Anda di halaman 1dari 9

Not for publish

Jakarta, 8 Desember 2014


Kepada Yth. :
Bpk. Siswoyo Hardjono
Perihal : Legal Memo Tentang Hukum Telekomunikasi

Berdasarkan pertanyaan yang telah disampaikan, maka dengan ini


perkenankan

kami

M.

RASYID

RIDHO,

S.H,

MH.,

PARLINDUNGAN

MARPAUNG, SH., TUBAGUS SYAQIEF H. SH., RA. DESI ASTUTI SH.,


NANANG NOVIANSYAH, SH dan WILLY PANGARIBUAN, SH. para Advokat
dan konsultan hukum yang berkantor di Kantor Hukum Y&K Partners yang
beralamat di Grand Slipi Tower, 41 Floor Unit J, Jl. Letjen. S. Parman Kav. 22-24
Jakarta Barat 11480, menyusun Legal Memo mengenai kajian permasalahan
tersebut dari sudut pandang Hukum Telekomunikasi di Indonesia.

I.

PERMASALAHAN HUKUM
Berdasarkan uraian yang kami terima, maka ada beberapa permasalahan
yang dirangkum dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah suatu izin penggunaan spektrum frekuensi radio boleh dialihkan
dari

satu

operator

ke

operator

lain,

kalau

boleh

bagaimana

mekanismenya? Apakah harus dikembalikan dulu ke Pemerintah lalu


diberikan lagi ke operator lain itu?
2. Apakah izin penyelenggaraan jasa telekomunikasi selalu bersatu atau
melekat pada izin penggunaan frekuensi radio?
3. Bolehkah

penyelenggara

jasa

telekomunikasi

tidak

memiliki

izin

penggunaan spektrum frekuensi radio dan/atau tanpa memiliki jaringan


telekomunikasi sendiri?

II.

DASAR HUKUM & LITERATUR


Dalam menyusun Legal Memo ini, kami akan berpedoman kepada dasar hukum
dan literatur sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Undang-Undang No. 36/1999 Tentang Telekomunikasi;


Peraturan Pemerintah No 52/2000 Penyelenggaraan Telekomunikasi;
Peraturan Pemerintah No 53/2000 Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio
Kepmenhub KM. 21/2001 ttg Penyelenggaraan jasa telekomunikasi;
Kepmenhub KM. 20/2001 ttg Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi.
Permenkominfo
nomor
1/2010
ttg
Penyelenggaraan
Jaringan

Telekomunikasi
7. Permenkominfo

17/2005

Ttg

Tata

Cara

Perizinan

Dan

Ketentuan

Operasional Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio


III.

LEGAL MEMO
Bahwa berdasarkan hal diatas, berikut uraian kami:
1. PENGALIHAN IZIN PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO
A. Pengertian dan Pihak
Bahwa sebelum mengetahui apakah penggunaan spektrum frekuensi
radio boleh dialihkan dari satu operator ke operator lain, perlu diketahui,
apakah spektrum frekuensi radio? Dan siapakah yang dapat menggunakan
spektrum frekuensi radio berdasarkan ketentuan perundangan?
Berdasarkan UU telekomunikasi istilah yang dikenal adalah Pita
frekuensi radioyang definisinya adalah bagian dari spektrum frekuensi radio
yang mempunyai lebar tertentu. Sedangkan Spektrum frekuensi radio
adalah kumpulan pita frekuensi radio. Lalu yang menggunakan spektrum
frekuensi radio adalah pihak penyelenggara telekomunikasi, seperti dikutip :
Pasal 17 PP 53/2000 Penggunaan spektrum frekuensi radio untuk
penyelenggaraan telekomunikasi wajib mendapatkan izin Menteri
Lalu siapa yang penyelenggarakan telekomunikasi tersebut? dalam hal
ini

disebutkan

dalam

pasal

UU

Telekomunikasi

penyelenggara

telekomunikasi dibagi menjadi:


a. penyelenggaraan jaringan telekomunikasi;

b. penyelenggaraan jasa telekomunikasi;


c. penyelenggaraan telekomunikasi khusus.
Kemudian untuk lebih mengarah pada permasalahan yang dimaksud,
kami berasumsi bahwa pembahasan selanjutnya tidak mengkaji atau tidak
terkait dalam lingkup penyelenggaraan telekomunikasi khusus. Maka
dalam hal ini hanya mengkaji antara penyelenggara jasa dan penyelenggara
jaringan.
Maka

