Anda di halaman 1dari 18

GLOBALISASI KEBUDAYAAN KOREA SELATAN DI INDONESIA

Gusnia Syukriyawati 1

ABSTRAK
Era globalisasi membuat budaya luar barat atau asing saat ini secara pelan dan
pasti akan menghilangkan budya asli dari suatu negara yang memiliki dasar pada
budaya nasionalnya misalnya negara Indonesia yang terpengaruh hadirnya budaya
asing yaitu budaya Korea Selatan yang saat ini banyak digemari oleh masyarakat luas.
Korean Wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas budaya pop Korea
Selatan di luar negeri. Perkembangan Korean Wave yang di perkenalkan oleh Korea
Selatan berupa film, musik, gaya berpakaian yang membuat budaya Indonesia agak
memudar dan tergantikan. Contohnya adalah masyarakat Indonesia sudah jarang
menggunakan pakaian batik, mereka lebih sering menggunakan model-model pakaian
yang menjadi tren dari Korea Selatan. Hal ini disebabkan dengan banyaknya film-film
dan musik Korea Selatan yang masuk ke Indonesia yang selalu menjadi tontonan
masyarakat Indonesia setiap harinya khususnya para remaja.
Kata Kunci: globalisasi, kebudayaan, Korea Selatan, Korean Wave , Indonesia

PENDAHULUAN
Globalisasi merupakan suatu proses dari gagasan yang di munculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsabangsa di seluruh dunia. Kemudian pengertian dari kebudayaan itu sendiri adalah
sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia, sehingga kebudayaan itu
bersifat abstrak.
Trend budaya Korea Selatan atau yang biasa disebut dengan Korean Wave
belakangan ini memang sedang banyak digemari oleh masyarakat di beberapa
negara Asia, maupun mancanegara. Salah satu penyebar Korean Wave terjadi
karena bermunculan boyband dan girlband. Wajah yang rupawan, gaya yang
keren dan trendy, penampilan yang menarik, dan didukung musik yang nyaman
didengar serta didukung dengan tarian yang bertenaga menyebabkan banyak
1

Penulis adalah mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya Malang

remaja Indonesia menyukai boyband dan girlband Korea Selatan tersebut, seperti
boyband EXO dan girlband SNSD yang sekarang banyak digemari
masyarakat karena berwajah rupawan dan multitalenta.
Korean Wave sendiri tidak hanya terjadi dalam budaya musiknya saja,
bahkan drama Korea Selatan juga tidak jauh dari perhatian masyarakat saat ini.
Kisah cinta yang romantis, didukung dengan para pemain (aktris dan aktor) dan
alur cerita yang menarik adalah daya tarik drama Korea Selatan itu sendiri.
Selain itu, gaya berpakaian modern Korea Selatan sekarang sedang
menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia, saat ini sudah banyak toko
pakaian yang menjual pakaian modern yang sedang menjadi trend di Korea
Selatan. Masyarakat menyukai pakaian tersebut karena model pakaian tersebut
yang simple dan juga terlihat bagus.
Makanan khas dari Korea Selatan juga menjadi perhatian masyarakat,
makanan Korea Selatan yang cenderung pedas dan kaya akan rempahrempah ini,
cocok dengan lidah orang Indonesia, seperti halnya kimchi, mie ramen, bulgogi,
kue beras, baso ikan dan juga cemilan khas Korea Selatan. Sekarang ini sudah
tidak jarang lagi kita menjumpai rumah makan yang menjual kuliner khas Korea
Selatan. Bahkan sekarang di televisi Indonesia juga menampilkan iklan produk
biskuit dari Korea Selatan dengan bintang iklan dari aktor Korea Selatan.
Dengan adanya Korean Wave, wisata di Korea Selatan juga banyak
menjadi tujuan wisata yang paling diinginkan untuk sebagian orang untuk saat ini.
Berkembangnya Korean Wave di Indonesia merupakan perwujudan globalisasi
dalam dimensi komunikasi dan budaya. Jika Korean Wave tidak disertai dengan
apresiasi terhadap kebudayaan nasional, maka akan terjadi bergesernya nilai
kebudayaan nasional menjadi budaya marginal (pinggiran).
Kalangan remaja merupakan kalangan terbesar penerima Korean Wave di
Indonesia. Padahal, remaja merupakan tonggak pembangunan nasional. Jika
remaja sekarang sudah tidak mengenal kebudayaannya sendiri, maka kebudayaan
nasional dapat mengalami kepunahan dan berganti dengan kebudayaan baru yang
tidak sepenuhnya sesuai dengan kepribadian asal negara Indonesia. Oleh karena
itu, masyarakat Indonesia harus mewaspadai dampak negatif yang muncul akibat

