RINGKASAN EKSEKUTIF
EXECUTIVE SUMMARY
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan implikasi dari
pemanasan global yang semakin nyata
dirasakan oleh masyarakat dunia, termasuk
Indonesia. Perubahan iklim yang sedang
terjadi perlu disikapi dengan memperdalam
pemahaman tentang proses kejadiannya
secara ilmiah, baik penyebab maupun
dampaknya
terhadap
manusia
dan
lingkungan kita. Dengan pemahaman
tersebut
dapat
direncanakan
upaya
penyesuaian (adaptasi) dan pencegahannya
(mitigasi) dalam rangka pengendalian
perubahan iklim.
Dalam rangka meningkatkan koordinasi
pelaksanaan pengendalian perubahan iklim
dan memperkuat posisi Indonesia di forum
internasional dalam pengendalian perubahan
iklim, Pemerintah membentuk Dewan
Nasional
Perubahan
Iklim
(DNPI)
berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 46 Tahun 2008. DNPI
memiliki peranan penting dalam mendukung
komitmen pemerintah dalam antisipasi
perubahan iklim. Salah satu tugasnya adalah
merumuskan kebijakan dalam rangka
penyusunan
program
nasional
bagi
perubahan iklim dan menggerakkan seluruh
sumberdaya yang ada untuk ikut berperan
dalam antisipasi dampak perubahan iklim,
baik sebagai program adaptasi maupun
mitigasi.
INTRODUCTION
Background and The Context of Study
Climate change is the real implication of
global warming which continues to affect
human worldwide, include Indonesia. The
occuring climate change must be
addressed with real steps to get full
insights of its process scientifically, include
its cause and impacts to human and
environment. The information obtained on
climate change can be applied to formulate
adaptation and mitigation strategy to
overcome the issue.
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
Hence,
identification
on
provincial
government policy and agency is urgently
needed to capture the dynamics of latest
climate change policy, especially with the
existence of urgent need to implement
Measurement, Reporting, and Verification
(MRV) in every climate change mitigation
and adaptation. Assessment on provincial
governments feedback on MRV system,
monitoring
concept
implemented in
REDD+, is essential to refine MRV concept
on national level. To answer this problem,
this project is titled Policy Inventory to
Anticipate Climate Change Impacts.
2) Mengidentifikasi
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
konsep
Reporting
MRV
and
concept.
2) Tersedianya
Wilayah Studi:
Lingkup wilayah studi untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang dimaksud, terbagi menjadi
2 (dua) kelompok, yaitu:
Scope:
Scopes of study to achieve the projects
goals and objectives are divided into 2
(two) categories:
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
Secondary Study:
With the two previous factors, assessment
on secondary study is a reflection of issues
being faced by provincial government in
planning, implementation or monitoring
climate change mitigation and adaptation
policy. Policy inventory in four provinces in
Kalimantan will help to describe the
process
of
formulating
provincial
government policy for climate change
mitigation and adaptation program. And
last but not least, institutional identification
describes the current condition with
existing agencies in order to monitor
ongoing implementation of mitigation and
adaptation policy. In the end, the study can
provide clear picture on present provincial
government condition in implementing
climate change management. This study
can also contribute recommendation for
upcoming policy.
INVENTARISASI KEBIJAKAN
Studi kasus: Provinsi Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
dan Kalimantan Timur
Dalam inventarisasi kebijakan adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim ini, setidaknya ada
dua level kebijakan yang dikaji, yaitu di level
nasional dan di level provinsi. Untuk level
nasional, inventarisasi dilakukan pada
kementerian/lembaga yang menjadi anggota
dari DNPI, baik kebijakan yang berupa
produk kebijakan (regulation) maupun yang
masih bersifat studi (visioning policy). Untuk
produk kebijakan, yang dikaji dari level
undang-undang sampai dengan peraturan
menteri, apabila ada, yang memiliki
keterkaitan dengan upaya adaptasi maupun
mitigasi perubahan iklim.
