Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Fieldtrip mineralogi kali ini disatukan dengan fieldtrip geologi dasar yang
dilaksanakan di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Bayat adalah
sebuah kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kecamatan ini berbatasan
dengan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan. 1.
Kondisi Umum Kecamatan Bayat
Secara umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di sebelah
utara Kampus Lapangan terutama di sisi utara jala raya Kecamatan Wedi yang
disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan area di sebelah selatan
Kampus Lapangan yang merupakan wilayah Pegunungan Selatan (Southern
Mountains).

Gambar 1(Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah)

Praktikan mengunjungi 4 stasiun pengamatan (4 STA) yaitu :


1. STA 1 berada di Gunung Pendul, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Dari
kampus FMIPA UTARA berangkat pukul 07.15 WIB tiba di STA 1 LP 1
sekitar jam 08.30 lalu melakukan pengamatan sampai pukul 09.00 WIB,
kemudian berpindah ke LP 2 yang masih sama di Gunung Pendul yang
kemudian selesai pukul 09.30 WIB.
2. STA 2 berada di Watuprau Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten
Klaten. Tiba pukul 10.05 WIB langsung melakukan pengamatan hingga pukul
11.05 WIB, kemudian berpindah ke LP 2 dan selesai pukul 12.05 WIB untuk
istirahat sejenak.
3. STA 3 berada di Desa Jokotua , Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten tiba
pukul 13.10 WIB dan langsung melakukan penelitian hingga pukul 13.55
WIB , kemudian berpindah ke LP 2 dan selesai pukul 14.30.
4. STA 4 berada di Gunung Temas, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten tiba
pukul 14.45 WIB dan langsung melakukan penelitian di STA 4 kali ini hanya
ada 1 LP setelah dari STA terakhir ini dilanjutkan dengan perjalanan pulang.
B. Maksud dan Tujuan
Dilaksanakannya fieldtrip kali ini mempunyai maksud dan tujuan yaitu untuk
mengetahui lebih lnjut mengenai bagaimana terbentuknya mineral dari Stasiun
Pengamatan (STA) yang dikunjungi, mengetahui lebih mendalam awal mula
terbentuknya geomorfologi dari masing masing Stasiun Pengamatan (STA) yang
membantu untuk mengetahui mineral dan proses pebentukannya.
C. Perlengkapan Foto dan Gambar
1. Kompas Geologi (Kompas Brunton) digunakan untuk menentukan arah
daerah pengamatan pada setiap Stasiun Pengamatan yang dikunjungi dan
digunakan untuk memplot posisi kita berada di peta, menentukan arah utara
dalam menentukan batas batas dari stasiun pengamatan, juga untuk mengukur
strike dan dip pada struktur batuan.
2. Lup digunakan untuk mengamati mineral mineral yang tidak tidak terlihat
pada setiap stasiun pengamatan.
3. Palu Geologi digunakan untuk mengambil sampel batuan yang berada pada
setiap stasiun. Pada fieldtrip kali ini digunakan palu geologi tipe Chisel Point
yang berfungsi untuk megambil sampel batuan yang berlapis lapis pada
batuan sedimen juga batuan metamorf.
4. HCL 0,1 M digunakan untuk membedakan batuan yang mengandung mineral
karbonatan atau tidak pada setiap stasiun

5. Plastik Sampel digunakan untuk tempat sampel mineral ataupun batuan yang
diambil pada masing masing stasiun
6. Kamera digunakan untuk mengambil gambar dan bukti penguat tentang
pengamatan yang dilakukan di setiap stasiun
7. Kertas labe digunakan untuk memberi nama sampel dari batuan yang diambil
di setiap stasiun.
8. Kapur tulis digunakan untuk menebalkan arah strike pada batuan.
9. Alat uji kekerasan digunakan untuk mengetahui skala mohs dari setiap
mineral yang ditemukan di setiap stasiun pengamatan.
10. Buku catatan lapangan yang digunakan untuk menuliskan pengamatan
pengamatan yang dilakukan
11. Pena dan pensil HB digunakan sebagai alat untuk mencatat hasil pengamatan
yang telah dilakukan
12. OHP marker digunakan untuk memberikan nama sampel batuan.
13. Clipboard digunakan untuk alas menulis hasil pengamatan serta sebagai alat
bantu untuk mengukur strike dan dip
14. Mika bening digunakan sebagai pelindung laporan saat hujan.
15. Tabel Skala Wentworth digunakan untuk mengidentifikasi batuan yang
ditemukan di beberapa stasiun.
16. Peta Topografi digunakan untuk mengetahui tempat kita berada dengan
batuan kompas geologi
17. Ponco digunakan untuk melindungi kita dari hujan saat pengambilan data di
lapangan
18. Komparator butir digunakan untuk membantuk kita dalam menentukan batuan
batuan di setiap stasiun pengamatan yang di jumpai
19.Topi digunakan untuk melindungi kepala dari panas matahari.