dari Korean Wave agar kebudayaan asli Indonesia masih memiliki nilai budaya
yang tinggi di mata masyarakat Indonesia.
KONSEP GLOBALISASI
Untuk memahami istilah dan pengertian globalisasi, terlebih dahulu kita
perlu mengetahui asal kata istilah globalisasi. Istilah globalisasi berasal dari
bahasa Inggris yakni "globe" yang berarti dunia atau bola dunia. Apakah yang
dimaksud globalisasi? Globalisasi merupakan suatu proses menuju lingkup dunia.
Dengan demikian globalisasi dapat diartikan sebagai proses mendunia, dimana
semua peristiwa baik ekonomi, politik maupun budaya yang terjadi disatu belahan
dunia dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh dunia.
Globalisasi dapat juga disebut suatu proses dimana hubungan sosial dan
saling ketergantungan antarmanusia di dunia ini semakin besar. Hal ini seperti
yang dikatakan seorang ahli bernama R. Robertson bahwa globalisasi adalah
proses mengecilnya dunia dan meningkatnya kesadaran akan dunia sebagai satu
kesatuan, saling ketergantungan dan kesadaran global akan dunia yang menyatu.
Ahli lain bernama Martin Albrow mengatakan globalisasi menyangkut
seluruh proses di mana penduduk dunia terhubung kedalam komunitas dunia yang
tunggal, komunitas global. Menurut A.G.McGrew, globalisasi mengacu pada
keaneka ragaman hubungan dan saling keterkaitan antar masyarakat yang
membentuk sistem dunia modern. Globalisasi adalah proses dimana berbagai
peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa
konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang
lain. Selain itu, M.Waters mengatakan bahwa globalisasi adalah sebuah proses
sosial di mana halangan-halangan bersifat geografis pada tatanan sosial dan
budaya semakin menyusut dan setiap orang kian sadar bahwa mereka semakin
dekat satu sama lain.
Berdasarkan pengertian di atas secara jelas globalisasi mampu membuat
suatu perubahan kehidupan dunia yang dulunya sangat sederhana menjadi bersifat
multidimensional. Globalisasi juga membuat semakin kuat ikatan ekonomi,
politik, teknologi dan budaya yang mampu menghubungkan individu, komunitas,
perusahan dan pemerintah di seluruh dunia.

Globalisasi membuat suatu kenyataan bahwa kehidupan dunia menjadi


satu kesatuan dalam satu dunia, yang membuat sebuah desa global (global
village) dengan kehidupan manusia secara individu, kelompok, atau bangsabangsa menjadi saling ketergantungan (interdependency) dalam semua aspek
kehidupan. Singkatnya, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
membuat ruang lingkup interaksi antar manusia di seluruh dunia semakin
menyempit.
Ada beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena
globalisasi di dunia. Pertama adalah perubahan dalam konsep ruang dan waktu.
Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan
internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya,
sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita
merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Kedua, pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda
menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan
internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi
organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
Ciri lainnya yaitu meningkatan interaksi kultural melalui perkembangan
media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga
internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan
pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya,
misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan. Serta meningkatnya
masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional,
inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah
membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa
dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar
bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus
berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan
hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi.
Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman
transformasi sosial.

Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang


ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain.
Sekarang ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi
dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.
Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya.
GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Kata globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Globalisasi dipandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah,
atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia
makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Kemudian
pengertian dari kebudayaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem idea tau gagasan yang terdapat dalam
fikiran manusia, sehingga kebudayaan itu bersifat abstrak.
Menurut pendapat Krisna dalam tulisannya Pengaruh Globalisasi
Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang (September
2005), sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam
interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit
dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia.
Dalam pranala Wikipedia, ditemukan arti daripada budaya sebagai berikut
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
Culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia.2
Dengan demikian, dapat diidentifikasikan bahwa budaya atau kebudayaan
berasal dari manusia melalui suatu proses berpikir dan bertindak. Hal itu
dijelaskan bahwa budaya memiliki kaitan dengan budi dan akal manusia.
Sementara, mengolah tanah atau bertani juga melalui proses-proses berpikir dan
bertindak itu sendiri. Sedangkan para ahli, mengemukakan pendapatnya masing-

masing mengenai budaya. Menurut Edward B. Taylor kebudayaan merupakan


keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya mengandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sementara itu Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, menurut mereka kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. 3
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini
tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh
akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan
menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu
kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara
maju.
Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah
dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah
menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa
cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh.
Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam
bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya.
Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya
mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan
kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam
proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan
memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang
bermanfaat dan menambah pengalaman mereka.
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni
perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari
32

Wikipedia. 2011. Budaya. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya), diakses pada tanggal


13 Desember 2013.
3

Wikipedia. 2011. Budaya. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya), diakses pada tanggal 13


Desember 2013.

nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial
merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana
transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.
Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi
peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja
khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna
globalisasi itu sudah sedemikian terasa.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mampu
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh
aspek penting kehidupan budaya masyarakat dan bagaimana kita mampu
menyikapinya.

Jelas

globalisasi

menciptakan

berbagai

tantangan

dan

permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya pemanfaataan


globalisasi untuk kepentingan kehidupan budaya Indonesia generasi mendatang.
KEBUDAYAAN KOREA SELATAN
Republik Korea Selatan(bahasa Korea: Daehan Minguk, bahasa Inggris:
Republic of Korea/ROK) biasanya dikenal sebagai Korea Selatan, adalah sebuah
negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di
sebelah utara, Republik Korea berbataskan Korea Utara, dimana keduanya bersatu
sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Laut Kuning di sebelah barat, Jepang
berada di seberang Laut Jepang (disebut "Laut Timur" oleh orang-orang Korea)
dan Selat Korea berada di bagian tenggara. Negara ini dikenal dengan nama
Hanguk oleh penduduk Korea Selatan dan disebut Namchosn, ("Chosn
Selatan") di Korea Utara. Ibu kota Korea Selatan adalah Seoul. 4
Penemuan arkeologis menunjukkan bahwa Semenanjung Korea telah
berada sejak masa paleolitik awal. Sejarah Korea dimulai dari pembentukan
Gojoseon pada 2333 SM oleh Dan-gun. Setelah unifikasi tiga kerajaan Korea
dibawah Silla pada 668 M, Korea menjadi satu dibawah dinasti Goryeo dan
dinasti Joseon hingga akhir kekaisaran Han Raya pada 1910 karena dianeksasi
4

Wikipedia. 2009. Kebudayaan Korea. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/ KebudayaanKorea),

diakses pada tanggal 13 Desember 2013.

oleh Jepang. Setelah liberalisasi dan pendudukan oleh Uni Soviet dan Amerika
Serikat pada akhir Perang Dunia II, wilayah Korea akhirnya dibagi menjadi Korea
Utara dan Korea Selatan.
Budaya tradisional Korea diwarisi oleh rakyat Korea Utara dan Korea
Selatan, walaupun keadaan politik yang berbeda telah menghasilkan banyak
perbedaan dalam kebudayaan modern/pop Korea. Budaya tradisional Korea dapat
dibagi menjadi rumah tradisional, pakaian tradisional, kuliner, festival serta
permainan tradisional Korea.
Rumah Tradisional Korea
Masyarakat tradisional Korea memilih tempat tinggal berdasarkan
geomansi. Masyarakat Korea meyakini bahwa beberapa bentuk topografi atau
suatu tempat memiliki energi baik dan buruk (dalam konsep eum dan yang) yang
harus diseimbangkan. Geomansi memengaruhi bentuk bangunan, arah, serta
bahan-bahan

yang

digunakan

untuk

membangunnya.