POLICY INVENTORY
Case study: West Kalimantan, Central
Kalimantan, South Kalimantan and East
Kalimantan
In policy inventory on climate change
adaptation and mitigation, at least two
levels of policy being assessed, national
and provincial levels. As for national level,
inventory
must
be
conducted
on
ministry/agency which are members of
DNPI, include their regulation and visioning
policy. As for regulation, assessment must
be conducted on constitution to minister
regulation, if available, regulation related to
climate change adaptation or mitigation.
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
strategic
planning
government.
by
regional
Penerapan
Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB)
melalui pembuatan kompos, arang dan
briket arang.
- Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut
Pengelolaan
lahan
gambut
untuk
pertanian berkelanjutan di Kementerian
Kehutanan dan penyusunan kriteria baku
kerusakan ekosistem gambut
dan
pengendaliannya
di
Kementerian
Lingkungan Hidup.
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
Bidang Pertanian
Berdasarkan
hasil
analisis
terhadap
kebijakan pertanian utama diatas, maka
terdapat beberapa hal yang tidak terkait
(gap) dengan substansi RAN GRK sehingga
perlu dipertimbangkan dalam penyusunan
RAD GRK nantinya, yaitu antara lain untuk:
- Kalimantan Barat, meliputi kebijakan
pengembangan areal perkebunan (sawit,
karet, kakao) di lahan tidak berhutan/lahan
terlantar/lahan terdegradasi (APL) dan
penerapan Pembukaan Lahan Tanpa
Bakar (PLTB) melalui pembuatan kompos,
arang dan briket arang.
- Kalimantan Tengah, meliputi kebijakan
penerapan Pembukaan Lahan Tanpa
Bakar melalui pembuatan kompos, arang
dan briket arang, serta penelitian dan
pengembangan teknologi rendah emisi dan
metodologi MRV sektor pertanian.
Agricultural Sector
Based on analysis on agricultural sector,
there are several factors not related yet to
RAN GRK substances and need to be
considered in upcoming RAD GRK
formulation, which are for:
- West Kalimantan, include policy on
plantation area expansion (palm trees,
rubber, cacao) in non-forestry land/
abandoned land/degraded land and
implementation of Land Clearing without
Fire (PLTB) by creating compost,
charcoal and charcoal briquettes
- Central
Kalimantan,
include
implementation of Land Clearing without
Fire (PLTB) by creating compost,
charcoal and charcoal briquettes plus
research and development on lowemission
technology
and
MRV
methodology in agricultural sector.
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
10
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
11
Kalimantan
Barat/
West
Kalimantan
Kalimantan
Tengah/
Central
Kalimantan
Kalimantan
Selatan/
South
Kalimantan
X*
**
Aspek/Aspect
12
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
13
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
14
Kelembagaan Eksisting
Kondisi kelembagaan pengendalian dampak
perubahan iklim antara Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
relatif berbeda, khususnya dari aspek
keberadaan lembaga khusus perubahan
iklim, perencanaan pengelolaan dampak
perubahan
iklim,
pelaksanaan
dan
pembiayaan kegiatan perubahan iklim,
pemantauan dan evaluasi kegiatan, serta
pengawasan kegiatan. Tabel 3 di bawah ini
menjelaskan perbedaannya.
Existing Agency
Condition of controlling agency for climate
change impact in South Kalimantan and
Central Kalimantan relatively different,
especially from existence on special
climate change agency, management
planning for climate change impact,
budgeting for climate change program,
program monitoring and evaluation.
Table 3 below describes the difference.
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
15
Aspek/
Aspect
Kalimantan Selatan/
South Kalimantan
Kalimantan Tengah/
Central Kalimantan
Instansi Khusus/
Special Agency
Tidak ada/
None
Perencanaan/
Planning
Pelaksanaan/
Implementation
Berkoordinasi dengan
Kementerian/Lembaga Teknis/
Coordinate with Ministry/Technical
Agency
Berkoordinasi dengan
Kementerian/Lembaga Teknis/
Coordinate with Ministry/Technical Agency
Pengawasan/
Monitoring
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
16
A. Data
1. Data tabular didapatkan dari BPS, namun
pengukuran
dampak
(pencemaran
lingkungan) sudah ada di BLHD.