BAB II
Geomorfologi Daerah Fieldtrip
1. Kondisi Geomorfologi
Bayat terletak kurang lebih 20 kilometer sebelah selatan kota Klaten. Secara
administratif termasuk wilayah kecamatan Bayat dan kecamatan Wedi. Secara
geografis (dalam lembar peta perbukitan Jiwo dan sekitarnya) terletak antara: 110
3633 BT-110 4124 BT dan 07 4357 LS 07 4920.
Daerah yang dikenal dengan perbukitan Jiwo tersebut, dikelilingi oleh daratan
aluvial secara fisiografi termasuk dalam zona depresi tengah pulau Jawa(solo subzone),
dibagian selatan dibatasi oleh zona pegunungan selatan(Van Bemmelen,1949), yang
dikenal dengan perbukitan Baturagung.

1.1 Perbukitan Jiwo


Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre Tertiary dan Tertiary di sekitar
endapan Quartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang berasal dari
G. Merapi. Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di
atas muka air laut, sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu perbukitan rendah.
Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur
yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent. Sungai
Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat, semula mengalir ke arah
South-Southwest, berbelok ke arah East kemudian ke North memotong perbukitan
dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast. Sungai Dengkeng ini merupakan
pengering utama dari dataran rendah di sekitar Perbukitan Jiwo.Gambar . Pembagian
fisiografi daerah Bayat di mana Perbukitan Jiwo Barat dan Timur dipisahkan oleh
Sungai Dengkeng. Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat
air yang mengalir dari lembah G. Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan.
Genangan air ini, di utara Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari
lahar. Sedangkan di selatan atau pada bagian lekukan antarbukit di Perbukitan Jiwo
merupakan endapan air tenang yang berupa lempung hitam, suatu sedimen Merapi
yang subur ini dikeringkan (direklamasi) oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk
dijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini dilakukan degan cara membuat saluransaluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah G. Merapi

akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran rendahnya yang semula berupa
rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang digunakan untuk perkebunan.
Sebagian dari rawayang semula luas itu disisakan di daerah yang dikelilingi Puncak
Sari, Tugu, dan Kampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai Rawa Jombor. Rawa yang
disisakan itu berfungsi sebagai tendon untuk keperluan irigasi darah perkebunan di
dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur.
Untuk mengalirakan air dari rawa-rawa tersebut, dibuat saluran buatan dari
sudut Southwest rawa-rawa menembus perbukitan batuan metamorfik di G. Pegat
mengalir ke timur melewati Desa Sedan dan memotong Sungai Dengkeng lewat
aqueduct di sebelah seatan Jotangan menerus ke arah timur.
Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan
memanjang dengan punggung yang tumpul sehingga kenampakan punca-puncak
tidak begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga aluralurnya tidak banyak dijumpai (Perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan TuguKampak di Jiwo Barat). Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorfik
perbukitannya menunjukkan relief yang lebih nyata dengan tebing-tebing yang
terbiku kuat. Kuatnya hasil penorehan tersebut menghasilkan akumulasi endapan
hasil erosi di kaki perbukitan ini yang dikenal sebagai colluvial. Puncak-puncak
perbukitan yang tersusun dari batuan metamorfik terlihat menonjol dan beberapa
diantaranya cenderung berbentuk kerucut seperti puncak Jabalkat dan puncak
Semanggu. Daerah degan relief kuat ini dijumpai daerah Jiwo Timur mulai dari
puncak Konang kea rah timur hingga puncak Semanggu dan Jokotuo. Daerah di
sekitar puncak Pendul merupakan satu-satunya tubuh bukit yang seluruhnya tersusun
oleh batuan beku. Kondisi morfologinya cukup kasar mirip perbukitan metamorfik
namun relief yang ditunjukkan puncaknya tidak sekuat perbukitan metamorfik.

1.2 Daerah Jiwo Barat


Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G. Sari, G.
Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan G. Tugu memiliki
litologi batugamping berlapis, putih kekuningan, kompak, tebal lapisan 20 40 cm.
Di daerah G. Kampak batugamping tersebut sebagian besar merupakan suatu tubuh
yang massif, menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks terumbu (reef). Di
antara G. Tugu dan G. Sari batugamping tersebut mengalami kontak langsung dengan
batuan metamorfik (mica schist).

Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-selatan yang


diwakili oleh puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan Tugu dengan
di bagian paling utara membelok ke arah barat yaitu G. Kampak.
Batuan metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G. Sari, G. Kebo,
G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara umum berupa sekis mika, filit,
dan banyak mengandung mineral kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. Kebo, dan G.
Merak pada sekis mika tersebut dijumpai bongkah-bongkah andesit dan mikrodiorit.
Zona-zona lapukannya berupa spheroidal weathering yang banyak dijumpai di tepi
jalan desa. Batuan beku tersebut merupakan batuan terobosan yang mengenai tubuh
sekis mika . singkapan yang baik dijumpai di dasar sungai-sungai kecil yang
menunjukkan kekar kolom (columnar joint).
Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit, sekis talk,
terdapat mieral garnet, kuarsit serta marmer di sekitar G. Cakaran, dan G. Jabalkat.
Sedangkan pada bagian puncak dari kedua bukit itumasih ditemukan bongkahbongkah konglomerat kuarsa. Sedangkan di sebelah barat G. Cakaran pada area
pedesaan di tepian Rawa Jombor masih dapat ditemukan sisa-sisa konglomerat kuarsa
serta batupasir. Sampai saat ini batuan metamorfik tersebut ditafsirkan sebagai batuan
berumur Pre-Tertiary, sedagkan batupasir dan konglomerat dimasukkan ke dalam
Formasi Wungkal.
Di daerah ini dijumpai dua inlier (isolated hill) masing-masing di bukit
Wungkal dan bukit Salam. Bukit Wungkal semakin lama semakin rendah akibat
penggalian penduduk untuk mengambil batu asah (batu wungkal) yang terdapat di
bukit tersebut.

1.3 Daerah Jiwo Timur


Daerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang merupakan
deretan perbukitan yang terdiri dari Gunung Konang, Gunung Pendul, Gunung
Semangu, Di lereng selatan Gunung Pendul hingga mencapai bagian puncak,
terutama mulai dari sebelah utara Desa Dowo dijumpai batu pasir berlapis, kadang
kala terdapat ragmen sekis mika ada di dalamnya. Sedangkan di bagian timur
Gunung Pendul tersingkap batu lempung abu-abu berlapis, keras, mengalami
deformasi lokal secara kuat hingga terhancurkan.
Hubungan antar satuan batuan tersebut masih memberikan berbagai
kemungkinan karena kontak antar satuan terkadang tertutup oleh koluvial di daerah
dataran. Kepastian stratigrafis antar satuan batuan tersebut barn dapat diyakini jika

telah ada pengukuran umur absolut. Walaupun demikian berbagai pendekatan


penyelidikan serta rekontruksi stratigrafis telah banyak dilakukan oleh para ahli.
Daerah perbukitan Jiwo Timur mempunyai puncak-puncak bukit berarah
barat-timur yang diwakili oleh puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas, Gunung J
okotuo dan Gunung Temas. Gunung Konang dan Gunung Semangu merupakan tubuh
batuan sekis-mika, berfoliasi cukup baik, sedangkan Gunung Pendul merupakan
tubuh intrusi mikrodiorit. Gunung Jokotuo merupakan batuan metasedimen (marmer)
dimana pada tempat tersebut dijumpai tanda-tanda struktur pense saran. Sedangkan
Gunung Temas merupakan tubuh batu gamping berlapis.
Di sebelah utara Gunung Pendul dijumpai singkapan batu gampmg
nummulites, berwarna abu-abu dan sangat kompak, disekitar batu gamping
nummulites tersebut terdapat batu pasir berlapis. Penyebaran batugamping
nummulites dijumpai secara setempat-setempat terutam di sekitar desa Padasan,
dengan percabangan ke arah utara yang diwakili oleh puncak Jopkotuo dan Bawak.
Di bagian utara dan tenggara Perbukitan Jiwo timur terdapat bukit terisolir
yang menonjol dan dataran aluvial yang ada di sekitamya. Inlier (isolited hill) ini
adalah bukit Jeto di utara dan bukit Lanang di tenggara. Bukit Jeto secara umum
tersusun oleh batu gamping Neogen yang bertumpu secara tidak selaras di atas batuan
metamorf, sedangkan bukit Lanang secara keseluruhan tersusun oleh batu gamping
Neogen.

