktu dt ialah v dA dt, dimana v adalah kecepatan pada radius r dan dA luas yang diarsir sama
dengan 2 r dr. Dengan mengambil rumus v dari persamaan (2) kemudian mengintegrasikan
seluruh elemen antara r = 0 dan r = R, membagi dengan dt, maka diperoleh debit aliran Q
sebagai berikut :
Q=

)r dr=(p1-p2)( )( ) ( )

Rumus ini pertama kali dirumuskan oleh Poiseuille dan dinamakan hokum Poiseuille.
Kecepatan aliran volume atau debit aliran berbanding terbalik dengan viskositas, berbanding
lurus dengan radius pipa pangkat empat.
Apabila kecepatan fluida yang mengalir dalam sebuagh pipa melampaui harga krisis
tertentu (yang bergantung pada sifat-sifat fluida dan pada radius pipa), maka sifat aliran menjadi
sangat rumit. Didalam lapisan sangat tipis sekali yang besebelahan dengan dinding pipa, disebut
lapisan batas, aliran masih laminar. Kecepatan aliran didalam lapisan batas pada dinding pipa
adalah nol dan semakin bertambah besarsecara uniform didalama lapisan itu, sifat-sifat
lapisanbatas sangat penting sekali dalam menentukan tahanan terhadap aliran, dan dalam
menentukan perpindahan panas kea tau dari fluida yang sedang bergerak itu.

Diluar lapisan batas, gerak fluida sangat tidak teratur. Didalam fluida timbul arus pusar
setempat yang memperbesar tahanan terhadap aliran. Aliran semacam ini disebut aliran tuberlen.
Kombinasi ini dikenal sebagai bilangan Reynold, NR, dan didefinisikan sebagai:
NR =
Dimana adalah rapat massa fluida, v adalah kecepatan aliran rat-rata, adalah
viskositas dan D adalah diameter pipa. Kecepatan rata-rata adalah kecepatan uniform melalui
penampang lintang yang menimbulkan kecepatan pengosongan yang sama. Bilangan Reynold
adalah besaran yang tidak berdimensi dan besar angkanya adalah sama setiap system satuan
tertentu. Tiap percobaan menunjukkan bahwa apabila bilangan Reynold lebih kecil dari kira-kira
2000, aliran akan laminar dan lebih dari kira-kira 3000, aliran akan tuberlen. dalam daerah
transisi antara 2000 dan 3000, aliran tidak stabil dan dapat berubah dati laminer menjadi
tuberlen atau sebaliknya.
4. Prosedur percobaan

A. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan tekanan berbeda
1. Bersihkan tabung terlebih dahulu dengan air kemudian jepitlah tabung secara vertical
pada statif yang tersedia
2. Tutuplah kran pada kedua pipa yang panjang sama dengan ketinggian berbeda
kemudian isilah air sampai dengan batas yang telah ditentukan
3. Taruhlah gelas ukur pada ujung kedua pipa untung menampung air yang keluar
4. Hidupkan pompa air, buka kran pada kedua pipa dan tekan stopwatch selama 15 detik
secara serentak dan bersama-sama..
5. Hitunglah volume air yang ditampung dalam kedua gelas ukur tersebut
6. Ulangi percobaan no. 4 dan 5 sebanyak 5 kali

B. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan viskositas berbeda
1. Bersihkan tabung terlebih dahulu dengan air kemudian jepitlah tabung secara vertical
pada statif yang tersedia

2. Buatlah larutan NaCl (dianggap konsentrasinya 100%). Ukurlah massa jenisnya


dengan aerometer dan isikan pada table data
3. Isilah latutan NaCl 100% kedalam tabung sampai batas yang ditentukan
4. Taruhlah gelas ukur pada ujung pipa untuk menampung air yang keluar
5. Buka kran pada pipa sambil menekan stopwatch selama 25 menit secara serentak dan
bersama-sama
6. Hitunglah volume air yang ditampung dalam gelas ukur tersebut
7. Ulangi percobaan untuk larutan NaCl 100% sebanya 3 kali
8. Ulangi percobaan 2 sampai 7 untuk larutan NaCl 50%

C. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa dan radus / jari-jari yang berbeda. Caranya
sama dengna bagian (A).

5. Tugas Laporan Akhir


a. Bandingkan debit aliran pada pipa I dan pipa II. Apa yang dapat saudara
simpulkan?
Jawab :
-

Pada percobaan panjang pipa sama dan tekanan berbeda


Pipa I = 7,3ml/s
Pipa II = 20,7 ml/s
Semakin tinggi tekanan pipa, debit aliran akan semakin tinggi

Pada percobaan panjang pipa sama viskositas berbeda


Pipa I = 5,5 ml/s
Pipa II = 6 ml/s
Semakin tinggi viskositas, debit aliran akan semakin rendah

Pada percobaan pipa berbeda dan tekanan sama


Pipa I = 20,7 ml/s
Pipa II = 18 ml/s

Semakin panjang pipa, debit aliran semakin rendah


-

Pada percobaan panjang pipa sama dan diameter berbeda


Pipa I = 22,2 ml/s
Pipa II = 13,3 ml/s
Semakin besar diameter pipa, debit aliran akan semakin tinggi

b. Buatlah grafik hubungan antara debit aliran terhadap waktu


Jawab :

6. Kesimpulan
Hukum Poiseuille dipengaruhi oleh berbagai factor, yaitu
-

Semakin tinggi viskositas, debit aliran akan semakin rendah


Semakin besar diameter pipa, debit aliran akan semakin besar
Semakin tinggi tekanan, debit aliran akan semakin tinggi
Semakin panjang pipa, debit aliran akan semakin rendah

Anda mungkin juga menyukai