Anda di halaman 1dari 18

PREVALENSI

Lima provinsi dengan insiden maupun period


prevalen diare tertinggi adalah Papua,
Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan
Sulawesi Tengah. Insiden diare pada kelompok
usia balita di Indonesia adalah 10,2 persen.
Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi
adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi
Selatan, dan Banten.

Diare
Suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan
BAB lebih dari biasanya (>3x/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja lebih encer atau
berair dengan atau tanpa darah dan tanpa
lendir.

Patogenesis
Gangguan osmotic, Gangguan sekresi, Gangguan
motilitas usus
Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi
kehilangan air dan elektronik (dehidrasi) yang
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik, hipokalemi, dan
sebagainya), gangguan gizi akibat kelaparan
(masukan
makanan
kurang,
pengeluaran
bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah

Patofisiologi

Faktor infeksi
Faktor malabsorbsi
Faktor makanan
Faktor psikologis.

Klasififikasi
Diare Dehidrasi Berat
Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan
Diare Persisten
Disentri

Terapi & Obat ..


1.

Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu


memberantas bakteri penyebab diare seperti
antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
Dibawah ini adalah obat untuk penyakit diare

a. Racecordil
b. Loperamide
c. Nifuroxazide
d. Dioctahedral smectite

Terapi & Obat


2.

Obstipansia untuk terapi simtomatis


(menghilangkan
gejala)
yang
dapat
menghentikan diare dengan beberapa cara:
a. Zat penekan peristaltik
b. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir
usus
c. Adsorbensia
d. Spasmolitik

Terapi Penatalaksanaan pada Penderita


Diare
Diare kronis dapat menyebabkan hilangnya
10% cairan atau lebih dari berat badan.
Setelah buang air besar 8-10 kali dalam jangka
waktu 24 jam, untuk bayi yang berumur 2
bulan akan kehilangan cairan cukup banyak
sehingga dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi serta kegagalan kerja ginjal.

Terapi Penatalaksanaan pada Penderita


Diare
Cairan oralit sangat dianjurkan sebagai terapi
pertama untuk diare terutama bila diare terjadi
selama kurang dari 3 hari dan tidak ada tanda
demam. Tetapi bila ada tanda demam atau gejala
sistemik seperti mual dan muntah, penderita
diare dianjurkan untuk melakukan uji laboratorim
untuk mengecek ada tidaknya agen penginfeksi
seperti virus, parasit dan bakteri. Bila terdapat
tanda demam, selain diberikan oralit, penderita
juga akan diberikan terapi secara farmakologis

Tujuan pengobatan Diare


1. Memperbaiki atau mencegah kehilangan cairan dan
elektrolit serta gangguan asam dan basa
2. Menghilangkan gejala-gejala yang timbul pada saat
diare, mengidentifikasi dan mengobati penyebab
diare
3. Mengontrol penyakit lain yang juga diderita oleh
penderita diare, misalnya diabetes mellitus.

Pengobatan diare
1. Pengobatan/Terapi Non Farmakologis

Diutamakan terapi non farmakologis seperti


dietary management (mengatur pola makan)
dan mengatur cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Yang dimaksud dengan pengaturan pola makan
di sini adalah menghentikan sementara (selama
24 jam) konsumsi makanan yang sulit dicerna
oleh usus

Pengobatan Diare
2. Terapi Farmakologis

Terapi dengan menggunakan obat. Jika hasil


laboratorium menunjukkan adanya bakteri,
penderita akan diberikan antibiotik dan obat
penghilang gejala diare. Tetapi bila hasil
laboratoriumnya negatif, maka penderita
diberikan obat penghilang gejala diare, tidak
perlu antibiotik. Terapi farmakologis dapat
menggunakan obat-obat seperti antimotilitas,
adsorben, antisekretori, dan enzyme.

Obat-obat anti diare


Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan
cairan yang hilang melalui tinja dengan atau
tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain :
a. Asetosal dosis 25 mg/kg BB/hari
b. Khlorpromazin dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.
c. Attapulgit dan pektin
d. Bishmuth subsalicylate (masuk golongan
absorbensia)
e. Kaolin dan pectin (masuk golongan absorbensia)

Komplikasi Diare

Hipoglikemia
Hiponatremia
Sepsis
Kejang dan Ensefalopati
Sindrom Uremik Hemolitik
Pneumonia
Kurang Energi Protein (KEP)

Interaksi obat dengan Obat pada Penyakit


Diare
1. Adosrben Digoksin (Lanoksin),
2. Adsorben Klindamisin (Cleocin) dan Linkomisin
(Lincolin)
3. Difenoksilat (Lomotil), Loperamida (Imodium),
Paregorik Digoksin (Lanoksin).

Interaksi Obat dengan Makanan


1. Penyerapan Zink
Pada saluran pencernaan tidak lengkap dan
berkurang dengan adanya beberapa konstituen
seperti phytates. Phytates hadir dalam sereal,
jagung, kacang, dan beras, menghambat
penyerapan zink. Protein hewani dalam daging
sapi, telur, dan keju melawan efek
penghambatan phytates, sedangkan kasein
dalam susu mengurangi penyerapan zink.

Interaksi Obat dengan Makanan


2.Kotrimoxazol(sulfametoksazol, Trimethoprim)
asam folat, obat anti biotik.
Obat ini untuk pengobatan diare yang
disebabkan oleh enterotoksigenik E.coli
(antibiotic).
Sulfametoxazol menghambat
sintesis asam folat dan pertumbuhan bakteri
dengan menghambat susunan asam dihidro
folat dari asam para-aminobenzen

Obat Antibiotik
1. Sefalosporin, penisilin minum saat lambung kosong untuk
mempercepat absorpsi
2. Eritromisin jangan minum bersama jus buah atau anggur
menurunkan efektivitas obat
3. Tetrasiklin produk susu menurunkan efektivitas obat.
4. Linkomisin makanan menurunkan kadar plasma hindari

Anda mungkin juga menyukai