1.4 Daerah Pegunungan selatan


Di sebelah selatan Kampus Lapangan hingga mencapai puncak Pegunungan
Baturagung, secara stratigrafis sudah tennasuk wilayah Pegunungan Selatan. Secara
struktural deretan pegunungan tersebut, pada penampang utara-selatan, merupakan
suatu pegunungan blok patahan yang membujur barat-timur.
Untuk daerah di sekitar kampus lapangan, litologi yang dijumpai merupakan
bagian dari Fonnasi Kebo, Butak dan Semilir. Beberapa lokasi singkapan penting
penting antard lain sekitar Lanang dan desa Tegalrejo dijumpai batu pasir tufan
dengan sisipan serpih. Di selatan desa Banyuuripan, yaitu desa Kalisogo, ditemukan
breksi autoklastik dengan pola retakan radial yang ditafsirkan sebagai produk
submarine breccia. Semakin ke selatan, sekitar desa Tanggul, Jarum dan Pendem,
terdapat singkapan endapan kip as aluvial. Di bagian barat daya, sekitar desa
Tegalrejo, dijumpai batu pasir berlapis dengan pelapukan mengulit bawang. Di
bagian timumya terdapat batu lempung abu-abu dengan zona kekar.

Naik ke arah puncak Baturagung, perlapisan- perlapisan batuan sedimen akan


dijumpai dengan baik, dapat berupa batu pasir, batu lempung, batu pasir krikilan, batu
pasir tufa maupun sisipan breksi. Pengamatan sepanjang jalan ini sangat penting
untuk melacak keaadaan strtigrafis serta struktur geologi di daerah selatan Kampus
Lapangan.
2. Kondisi Stratigrafi Regional Bayat
Sampai saat ini penamaan suatu batuan di perbukitan Jiwo pada dasarnya
mengikuti penamaan yang diusulkan oleh Bothe(1929),meskipun sebenarnya banyak
penelitian yang lebih baru,tetapi belum dikenal secara luas, sebagaimana halnya
penamaan beberapa formasi baru oleh Wartono Rahardjo(1994).
Secara stratigrafi daerah Bayat disusun oleh satuan batuan sebagai berikut :
1. Kelompok Batuan Metamorf Pra-tersier
Di atas seri batuan sedimen Tersier, terdapat suatu kelompok sedimen yang
sudah agak mengeras. Karena kelompok sedimen ini pembentukannya masih
berlanjut hingga saat ini, maka secara keseluruhan sedimen ini disebut sebagai
Endapan Kuarter. Penyebarannya meluas mulai dari daerah Timur Laut
Wonosari hingga daerah depresi Wonogiri-Baturetno.
2. Formasi Gamping Wungkal
3. Formasi Kebo Butak,
Formasi ini secara umum terdiri dari konglomerat, batu pasir dan batu lempung
yang mengendap.
4. Formasi Semilir
Secara umum Formasi ini tersusun oleh batu pasir dan batu lanau yang bersifat
tufan, ringan, kadang-kadang dijumpai selaan breksi vulkanik.
5. Formasi Nglangran
Formasi nglanggran dicirikan oleh penyusun utama berupa breksi dengan
penyusun material vulkanik dan tidak menunjukkan perlapisan yang baik
dengan ketebalan yang cukup besar.
6. Formasi Sambipitu

Formasi sambipitu tersusun oleh batu pasir yang bergradasi menjadi batu lanau
atau batu lempung
7. Formasi Oyo dan Wonosari
Formasi ini terdiri terutama dari batu gamping dan napal. Penyebarannya
meluas hampir setengah bagian selatan dari pegunungan selatan memanjang ke
arah timur, membelok ke arah utara di sebelah timur perbukitan Panggung
hingga mencapai bagian barat dari daerah depresi Wonogiri-Baturetno.

Table 1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan Menurut beberapa peneliti

10

BAB III
ISI
A. Stasiun Pengamatan 1 (STA 1)
Informasi Lokasi
1. Lokasi Pengamatan
Lokasi STA 1 terletak di sebelah utara Gunung Pendul, Kecamatan
Bayat, Kabupaten Klaten

Gambar 2 Citra Satelit STA 1

2. Waktu Pengamatan
- Lokasi Pengamatan (LP 1) : 08.30 08.55 WIB(7o 46 19,9 LS 110o
40 28,5 BT)
- Lokasi Pengamatan (LP 2) : 09.00 09.20 WIB(7o 46 19,9 LS 110o
40 28,5 BT)
3. Cuaca
Cuaca ketika pengamatan pada STA 1 ini adalah kondisi mendung akan
turun hujan.
4. Batas Batas

11

Gambar 3. Arah utara STA 1 LP 1(batas morfologi)

Lokasi pengamatan STA 1 . LP 1 berbatasan dengan


1. Utara : Vegetasi
2. Timur: Bukit
3. Selatan: Bukit
4. Barat : Perumahan Warga

12

Deskripsi Mineral
Pada STA 1 LP 1 ini dapat ditemukan batuan mikrodiorit yang fenokris
dari batuan diorite ini tidak dapata dilihat kasat mata yang dinamakan
diabass,

Gambar 4. Lokasi STA 1 LP 1 Gunung Pindul

Mineral yang ditemukan pada batuan diabass ini adalah mineral


Plagioklas dan mineral Piroksen yang saling menyilang, oleh karena
itu batuan diabass ini memiliki struktur yang unik akibat dari
penyilangan kedua mineral tersebut.