perlu

diketahui

masing-masing

definisi

dari

kegiatan

penyelenggara telekomunikasi tersebut berdasarkan definisi Undang Undang


adalah:
a. Penyelenggaraan

jaringan

telekomunikasi

adalah

kegiatan

penyediaan dan atau pelayanan jaringan telekomunikasi yang


memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi
b. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi : adalah kegiatan penyediaan
dan atau pelayanan jasa telekomunikasi yang memungkinkan
terselenggaranya telekomunikasi
B. Pengalihan penggunaan pita frekuensi radio
Dapatkah izin penggunaan frekuensi pita radio dialihkan?
Pada prinsipnya izin stasiun radio tidak dapat dialihkan tanpa ada
persetujuan Menteri (pasal 25 PP 53/2000), namun secara luas kami
jabarkan mengenai beberapa sebab peralihan pita frekuensi radio dari
satu operator ke operator lainnya.

1.

Pengalihan izin penggunaan frekuensi secara langsung.


Bahwa

berdasarkan

Permenkominfo

17/2005,

pengalihan

izin

Pita

Frekuensi Radio dari satu operator ke operator lainnya dapat saja terjadi,
namun pengalihan tersebut harus berdasarkan persetujuan Menteri
karena mengingat bahwa pemberian izin pemanfaatan pita frekuensi

kepada penyelenggara jaringan adalah berdasarkan perhitungan tingkat


kebutuhan dan tingkat cakupan dari permohonan pihak pemohon, yaitu
pihak penyelenggara jaringan.
Bagaimana

jika

pihak

penyelenggara

telekomunikasi

melakukan merger? 1:
Pada prinsipnya izin stasiun radio tidak dapat dialihkan, namun dalam hal
kepemilikan perusahaan dialihkan dan/atau ada penggabungan antar dua
perusahaan atau lebih, maka pengalihan izin perusahaan dialihkan
dan/atau ada penggabungan antar dua perusahaan atau lebih, maka
pengalihan izin stasiun radio dimungkinkan setelah mendapatkan
persetujuan dari Menteri.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui usulan pihak pemegang hak
penggunaan

pita

frekuensi

radio

kepada

Menteri

dan

kemudian

Persetujuan Menteri atas penggabungan atau peleburan dua perusahaan


tersebut, dan termasuk persetujuan pengalihan ijin stasiun radio.
Persetujuan pengalihan frekuensi tersebut dapat diberikan dengan
pertimbangan:
a. Kebutuhan frekuensi radio setelah penggabungan atau pengalihan
b. Jumlah pelanggan/trafik
c. Cakupan wilayah layanan
2.

Pengalihan penggunaan frekuensi radio secara tidak langsung.


Bahwa pemegang izin dapat mengajukan permohonan penghentian
penggunaan frekuensi radio kepada Menteri, lalu setelah dicabut hak
penggunaannya, kemudian pihak lain dapat memohon atas penggunaan
terhadap lebar pita dan alokasi yang telah dicabut tersebut, baik dengan
ukuran yang sama pada saat dikembalikan ke negara ataupun dengan
permintaan ukuran pita dengan ukuran yang berbeda (pasal 17
permenkominfo 17/2005).

Seminar : Advancing Indonesia With Mobile Broadband Optimalisasi Frekuensi


Konsep Sewa Jaringan dan Frequency Pooling arranged by Masyarakat Telematika
Indonesia, di Hotel Borobudur tanggal 1 Mei 2013.

3.

Pengalihan penggunaan frekuensi pita radio berdasarkan Realokasi dari


Negara.
Pengalihan penggunaan frekuensi radio secara realokasi hanya dapat
dilakukan oleh Dirjen Pos dan Telekomunikasi (namun pengalihan ini tidak
mesti dalam hal pengalihan dari satu operator ke operator lain), menurut
pasal 19 permenkominfo 17/2005 realokasi tersebut dapat dilakukan
apabila :
a.
b.
c.
d.

terjadi perubahan alokasi spektrum frekuensi radio internasional;


penyesuaian peruntukannya;
untuk kepentingan efisiensi; atau
pencegahan gangguan yang merugikan (harmful interferensi)
frekuensi radio

2. IZIN PENYELENGGARA JASA vs IZIN PENGGUNAAN FREKUENSI RADIO


Untuk menjawab pertanyaan : Apakah izin penyelenggaraan jasa
telekomunikasi selalu bersatu atau melekat pada izin penggunaan frekuensi
radio? maka perlu kita lihat:
Pasal 8 PP 52/2000 tentang penyelenggaraan Telekomunikasi :
1) Penyelenggara jaringan telekomunikasi dapat menyelenggarakan
jasa telekomunikasi melalui jaringan yang dimiliki dan disediakannya.
(2) Penyelenggaraan jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat

(1)

harus

merupakan

kegiatan

usaha

yang

terpisah

dari

penyelenggaraan jaringan yang sudah ada.