B. Technology
B. Teknologi
1. Perangkat GIS (hardware dan software) 1. The available
sudah ada tetapi masih sangat standar
atau dengan spesifikasi minimum,
terkendala dengan alokasi pembiayaan di
daerah. Netware (web GIS) untuk sharing
informasi ke instansi lain belum
dilakukan.
2. Pemantauan lapangan sudah fasih
menggunakan GPS, tapi masih terbatas
pada skala peta yang kecil.
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
17
pengukuran
masih terbatas.
yang
dimiliki
3. Available measurement equipments are
low standards.
C. Survey lapangan
Data time series, up-to-date dan akurat
hanya pada aspek pencemaran lingkungan
sesuai Kepmen LH, belum ada data yang
dapat digunakan untuk mengetahui berapa
emisi karbon yang dikeluarkan oleh sektor
dan tindakan adaptasi yang sudah
dilaksanakan di Kalimantan Selatan. Untuk
Kalimantan Tengah, sudah fokus pada
REDD.
A. Bentuk Laporan
1. Format laporan antar SKPD berbedabeda, sulit untuk dintegrasikan.
B. Teknologi
1. Pembuatan laporan sudah menggunakan
komputer, tetapi juga
menggunakan mesin tik.
ada
yang
3. Teknologi
besar,
Plotter)
C. Mekanisme Pelaporan
1. Laporan dilakukan secara bulanan dan
direkap setiap tahun.
C. Fields Observation
Time series, up-to-date and accurate data
only reported on environment pollution as
instructed by Environment Minister. There
is no specific report on carbon emission
and action taken to reduce emission in
South Kalimantan. As for Central
Kalimantan, the regional government is
focuses on REDD.
D. Human Resources
Regional government officials do not have
knowledge and skills to calculate GRK
emission or carbon emission and compose
report on society and local government
adaptation activity in verified standard
format.
Reporting Agency (R)
A. Report Form
1. Reporting form among each SKPD
varies and difficult to integrate.
2. In time series, report compiled by SKPD
always change and inconsistent.
3. Report distribution still depends on
duplication of reports instead of
distributing in digital format. Only one to
two SKPD use digital format.
B. Technology
1. Report writing is using computer but
several agencies still use typewriter.
2. Filling form is still being conducted
manually, not online.
3. GIS
technology
is
not
being
implemented
in
writing
report,
especially information on spatial.
4. Equipments to print out report are
sufficient (big printer, plotter, etc),
especially in Regional Development
Planning Agency (Bappeda).
C. Reporting Mechanism
1. Report is conducted monthly and being
recapped annually.
2. Report is handed to governor through
provincial Bappeda.
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
18
belum
memiliki sikap (attitude) yang baik,
menempatkan laporan sebagai tanggung
jawab secara efektif dan transparan.
2. SDM
pemerintah
provinsi
hanya
memandang
laporan
sebagai
pertanggungjawaban administratif.
B. Verifikator
Belum ada instansi/lembaga/badan yang
menjadi verifikator setiap pelaporan hasil
kegiatan sektor dalam konteks adaptasi
dan mitigasi perubahan iklim. Hanya
untuk masalah keuangan oleh Badan
Keuangan
Daerah
dan
masalah
koordinasi perencanaan oleh Bappeda.
C. Mekanisme Verifikasi
Tidak seperti di Pusat, yang memiliki
UKP4 untuk memastikan mekanisme
verifikasi sektor. Di daerah provinsi belum
ada unit khusus yang melakukan
penilaian keakuratan laporan dari masingmasing dinas kepada Gubernur.
B. Verificator
There is no single institution/agency/
unit acting as verificator for reports on
climate
change
mitigation
and
adaptation. Verificator only available for
financial issue in Regional Finance
Agency and development planning
coordination in Bappeda.
C. Verification Mechanism
Unlike the central government, who has
UKP4 board to assure verification
mechanism, provincial government is
missing such unit to verify report from
governor working unit.
D. Human Resources Verifier
Regional agency has not appointed
special team to verify regional
government program or society initiative
program.