13

Gambar 5. Mineral Mineral penyusun batuan diabass

Mineral Plagioklass juga mineral Piroksen merupakan penyusun


utama dari batuan diabass tersebut. Yang menyebabkan struktur nya
unik adalah karena kedua mineral tersebut tumbuh dalam ruang dan
waktu yang bersamaan dan membuat kedua mineral tersebut saling
menyilang.
Mineral Piroksen ini mempunyai warna hitam dengan kilap kaca dan
sifat kemagnetan yang diamagnetic dan merupakan mineral penciri
basa
Mineral Plagioklass mempunyai warna putih dengan kilap kaca dan
sifat kemagnetan diamagnetic dan merupakan mineral penciri asam.
Mineral Pirit yang dijumpai praktikan berwarna kuning. Mineral ini
juga berkilap logam. Praktikan agak kesulitan dalam mencari pirit
dalam batuan mikrodiorit karena kandungan pirit hanya sedikit dalam
batuan mikrodiorit. Ukuran yang ditemukan pun hanya berkisar 2 mm.

Mineral Kalsit, Untuk mengidentifikasi mineral ini perlu dilakukan


uji HCl. Mineral ini reaktif dengan HCl sehingga mudah diidentifikasi
oleh praktikan. Mineral ini memiliki warna putih dan memiliki kilap
kaca.
Mineral Kalsit
Pada lokasi pengamatan ini juga ditemukan mineral calice. Mineral ini
memiliki warna putih kecoklatan dan berbentuk seperti lelahan lilin.

14

Genesa
Batuan Diabass ini memiliki struktur massif dan berwarna abu abu
yang membuat sifatnya menjadi intermediet., Oleh karena mineral
Piroksen yang lebih dominan pada batuan diorite tersebut
mengakibatkan batuan diabass menjadi batuan asam dan terbentuk
akibat proses eksogenik(saat diluar) dan endogenic(morfologi) dari
lempeng. Ada juga Clay yang merupakan pelapukan dari mineral
feldspar karena syarat utama terjadi nya pelapukan ini adalah adanya
feldspar yang cukup juga adanya pengaruh hujan atau hadirnya
mineral kalsit.
Batuan Diabass merupakan batuan intrusif dangkal karena ukuran
Kristal kecil plagioklasnya dan ini mungkin dulunya adalah daerah
vulkanik.
Pada batuan beku tersebut terjadi pelapukan membola yang biasa
disebut speroidal dengan diameter batuan yang masih segar sebesar 14
cm dan batuan yang terlapukan berdiameter 22 cm. Dari data tersebut
diketahui bahwa mulanya berdiameter 22 cm kemudian mengalam
pelapukan sehingga diameter berkurang menjadi 14 cm.

15

Gambar 6. Pelapukan membola batuan beku diabass

Pada batuan beku ini dapat dijumpati beberapa mineral sekunder


seperti pirit yang terjadi akibat alterasi hidrotermal dan kalsit yang
tumbuh sebagai urat maupun hasil presipitasi. Sayang praktikan tidak
sempat memfoto mineral mineral tersebut karena kekurangan waktu
dalam melakukan pengamatan.

5. Batas batas :
STA 1 LP 2 dibatasi oleh:
o Utara : Perkebunan Warga
o Timur: Bukit dan Perkebunan Warga
o Selatan: Vegetasi
o Barat: Bukit

16

Gambar 7 Arah utara LP 2 (diambil dari kelompok 7)

Deskripsi Mineral
Pada STA 1 LP 2 ini hanya ditemukan mineral penyusun batuan sedimen
yang berukuran pasir halus hingga lempung yang berwarna putih, Pada LP
2 ini mineral berukuran sangat kecil yang tidak bisa diamati oleh mata
telanjang harus menggunakan mikroskop. Mineral ini sebagai semen dan
matrik batuan sedimen di LP 2 ini.

17

Gambar 8. Penampakan Batuan sedimen

Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa sangat sulit untuk melihat mineralnya.