Rumah

menurut

kepercayaan mereka harus dibangun berlawanan dengan gunung dan menghadap


selatan untuk menerima sebanyak mungkin cahaya matahari. Cara ini masih
sering dijumpai dalam kehidupan modern saat ini.
Rumah tradisional Korea (biasanya rumah bangsawan atau orang kaya)
dipilah menjadi bagian dalam (anchae), bagian untuk pria (sarangchae), ruang
belajar (sarangbang) dan ruang pelayan (haengrangbang). Besar rumah
dipengaruhi oleh kekayaan suatu keluarga. Rumah-rumah ini memiliki
penghangat bawah tanah yang disebut ondol yang berfungsi saat musim dingin.
Pakaian Tradisional Korea
Pakaian tradisional Korea disebut Hanbok (Korea Utara menyebut
Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk
laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima). Orang Korea berpakaian sesuai dengan
status sosial mereka sehingga pakaian merupakan hal penting. Orang-orang
dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan
perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat bawah yang
hidup miskin.

Dahulu, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara


dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa
formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara
kematian. Saat ini Hanbok tidak lagi dipakai dalam kegiatan sehari-hari, namun
pada saat-saat tertentu masih digunakan.
Kuliner Korea
Bentuk kuliner Korea dipengaruhi oleh kebudayaan pertanian mereka.
Makanan pokoknya adalah beras. Hasil utama pertanian rakyat Korea adalah
beras, gandum dan kacang-kacangan. Hasil laut pun melimpah seperti ikan,
cumi-cumi dan udang, sebab Korea dikelilingi 3 lautan.
Kuliner Korea sebagian besar dibentuk dari hasil fermentasi yang sudah
berkembang sejak lama. Contohnya adalah kimchi dan doenjang. Makanan
fermentasi sangat berguna dalam menyediakan protein dan vitamin ketika musim
dingin. Beberapa menu makanan dikembangkan untuk merayakan peristiwaperistiwa khusus seperti festival atau upacara seperti ulang tahun anak yang ke100 hari, ulang tahun pertama, perkawinan, ulangtahun ke-60, upacara
pemakaman dan sebagainya. Pada peristiwa-peristiwa ini selalu dijumpai kue-kue
beras yang berwarna-warni.
Makanan kuil berbeda dari makanan biasanya karena melarang
penggunaan 5 jenis bumbu yang biasa dipakai seperti bawang putih, bawang
merah, daun bawang, rocambole(sejenis bawang), bawang perai, jahe serta
daging. Makanan kerajaan (surasang) saat ini sangat terkenal karena sudah dapat
dinikmati seluruh lapisan rakyat.
Festival Korea
Kalender Korea dibagi dalam 24 titik putaran (jeolgi) yang masing-masing
terdiri dari 15 hari dan digunakan untuk menentukan masa tanam atau panen pada
masyarakat agraris pada zaman dahulu, namun pada saat ini tidak digunakan lagi.
Kalender Gregorian diperkenalkan di Korea tahun 1895, tapi hari-hari tertentu
seperti festival, upacara, kelahiran dan ulang tahun masih didasarkan pada sistem
kalender lunisolar.