(3) Untuk menyelenggarakan jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib mendapatkan izin
penyelenggaraan jasa telekomunikasi dari Menteri.
Pasal 9 ayat (2) UU 36 :
Penyelenggara jasa telekomunikasi dalam menyelenggarakan jasa
telekomunikasi,

menggunakan

dan/atau

menyewa

jaringan

telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi


dan
Pasal 6 kepmenhub 21/2001 :

(1) Dalam hal tidak tersedia jaringan telekomunikasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), penyelenggara jasa telekomunikasi
dapat membangun jaringan telekomunikasi.
Dari pasal-pasal diatas diketahui bahwa :
a. Penyelenggara jaringan belum tentu menyelenggarakan jasa.
b. penyelenggara jaringan juga dapat melakukan penyelenggara jasa.
c. Apabila terjadi kondisi b diatas, bidang usahanya harus dipisah menjadi 2
badan hukum masing-masing penyelenggara jasa dan jaringan
d. Penyelenggara
jasa
menggunakan/menyewa
jaringan

milik

penyelenggara jaringan.
Maka penyelenggara jasa dan penyelenggara jaringan merupakan 2
(dua) badan hukum yang terpisah masing-masing bidang usahanya, dan
penyelenggara jasa memerlukan jaringan (dalam bentuk perjanjian tertulis)
dari pihak lain (penyelenggara jaringan) dalam melakukan usahanya.
Penyelenggara jaringan dalam hal ini kami asumsikan adalah dalam
penyelenggaraan

telekomunikasi

yang

memerlukan

alokasi

pita

frekuensi, yang mana disebutkan dalam :


Pasal 4 Kepmenhub 20/2001 :
(1) Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang memerlukan alokasi
spektrum frekuensi radio tertentu dan atau memerlukan kode akses
jaringan, jumlah penyelenggaranya dibatasi.
Maka :
Dalam

melaksanakan

membutuhkan

jaringan

dari

usahanya,

penyelenggara

penyelenggara

jaringan,

jasa
namun

penyelenggara jasa dengan penyelenggara jaringan adalah pihak


yang

saling

terpisah

satu

dengan

lainnya.

Maka

dari

izin

penyelenggara jasa tidak melekat dan tidak memerlukan izin


penggunaan

frekuensi

radio,

karena

izin

penggunaan

alokasi

frekuensi radio hanya dibutuhkan oleh penyelenggara jaringan.

Namun bagaimana jika penyelenggara jasa tidak menemukan jaringan


pada penyelenggara jaringan yang dimaksud pada area cakupan usahanya?
Maka berdasarkan pasal 6 kepmenhub 21/2001 diatas, bila dalam hal tidak
tersedianya

penyelenggara

jaringan

dalam

pelaksanaan

usaha

penyelenggara jasa, maka penyelenggara jasa dapat membangun sendiri


jaringan

telekomunikasinya,

namun

pembangunan

jaringan

oleh

penyelenggara jasa tersebut belum tentu terkait penggunaan alokasi


frekuensi tertentu, semisal menggunakan alternatif lain yaitu jaringan fiber
optic, dan berdasarkan tinjauan langsung, pada praktiknya, kecondongan
untuk beberapa kasus, Ditjen SDPPI Kemenkominfo tidak memberikan izin
frekuensi kepada penyelenggara jasa walaupun tidak tersedia jaringan di
daerah tujuan usahanya2, melainkan akan diarahkan kepada alternatif :
a. pembangunan jaringan fiber optic; atau
b. menunggu adanya penyelenggara jaringan ditempat area tersebut.
Maka menjawab pertanyaan Nomor 2 :
Perusahaan yang memiliki izin penyelenggara jasa telekomunikasi
tidak

harus

memiliki

izin

penggunaan

frekuensi

pita

radio

dikarenakan, izin penggunaan frekuensi pita radio adalah suatu


rangkaian

pemenuhan

suatu

jaringan

yang

dilakukan

oleh

perusahaan penyelenggara jaringan telekomunikasi.