Genesa
Mineral pada batuan sedimen ini terbentuk karena adanya proses fluvial
yang bereperan didalamnya sehingga dapat dilihat butirannya seragam.
Batupasir terbentuk karena adanya pengendapan dan sedimentasi pada
butiran pasir sehingga bergabung dan terkompaksi menjadi satu
membentuk batupasir. Dan material pasir tersebut didapat dari hasil erosi
batuan dan juga dapat berasal dari proses vulkanisme

B. Stasiun Pengamatan 2 (STA 2)


Informasi Lokasi
1. Lokasi Pengamatan
Lokasi STA 2 terletak di Watuprau, Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat,
Klaten, Jawa Tengah (
7o 46 6,3 LS 110o 40 8,6 BT

18

Gambar 9 Citra Satelit STA 2

2. Waktu Pengamatan
- Lokasi Pengamatan (LP 1) : 11.00 11.30 WIB
- Lokasi Pengamatan (LP 2) : 11.30 12.00 WIB
3. Cuaca
Cuaca ketika pengamatan pada STA 2 ini adalah cerah
4. Batas Batas

19

Gambar 10. Arah utara STA 2 LP 1(batas morfologi)

Lokasi pengamatan STA 2. LP 1 berbatasan dengan


1. Utara : Bukitan
2. Timur: Bukit
3. Selatan: Bukit
4. Barat : Perumahan Warga

Deskripsi Mineral
LP 2.1 ditemukan mineral kalsit yang mempunyai ciri ciri kalsit
memiliki:
- Warna: colorless atau putih
- Kilap: kaca
- Cerat: putih
- Skala Mohs: 3
- Pecahan konkoidal
- Diafenitas: transparan to translusen
- Sistem kristaln: heksagonal.
Kalsit yang ditemukan di LP 2.1 memiliki warna putih dengan kilap
kaca dan kemagnetan berupa diamagnetik serta bereaksi dengan HCl.
Ditemukan juga Batuan ekstrusif kuarsit yang terdiri dari mineral
kuarsa. mineral kuarsa memiliki
- Warna: colorless atau putih
- Kilap: kaca
- Cerat: putih
- Skala mohs: 7
- Kemagnetan: Diamagnetik
20

Belahan 3 arah
Pecahan: konkoidal
Diafenitas: transparan menuju translusen
Sistem kristalnya : heksagonal.

Gambar 11. Mineral Kuarsa yang berada di batugamping

Kuarsit yg ditemukan di batuan berbentuk urat kuarsit di batuan. Terdapat


pula mineral berukuran pasir yang menjadi semen atau matriks pada
batupasir yang ditemukan pada LP 2.1.
Mineral yang ditemukan pada batuan diabass ini adalah mineral
Plagioklas dan mineral Piroksen yang saling menyilang, oleh karena itu
batuan diabass ini memiliki struktur yang unik akibat dari penyilangan
kedua mineral tersebut.

Genesa
Pada LP 2.1 Kalsit ditemukan di batugamping yang dikandung oleh
batugamping yang berbentuk fosil nummulites sp yang merupakan hasil
dari rekristalisasi.

21

Gambar 12. Batugamping Watuprau

Kuarsa ditemukan dalam batuan metamorf kuarsit yang terbentuk akibat


tekanan dan suhu yang tinggi sehingga menghasilkan mineral resistansi
yang tinggi
Kuarsit ditemukan sebagai mineral sekunder dalam bentuk urat yang
diakibatkan gaya yang bekerja pada batuan yang kemudian terisi oleh
fluida yang memiliki kuarsa di dalamnya. Keberadaan urat kuarsit karena
adanya gaya pada batuan yang menyebabkan adanya kekar Tarik yang
dicirikan dengan arah kekar yang sejajar dan terisi oleh fluida yang
memiliki kandungan kuarsa di dalam urat kuarsa.
5. Batas Batas
STA 2 LP 2 dibatasi oleh:
o
o
o
o

Utara : Perbukitan
Timur: Gunung Semangu
Selatan: Gunung Pendul
Barat: Perumahan Warga

22

Gambar 13 Arah utara LP 2

Deskripsi Mineral
Pada STA 2 LP 2 ditemukan beberapa mineral mika, muskovit, dan kuarsa
yang terkandung didalam metamorf-filit dan sekis. Ada pula batuan
metamorf berupa marmer yang terisi oleh kuarsit yang mineral
penyusunnya berasal dari kuarsa. Semua mineral ini dibuktikan dengan
menetesi nya dengan HCL dan semua itu tidak bereaksi dan membuktikan
bahwa mineral mineral diatas bukan termasuk golongan karbonat.