Festival terbesar di Korea antara lain adalah Seollal, yang merupakan


imleknya masyarakat Korea yang jatuh tepat bersamaan dengan tahun baru Imlek.
Kemudian Daeboreum, yaitu festival bulan purnama pertama. Selain itu juga ada
Dano yang merupakan festival musim semi serta Chuseok, festival panen raya
atau festival kue bulan.
Permainan Tradisional Korea
Banyak sekali permainan khas Korea seperti: Baduk, igo versi Korea.
Baduk sangat populer di kalangan orang tua. Janggi, merupakan permainan versi
lama dari catur Tiongkok, Xiangqi. Yut, permainan keluarga yang sering
dimainkan saat festival. Ssangnyuk, backgammon versi Korea. Chajeon nori,
permainan tradisional perang-perangan antara dua kelompok orang. Ssireum,
permainan yang serupa dengan bergulat. Tuho, permainan melemparkan anak
panah ke dalam pot. Geunetagi, permainan ayunan besar. Seokjeon, permainan
melempar batu. Gakjeo, gulat asal zaman Tiongkok kuno.
Korean wave adalah sebuh istilah yang merujuk pada popularitas budaya
pop Korea Selatan di luar negeri. Genre Korean wave berkisar dari film, drama
televisi, dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat pesat dialami oleh
industri budaya Korea Selatan melalui produk tayangan drama televisi, film, dan
musik menjadikannya suatu fenomena yang menarik perhatian masyarakat luas
sehingga di implementasikan sebagai budaya internasional yang berusaha
diciptakan oleh Korea Selatan untuk pelaksanaan soft diplomacynya yang mampu
membangun citra Korea Selatan dan mendukung peningkatan posisi Korea
Selatan di forum internasional secara umum dan Indonesia sebagai salah satu
negara yang saat ini banyak mencontoh budaya-budaya korea selatan sehingga
banyak membuat negara Indonesia melupakan tradisi budayanya. 5
Korea Selatan telah berkembang menjadi salah satu negara paling makmur
di Asia yang ditandai dengan perekonomian Korea Selatan yang kini menjadi
negara terbesar ketiga di Asia dan ke-13 di dunia. 6 Hal penunjang kebangkitan
5

KOCIS. 2010. Korean wave. (online) (http://www.korea.net/Government/Current-Affairs/


Korean-Wave?affairId=209). Diakses pada tanggal 13 Desember 2013.
6

BBC News. South Korea Profile. (online). (http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific15289563), diakses pada tanggal 13 Desember 2013.

ekonomi Korea Selatan tidak lain karena sektor industri teknologi transportasi dan
teknologi komunikasi yang juga didukung oleh sektor kebudayaannya melalui
Korean wave. 7
Kegemaran akan budaya pop Korea Selatan dimulai di Republik Rakyat
Cina dan Asia Tenggara mulai akhir 1990-an. Istilah Korean Wave diadopsi oleh
media Cina setelah album musik pop Korea, HOT, dirilis di Cina. Serial drama
TV Korea Selatan mulai diputar di Cina dan menyebar ke negara-negara lain
seperti Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesia, Filipina, Jepang, Amerika
Serikat, Amerika Latin dan Timur Tengah. Pada saat ini, Korean Wave diikuti
dengan banyaknya perhatian akan produk Korea Selatan, seperti masakan, barang
elektronik, musik dan film. Fenomena ini turut mempromosikan bahasa Korea
Selatan dan budaya. Korea Selatan ke berbagai negara.
Pemerintahan Korea Selatan juga sangat mendukung dan memiliki peran
dalam mewabahnya Korean Wave. Dukungan tersebut diwujudkan dengan
menghindarkan diri dari gempuran industri entertaiment dari barat. Hal ini
menjadikan orang Korea Selatan yang harus menciptakan produk-produk media
massanya sendiri. Selain itu dukungan dari pemerintah juga diwujudkan melalui
berbagai event seni seperti festival-festival film dan musik bertaraf Internasional.
GLOBALISASI KEBUDAYAAN KOREA SELATAN DI INDONESIA
Joseph Nye dalam South Koreas growing soft power menyatakan:
The traditions of [South]Korean art, crafts, and cuisine have already
spread around the world. Korean popular culture has also crossed borders,
particularly among younger people in neighboring Asian countriesIndeed, the
late 1990s saw the rise of Korean wave the growing popularity of all things
Korean, from fashion and film to music and cuisine. 8

VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. (online) (http://english.chosun.com/
site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.html), diakses pada tanggal 14 Desember 2013
8

J,

Nye.

2009.

South

Koreas

Growing

Soft

power,

Projectsyndicate

(online)

(http://www.projectsyndicate.org/commentary/nye76), diakses pada tanggal 14 Desember


2013.