3. PENYELENGGARAAN JASA TELEKOMUNIKASI
Untuk

menjawab

pertanyaan

Bolehkah

penyelenggara

jasa

telekomunikasi tidak memiliki izin penggunaan spektrum frekuensi radio?


maka berdasarkan pemaparan pembahasan sebelumnya maka sudah jelas
dapat

dijawab.

Dalam

melaksanakan

usahanya

penyelenggara

jasa

telekomunikasi tidak harus memiliki izin penggunaan spektrum frekuensi


radio, karena izin penggunaan spektrum radio tersebut hanya dibutuhkan
oleh penyelenggara jaringan yang memerlukan alokasi frekuensi pita radio
tertentu demi tersedianya suatu jaringan telekomunikasinya.
2

Konfirmasi Pak Dani 14.00 WIB bagian hukum, Ditjen SDPPI Kemenkominfo RI

Maka

selanjutnya

dalam

menjawab

pertanyaan

Bolehkah

penyelenggara jasa telekomunikasi tidak memiliki jaringan telekomunikasi


sendiri?, maka perlu kita lihat dari Pasal 5 kepmenhub 21/2001 dikatakan
bahwa dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi, penyelenggara jasa
telekomunikasi menggunakan jaringan telekomunikasi milik penyelenggara
jaringan telekomunikasi, namun apabila jaringan tersebut tidak tersedia,
maka penyelenggara jasa telekomunikasi dapat membangun jaringan
telekomunikasi.
Seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya terdapat limitasi
terhadap pembangunan jaringan tersebut, yaitu dalam hal jaringan yang
membutuhkan alokasi frekuensi pita radio, pemerintah akan mengarahkan
kepada

pembangunan

jaringan

fiber

optic;

atau

menunggu

adanya

penyelenggara jaringan yang menyediakan jaringan ditempat area tersebut.


namun dalam hal penyedia jasa membangun jaringannya sendiri pemerintah
juga memberikan batasan yaitu seperti yang disebutkan pada:
Pasal 6 kepmenhub 21/2001
(2) Jaringan telekomunikasi yang dibangun oleh penyelenggara jasa
telekomunikasi

sebagaimana

dimaksud

dalam

ayat

(1)

dilarang

disewakan kepada pihak lain


Maka dengan demikian boleh sajapenyelenggara tidak memiliki jaringan
sendiri, bahkan memang dikatakan bahwa penyelenggara jasa menggunakan
jaringan

milik

penyelenggara

jaringan

dalam

melaksanakan

bidang

usahanya.

IV.

KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas, kami berkesimpulan bahwa :

1. Izin penggunaan spektrum pita radio tidak dapat dialihkan kepada


penyelenggara telekomunikasi lain kecuali berdasarkan izin Menteri;
2. Izin penyelenggara jasa tidak identik dengan izin penggunaan frekuensi
radio,

karena

izin

penggunaan

frekuensi

radio

dibutuhkan

oleh

penyelenggara jaringan yang membutuhkan alokasi pita radio untuk


ketersediaan jaringannya;
3. Kewajiban penyelenggara jasa bukan menyediakan dan menyiapkan
jaringan,

sehingga

tidak

wajib

bagi

penyelenggara

jasa

untuk

mendapatkan izin penggunaan spektrum frekuensi radio. Dan dalam


pelaksanaan usahanya, penyelenggara jasa memerlukan jaringan dari
penyedia jaringan, apabila tidak tersedia, dimungkinkan penyedia jasa
tersebut membangun sendiri jaringan telekomunikasi baginya sehingga
terlaksana tujuan telekomunikasi namun tetap ada pengecualian dan
batasan baginya.
Demikian Legal Memo ini kami buat, untuk perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Hormat kami,
Y&K PARTNERS

M. RASYID RIDHO, SH. MH.


SH.

TUBAGUS SYAQIEF H, SH.


SH.

NANANG NOVIANSYAH, SH.


SH.

PARLINDUNGAN MARPAUNG,

R.A

DESI

ASTUTI,

WILLY PANGARIBUAN,

Anda mungkin juga menyukai