23

Gambar 14. Penampakan Mineral mineral pada batuan marmer

Genesa
Kuarsa, mika, albit, dan klorit terkandung dalam batuan metamorf filit.
Kuarsit dalam perlapisan filit tidak mendapatkan tekanan karena kuarsit
yaitu mineral kuarsa memiliki ketahanan yang tinggi. Mineral muskovit
ini terbentuk akibat tekanan tinggi sehingga batuannya memiliki struktur
foliasi yang baik.
Dapat diduga bhwa dulunya daerah ini adalah laut dangkal yang
mengalami proses metamorfisme dengan sisipan marmer dan kuarsa yang
kemudian menjadi sekis. Karena laut dangkal, maka dapat diduga bahwa
batuan penyusunnya adalah batupasir, batulempung, dan batugamping
yang kemudian mendapat tekanan dan membuat mineral silica tberubah
menjadi mika dan membentuk foliasi. Kelebihan unsur silikat dan oksigen
pada mika berkumpul dan membentuk kuarsa.

C. Stasiun Pengamatan 3 (STA 3)


Informasi Lokasi
1. Lokasi Pengamatan
Lokasi STA 3 terletak di Situs Jokotuo , Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa
Tengah 7o 45 49 LS 110o 40 31 BT

24

Gambar 15 Citra Satelit STA 2 dan STA 3

2. Waktu Pengamatan
- Lokasi Pengamatan (LP 1) : 13.10 13.40 WIB
- Lokasi Pengamatan (LP 2) : 13.55 14.25 WIB
3. Cuaca
Cuaca ketika pengamatan pada STA 3 ini adalah gerimis
4. Batas Batas

25

Gambar 16. Arah utara STA 3 LP 1(batas morfologi)

Lokasi pengamatan STA 3. LP 1 berbatasan dengan


1. Utara : Vegetasi
2. Timur: Vegetasi
3. Selatan: Kebun Warga
4. Barat : Vegetas

Deskripsi Mineral
LP 3.1 ditemukan mineral yang berukuran sangat kecil yang tidak bisa
diamati kasat mata. Mineral yang terdapat di batuan sedimen yang ditemui
ini mengisi batuan sebagai matriks dan semennya dan ukuran dari mineral
ini adalah pasir hingga lempung.

26

. Gambar 17. Mineral mikroskopis yang berada pada batuan beku

Genesa
Batuan yang terdapat di lokasi pengamatan 3.1 kebnyakan merupakan
batuan sedimen, berarti daerah pengamatan kali ini ialah hasil dari
sedimentasi material - material berukuran lempung, lanau dan pasir.
Material material terseebud ditransportasikan oleh agen agen transport dan
terendapkan melalui proses lithifikasi menjadi batuan sedimen. Mineral
mineral tersebut telah mengalami perjalanan yang jauh dan lama yang
mengakibatkan ukuran butir dan bentuk butir menjadi seragam dank arena
itu mineral mineral tersebut menjadi mikro yang sulit diamati oleh mata
telanjang.
5. Batas Batas

STA 3 LP 2 dibatasi oleh:


o
o
o
o

Utara : Vegetasi
Timur: Vegetasi
Selatan: Kebun Warga
Barat: Vegetasi

27

Gambar 18 Arah utara LP 2 (diambil dari kelompok 1)

Deskripsi Mineral
Pada STA 3 LP 2 ini ditemukan mineral grafit yang jumlahnya sekitar
lebih dari 50% LP 2 ini yang memiliki ciri ciri hitam dan kilap kaca,
kemagnetannya diamagnetic dan sifat dalamnya brittle,diafenitasnya opak
dan pecahaannya uneven, komposisi kimianya adalah karbon
Disamping itu ditemukan mineral pirit berwarna kuning karat seperti
tembaga dan tebal sekitar 2 mm. Tapi sayang praktikan tidak dapat
menemukan mineral ini hanya mendengar dari dosen pembimbing saja.

28

Gambar 19. Penampakan Grafit

Genesa
Grafit adalah mineral yang dapat berasal dari batuan beku, sedimen, dan
metamorf. Mineral Grafit di situs Jokotuo terbentuk pada batuan metamorf
baik pada metamorfisme regional dan muncul akibat dari pengurangan
batuan sedimen senyawa karbon selama metamorfisme.
D. Stasiun Pengamatan 4 (STA 4)
Informasi Lokasi
1. Lokasi Pengamatan
Lokasi STA 4 terletak di Situs Gunung Temas , Kecamatan Bayat, Klaten,
Jawa Tengah ( 746'3.42"S, 11040'41.55"E)

29

Gambar 20 Citra Satelit STA 4

1. Waktu Pengamatan
- Lokasi Pengamatan (LP 1) : 15.00 15.30 WIB
2. Cuaca
Cuaca ketika pengamatan pada STA 4 ini adalah gerimis
3. Batas Batas

30

Gambar 21. Arah utara STA 4 LP 1(batas morfologi)

Lokasi pengamatan STA 4. LP 1 berbatasan dengan


1. Utara : Vegetasi
2. Timur: Perumahan Warga
3. Selatan: Vegetasi
4. Barat : Perumahan Warga

Deskripsi Mineral
Pada STA 4 ini hanya dilakukan pada satu LP dan teridentifikasi mineral
berwarna putih dan berekasi kuat dengan HCL dan mineral itu adalah
kalsit.