Yang Seung Yoon mengatakan bahwa terdapat persamaan bangsa


Indonesia dan Korea Selatan, yaitu lebih menekankan pada pandangan dan
pencapaian unsur-unsur spiritual, misalnya persamaan dalam pandangan dan
penilaian terhadap kehidupan manusia, rasa kagum pada lingkungan alam dan
perubahannya, serta rasa hormat kepada leluhur dan lain sebagainya. Persamaan
tersebut memungkinkan menjadi dasar penerimaan Korean Wave oleh masyarakat
Indonesia.
Sekitar 3 tahun terakhir ini, sudah banyak masyarakat Indonesia yang
tidak asing dengan istilah K-pop atau Korean pop. Korean pop saat ini banyak
dibicarakan oleh beberapa masyarakat, terutama para remaja karena ketenaran Kpop yang sangat berpengaruh terhadap dinamika budaya asing yang masuk ke
Indonesia.
Dalam hal ini, banyak remaja Indonesia yang lebih menyukai acara-acara
asal Korea Selatan daripada harus menyaksikan acara nasional Indonesia. Berawal
dari mereka mencari informasi tentang aktris dan aktor tersebut, sehingga pada
akhirnya mereka menjadi mengidolakan para artis Korea Selatan. Indonesia
termasuk negara yang sedang terkena demam Korea Selatan, hal ini dapat terlihat
di layar televisi, majalah, serta internet di Indonesia yang sekarang berlombalomba untuk menayangkan atau menginformasikan berita-berita seputar negara
Korea Selatan. Sekarang, beberapa stasiun televisi sudah menayangkan tayangantayangan hiburan yang berhubungan dengan Korea Selatan, misalnya film, musik,
dan berita untuk setiap harinya.
Pada dasarnya, globalisasi budaya Korea Selatan tersebut tidak bisa
dilepaskan dari peran media. Media membawa nilai-nilai budaya Korea Selatan ke
luar negeri dan menjadi salah satu penunjang utama berhasilnya gerakan
globalisasi budaya Korea Selatan di dunia Internasional. Media yang banyak
berperan dalam persebaran nilai-nilai budaya Korea Selatan pada mulanya adalah
televisi, yang menayangkan drama-drama Korea. Televisi merupakan sarana
utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan informasi mengenai segala
sesuatu yang berunsur Korea Selatan.
Kesuksesan televisi memediasi masuknya budaya Korea Selatan ke
Indonesia ini tidak dapat dipungkiri menimbulkan efek domino ke musik dan film.

Tetapi tidak hanya itu, majalah atau tabloid bahkan koran sebagai media massa di
Indonesia juga menuliskan berita seputar Korea Selatan serta informasi-informasi
tentang budaya Korea Selatan melalui media elektronik ini. Selain itu, internet
bahkan bisa disebut sebagai media yang paling berpengaruh dalam globalisasi
budaya Korea Selatan karena tak banyak film dan musik Korea Selatan
mendapatkan tempat di media mainstream Internasional. Hal ini pun berlaku di
Indonesia.
Dahsyatnya kekuatan internet dalam penyebaran Korean Wave ini terlihat
dari ramainya arus informasi mengenai budaya Korea Selatan di internet. Situs
jejaring sosial Twitter mencatat bahwa sepanjang 2010, Super Junior, grup
boyband ternama asal Korea Selatan, menempati posisi trending topic kedua
dalam hal musik. Super Junior hanya dikalahkan oleh Justin Bieber, penyanyi
remaja Amerika yang disebut sebagai raja twitter (Twitter.com, Desember 2010).
Di situs YouTube, setiap kali penyanyi Korea Selatan merilis teaser dan
music video (MV) di YouTube, dalam beberapa hari saja dapat ditonton oleh lebih
dari 1 juta orang dan bahkan seringkali menjadi video top favorite, most popular,
atau most discussed (YouTube.com, 2010).
Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama
dalam globalisasi. Perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala
informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh
dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia.
Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan
politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan mempengaruhi nilainilai nasionalisme terhadap bangsa Korea Selatan ini membawa pengaruh besar
terhadap generasi muda di Indonesia yang sedang memuja Korean Wave. Inilah
yang ditakutkan dari globalisasi, yaitu ketika masyarakat lokal menuhankan
budaya asing dan menelantarkan budaya aslinya sendiri tapi kita tidak merasa .
Sebenarnya kita sedang dijajah dengan kejayaan Korean Pop Culture di
Indonesia. Gelombang Korean Wave yang sangat besar di Indonesia haruslah