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
19
- Semua
instansi
daerah
hanya
melakukan pekerjaan terkait dengan
elemen M dan R, namun belum
terstandarisasi,
terintegrasi,
dan
konsisten.
- Adanya
keterbatasan
dalam
pengelolaan data (lack of data base
management).
- Data-data
- Konsep
b. MRV
- Reports
compiled
by
regional
agencies have different standards
while MRV system requires integrated
element.
- Standardization concept for spatial
report is in early stage of drafting by
INA-SDI Committee (Indonesia Spatial
Data Infrastructure which connects to
Regional Spatial Data Network).
b. MRV system needs standardized
approach system and measurement
methodology which can be applied on
all system. But up until now:
- There is no mitigation and adaptation
program being carried out in South
Kalimantan, leaving difficulties for
agency to analize which measurement
method is suitable. For example:
There is no measurement standard for
carbon emission reduction in mining
sector. For instance in classifying
emitter, predicting the amount of
emission from all activities in South
Kalimantan and project the total
amount of Gton to be emitted in the
future.
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
20
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
21
c. MRV
masing
instansi
sesuai
dengan
tupoksinya, tetapi belum seragam baik
cara maupun waktu pelaporannya.
- Belum
RINGKASAN EKSEKUTIF EXECUTIVE SUMMARY
resolution image.
ada
pengetahuan
dan
ketrampilan yang cukup bagi aparatur
Pemda untuk menyusun laporan
kegiatan
adaptasi
dan
mitigasi
perubahan iklim.
- Daerah
- Verifikasi
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
22
Surveyor/
Pencatat (R)/
Surveyor
Verifikator (V)/
Verificator
Pengetahuan/Knowledge
Keterampilan/Skill
Bisa menggunakan
perangkat lunak komputer
dan familiar dengan
pemograman/
Master computer software
and familiar with
programming
Berintegritas dan
kreatif/
High integrity and
creative
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
Sikap/Attitude
23
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
24
- Adaptasi
- Cross-region
Adaptation:
On
provincial level, adaptation policy for
large scale of area is needed to
anticipate climate change impact
which might hit cross-regency/city
within one province. In additon,
provincial government is expected to
create strong coordination between all
regional government under its territory
to create condusive vibe for society
and private sectors to participate in
climate
change
mitigation
or
adaptation program.
- Optimalisasi
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
25
- Keterlibatan
- Standarisasi
- Competence
Standardization:
In
measurement and reporting, human
resources involved must obtained
sertificate or acknowledgment from
related organization in terms of
mastering measurement technical for
emission. Local government can also
upgrade capability of available human
resources by implementing reward
and incentive system.
masyarakat:
Dalam
konteks verifikasi, dan juga termasuk
pengukuran dan pelaporan, apabila
dibutuhkan, perlu adanya perluasan
wilayah kerja para pelaksana dalam
kurun waktu tertentu, yaitu membuka
akses kepada konsultan independen
untuk turut serta dalam proses verifikasi
kegiatan mitigasi dan adaptasi, baik
yang berasal dari asosiasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, maupun
perguruan tinggi. Prinsipnya adalah
standar kompetensinya dapat dipenuhi.
Kompetensi:
Dalam
melaksanakan
pengukuran
dan
pelaporan, SDM harus mendapatkan
sertifikat
atau
pengakuan
dari
organisasi
yang
ditetapkan
oleh
Pemerintah dalam hal penguasaan
teknik dan metode penghitungan emisi
yang dirinci per sektor. SDM yang
sudah tersedia, juga dapat ditingkatkan
kapasitasnya dalam hal pengukuran
dan pelaporan dengan dukungan
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
26
- MRV
Legal
Bases:
In
MRV
institutional concept, it is adviced for
local governments to separate MR
from V functions. MR can be placed in
one working unit while V should be
placed in specific working unit.
Procedures on measurement and
reporting should be formulated and
implemented by technical ministry
through Join Ministry Regulation or
Presidential Regulation.
Inventarisasi Kebijakan dan Kelembagaan Dalam Rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Policy Inventory to Anticipate Climate Change Impacts
27