31

Gambar 21. Penampakan kalsit pada formasi batugamping

Genesa
Formasi batugamping yang berada di sekitar perbukitan temas ini
mempunyai struktur geologi yang unik karena pada bagian dasar formasi
nya masih rata dan berlapis tidak laminasi tetapi pada bagian tengah
menjadi tidak teratur mungkin disebabkan oleh karena penerobosan
magma atau terjadinya proses metamorfisme tekanan (dinamik) sehingga
muncul mineral yang mempunyai resistensi tinggi terhadap tekanan yaitu
mineral kalsit yang keluar ke permukaan karena tidak tahan akan
tekanan itu sehingga yang dapat diidentifikasi pada formasi batugamping
ini hanya kalsit yang tahan terhadap resistensi

32

BAB IV
Kesimpulan
Pada Fieldtrip mineralogy ini praktikan mengunjungi 4 STA yang berada di
Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Tempat yang praktikan amati yaitu Utara
Gunung Pindul, Situs Watuprau, Situs Jokotuo, Gunung Temas. Dari keempat tempat
yang sudah dikunjungi dapat disimpulkan bahwa:
1. Stasiun Pengamatan 1 (STA 1) terletak di daerah utara Gunung Pindul Batuan
Diabass merupakan batuan beku intrusif yang mengalami proses eksogenik
juga endogenic yang kemudian muncul ke permukaan dan mengalami
pelapukan membola, Mineral mineral yang berada pada batuan ini muncul
pada saat batuan diabass masih berada di dalam kerak bumi yaitu plagioklass
juga piroksen yang kemudian muncul ke permukaan bola yang kemudian
terjadi pelapukan membola menjadi clay yang syarat utamanya harus ada
mineral feldspar dan juga curah hujan yang tinggi.
Pada LP 2 batuan sedimen ini mengalami sortasi yang sangat baik yang
kemudian batuan sedimen menjadi halus yang berimbas pada mineral menjadi
mikroskopis yang tidak bisa diamati oleh mata telanjang.
2. Stasiun Pengamatan 2 (STA 2) terletak di situs Watuprau Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten. Di LP 1 ditemukan mineral kuarsa yang berada di batuan
metamorf dan di LP 2 ditemukan batuan marmer yang mengandung mineral
mineral mika, muskovit, dan kuarsit
3. Stasiun Pengamatan 3 (STA 3) terletak di Situs Jokotuo di LP 1 untuk
menemukan mineral sangat sulit keadaannya persis seperti di STA 1 LP 2 yan
berbentuk mikroskopis tapi dari segi geologi dasar dapat terlihat hokum
superposisi dan terlihat stratigrafinya. LP 2 ditemukan mineral grafit yang
sangat berlimpah di LP 2 ini yang di dalamnya terdapat mineral pirit juga
walaupun kecil juga ada kuarsti di batuan sebelah utaranya
4. Stasiun Pengamatan 4 (STA 4) terletak di daerah Gunung Temas Kecamatan
Bayat, Kabupaten Klaten disini terdapat formasi batuan gamping yang telah
melalui proses metamorf dinamik akibat tekanan dan memunculkan mineral
kuarsit yang muncul dari permukaan forrmasi batugamping yang tahan akan
resistensi.

33

BAB V
Daftar Pustaka
Kuarsa. http://id.wikipedia.org/wiki/Kuarsa. Diunduh tgl 21 Mei 2014 (00.15 WIB)
Geologi struktur. http://www.tekmira.esdm.go.id. Diunduh tgl 21 Mei 2014 (03.00
WIB)
Staff Asisten Geologi Fisik. 1989.Pedoman Praktikum Geologi Fisik Edisi Keempat.
Yogyakarta: Seksi Geologi Fisik Laboratorium Geodinamis, Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Bayat. http://geologistruktur.blogspot.com/2011/02/indonesia.html. Diunduh tgl 20
Mei 2014 (19.00 WIB)

34

Anda mungkin juga menyukai