menjadi pemacu semangat yang nyata untuk melakukan perubahan. Korean Wave
pada dasarnya sangat menarik untuk dipelajari dan menginspirasi karena ditengah
modernanya, ada semangat perubahan terus menerus didalamnya, tetapi dengan
tidak meninggalkan budaya tradisional yang ada didalamnya.
Hal tersebut menjadi menarik untuk dipelajari untuk para remaja di
Indonesia, bahwa ketika kita sedang terpengaruh dengan kebudayaan lain yang
masuk, kita punya filter yaitu kebudayaan sendiri, supaya antara tradisi dan
modenitas dapat berjalan serasi, selaras, dan seimbang. Pada akhirnya, kejayaan
kebudayaan pop Korea Selatan (Korean Wave) di Indonesia haruslah dapat
menginspirasi kita semua untuk memajukan dan berjaya dengan kebudayaan pop
Indonesia.
DAMPAK GLOBALISASI KEBUDAYAAN KOREA SELATAN DI INDONESIA

Dalam perkembangannya Korean Wave khususnya mengenai Korean Pop


(K-Pop) ini sendiri banyak terdapat dampak-dampak yang membuat bangsa ini
menjadi lebih maju, namun ada juga dampak yang membuat bangsa ini menjadi
miskin budaya asli atau dnegan kata lain melupakan budayanya sendiri.
Dampak positif masuknya Korean Wave ke Indonesia yaitu kecintaan
masyarakat pada musik semakin tinggi. Pernyataan ini sangat jelas bahwa dengan
adanya variasi musik baru di Indonesia, maka akan menambah banyak genre
musik di negara ini, dalam hal ini tentunya selera masyarakat sangat dimanjakan
dengan keberadaan K-Pop ini.
Dampak positif lainnya adalah bakat-bakat yang selama ini terpendam
dalam diri masyarakat terutama para remaja, dapat dikembangkan atau
diekspresikan. Maksudnya perkembangan dalam hal kreatifitas dan musik
modern. Dengan adanya K-Pop ini para remaja bisa belajar seni tentang K-Pop,
mulai dari tarian, olah suara, genre musiknya dan lain sebagainya.
Mempererat hubungan antara Indonesia dan Korea Selatan juga
merupakan salah satu dampak positif dari globalisasi kebudayaan Korea Selatan
di Indonesia. Dalam hubungan bilateral antar negara antara Indoonesia dengan
Korea Selatan sendiri tentunya secara tidak langsung akan semakin erat, karena
disinilah hubungan timbal balik itu akan terjadi. Di satu sisi Korea Selatan dapat

meningkatkan ekonomi mereka dengan menerima royalti dari penjualan album


dan sebagainya, sedangkan disisi yang lain Indonesia sebagai konsumen dapat
terpuaskan oleh hiburan musik tersebut.
Selain itu, banyak remaja yang tertarik untuk mempelajari budaya dan
bahasa Korea. Penjelasan untuk pernyataan ini adalah berhubungan dengan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Dengan adanya minat yang luar biasa hebatnya di
Indonesia, mendorong sebagian penikmat musik K-Pop tersebut untuk
mempelajari segala hal yang berhubungan dengan K-Pop dan negara asalnya. Para
penikmat musik K-Pop akan mempelajari bahasa Korea Selatan dengan cara
mencari tahu arti dari setiap lirik lagu yang mereka suka. Dalam hal ini maka
pengetahuan yang dimilikinya tentang negara lain pun juga akan ikut
berkembang.
Dampak budaya Korea Selatan juga memiliki dampak negatif yaitu budaya
K-Pop banyak menghilangkan budaya asli Indonesia dari seni misalnya sekarang
para remaja Indonesia lebih menyukai musik-musik Korea Selatan ketimbang
mendengarkan musik dangdut yang pada dasarnya merupakan budaya musik asli
Indonesia, dan juga banyak tergantikannya penyayi-penyayi yang beraliran musik
dangut Indonesia dengan penyayi-penyayi yang saat ini lebih beraliran K-Pop
yang lebih sering di sebut boyband dan girlband oleh masyrakat Indonesia. Saat
ini keberadan K-Pop sudah jelas terlihat bahwa budaya Korea Selatan perlahanlahan sudah menghilangkan budaya asli Indonesia dan memberikan dampak
negatifnya untuk negara ini.
Budaya Korea Selatan mempengaruhi budaya asli Indonesia melalui seni
seni filmnya yang tidak hanya itu, saat ini film-film Korea Selatan lebih diminati
untuk dijadikan tontonan oleh masyarakat Indonesia ketimbang film-film
Indonesia yang dibuat oleh sutradara dan produser asli Indonesia, padahal filmfilm karya anak bangsa ini juga tidak kalah bagus namun karena adanya
globalisasi budaya ini lah yang membuat banyak sekali perubahan dari segi
budaya hal ini juga berdampak pada pemasukan Indonesia yang di ambil dari
budaya mulai berkurang karena adanya budaya asing yang mulai terjangkit dan
menghilangkan budaya asli Indonesia.

Dari masuknya budaya K-Pop ini banyak juga memberikan dampak yang
terlihat bagi masyarakat Indonesia yang mulai meniru gaya hidup misalnya dari
segi pakaian yang saat ini pakaian asal dari Korea Selatan lebih sering dilihat
digunakan dari pada menggunakan batik yang merupakan pakaian asli Indonesia
yang juga merupakan bagian dari budaya Indonesia. Dampak globalisasi seperti
ini yang membuat selera budaya masyarakat Indonesia mulai tergantikan dengan
adanya budaya asing.
PENUTUP
Korean Wave sudah menjadi fenoma yang sangat berpengaruh terhadap
masyarakat Indonesia. Para penggemar Korean Pop maupun Korean Drama
secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi beberapa hal mulai dari style baju,
life style, karakteristik pasangan hidup hingga ketertarikan akan bahasa Korea
Selatan. Ketertarikan pada artis Korea Selatan bukanlah ketertarikan interpersonal
timbal balik melainkan ketertarikan satu arah. Namun, ketertarikan ini tetap
sedemikian besarnya dan menimbulkan hysteria karena para idola tersebut
memiliki wajah yang rupawan.
Daya tarik ini disebabkan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.
Internalnya adalah karena kepribadian para remaja yang masih belum stabil
sehingga masih mencari-cari role model yang diinginkan. Hebatnya gelombang
Korean Wave

mau tak mau juga melanda kepribadian mereka. Selain itu

kebutuhan akan pertemanan pada remaja juga menyebabkan munculnya


komunitas-komunitas penggemar artis Korea Selatan tersebut. Dari segi eksternal,
penyebab terjadinya fenomena Korean Wave juga karena pengaruh industri musik
atau drama yang terus menerus mengimpor seni hiburan asal Korea Selatan masuk
ke dalam tontonan Indonesia sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN

BBC News. South Korea Profile. (online). (http://www.bbc.co.uk/news/worldasia-pacific-15289563), diakses pada tanggal 13 Desember 2013.

J, Nye. 2009. South Koreas Growing Soft power, Projectsyndicate (online)


(http://www.projectsyndicate.org/commentary/nye76), diakses pada tanggal 14
Desember 2013.
KBS World. 2009. Cara Mempromosikan Ekspor Konten Budaya Korea. (online)
(http://world.kbs.co.kr/indonesian/news), diakses pada tanggal 14 Desember
2013.
KBS World. 2009. Keputusan pemerintah untuk memberi dukungan penuh
terhadap globalisasi pengaruh budaya Korea (online) (http://world.kbs.co.kr/
indonesian/news/news_issue), diakses pada tanggal 14 Desember 2013.
KOCIS. 2010. Korean wave. (Online) (http://www.korea.net/Government/
Current-Affairs/Korean-Wave?affairId=209). Diakses pada tanggal 13 Desember
2013.
Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic White Paper 2011.
Republic of Korea. Hal. 91.
VOA

News.

2006.

Asia

Goes

Crazy

Over

K-Pop.

(online)

(http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.htm
l), diakses pada tanggal 14 Desember 2013
Wikipedia. 2011. Budaya. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya), diakses
pada tanggal 13 Desember 2013.
Wikipedia. 2009. Kebudayaan Korea. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/
KebudayaanKorea), diakses pada tanggal 13 Desember 2013.
Yudhantara, Reza Lukmanda. 2011. Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta:
UGM Press. Hal. 183.

Anda mungkin juga menyukai