Padang
ABSTRAK
(Leccy Feni Arza, NPM : 1110005600104,
Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa Padang,)
Pajak adalah adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak)
untuk menutupi pengeluaran rutin negara oleh biaya pembangunan tanpa balas jasanya tidak
dapat diberikan secara langsung kepada pembayarnya sedangkan pembayarannya perlu
dipaksakan. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang
pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Adapun permasalahannya
adalah Bagaimana pelaksanaan pengelolaan pajak daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kota Padang, Apa kendala dalam pengelolaan pajak daerah di Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Padang, Bagaimana mengatasi kendala dalam
pengelolaan pajak daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Padang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat yuridis sosiologi, yakni pendekatan
masalah melalui penelitian hukum dengan mengamati kenyataan hukum dalam praktek di
lapangan Upaya yang dilakukan dalam peningkatan pengelolaan Pajak Daerah, Melakukan
pengawasan langsung kepada objek-objek pajak. Melakukan penyuluhan perpajakan kepada
masyarakat maupun aparat pelaksana pengelolaan pajak, Meningkatkan pelayanan
perpajakan kepada masyarakat yang membayar pajak dan penyederhanaan prosedur dan
administrasi pengelolaan pajak daerah, Melakukan penyempurnaan atau perubahan terhadap
peraturan daerah yang tidak sesuai lagi, Meningkatkan pengawasan dan pengendalian
pengelolaan keuangan daerah terhadap penyimpangan prosedur sesuai dengan ketentuan yang
dapat merugikan pemerintahan daerah, baik secara yuridis, teknis maupun penatausahaan.
Kata Kunci:Pengelolaan, Pajak Daerah
A. Latar Belakang
Dalam era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua Undang-Undang ini merupakan perwujudan atas
penyelenggaraan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata dan
bertanggung jawab kepada daerah secara proposional diwujudkan dalam bentuk, pembagian
dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta adanya perimbangan
keuangan pusat dan daerah.1
Pajak daerah merupakan sumber pandapatan daerah yang penting guna membiayai
penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah untuk menetapkan otonomi daerah.
Namun, hal ini belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan daerah
secara keseluruhan karena perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah.
Pajak Daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 terbagi
menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten kota. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 2 menyebutkan :
1.
Pajak provinsi terdiri dari:
1
Muljadai Arief, Landasan dan Prinsip Hukum Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Prestasi Pustaka, Jakarta, 2005. hlm. 5
Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta: 2007
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
4
5
Saptomo Ade, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum, Unesa University, Surabaya, 2007. hlm. 70
Ibid
B. Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa hasil
wawancara.
C. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Studi dokumen terhadap data sekunder yang tersedia pada
kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Padang.
2. Studi literatur terhadap buku buku yang berkaitan dengan pajak
daerah. Studi literatur tersebut dilakukan pada perpustakaan
Universitas Tamansiswa, perpustakaan hukum Unand.
3. Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan panduan
wawancara tidak tersruktur yang berkaitan dengan materi
penelitian. Penelitian melakukan wawancara kepada pejabat
yang berkaitan dengan pajak daerah, yakni:
a. Kasi. Informasi dan Penyuluhan
b. Staf Bidang Penagihan Pajak
D. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan penilaian dan penguraian terhadap data yang
diperoleh untuk mendapatkan kesimpulan. Dalam menganalisa data digunakan
analisis kualitatif yaitu menggambarkan keadaan dan peristiwa secara
menyeluruh dengan suatu analisis yang didasarkan pada teori ilmu
pengetahuan hukum, peraturan perundang-undangan, pendapat para ahli
termasuk pengalaman penulis di lapangan dan mengungkapkan ke dalam
bentuk kalimat.
F. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Pengelolaan Pajak Daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kota Padang
Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah derah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Seiring dengan ditetapkannya otonomi daerah, setiap
derah memiliki kewenangan untuk mengelola pajak daerah masing-masing sebagai salah
satu komponen PAD yang berfungsi untuk membiayai rumah tangga daerah yang
besangkutan. Setiap daerah memiliki potensi pajak masing-masing, begitupun dengan
Kota Padang. Pajak daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 terbagi menjadi dua yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten Kota:
1) Pajak provinsi terdiri dari :
a) Pajak Kendaraan Bermotor
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d) Pajak Air Permukaan
e) Pajak Rokok
2) Pajak kabupaten/kota terdiri dari :
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan
g) Pajak Parkir
h) Pajak Air Tanah
i) Pajak Sarang Burung Walet
sesudah masa pajak.SPTPD untuk memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang
terutang.
Jumlah pembayaran pajak yang menjadi dasar pengenaan pajak harus tercantum dengan
jelas pada bukti pembayaran. Bukti pembayaran dapat berupa bill, atau kuitansi atau faktur
pembayaran. Untuk melegalisasi penggunaan bill, kuitansi atau faktur pembayaran, perlu
dilakukan perporasi terhadap bill atau kuitansi atau faktur oleh DPKA.
Bill atau faktur pembayaran sekurang-kurangnya harus memuat:
a. nama dan alamat Wajib Pajak
b. nomor urut
c. tanggal
d. nama/jenis makanan yang dikonsumsi konsumen
e. jumlah pajak yang harus dipungut dari konsumen
3. Pembayaran, Penyetoran, Tempat Pembayaran, Angsuran dan Penundaan Pembayaran
Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan
pembayaran adalah prosedur yang harus dilakukan Wajib Pajak dalam melakukan
pembayaran, penyetoran, penunjukan tempat pembayaran, pengajuan permintaan
pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.
4. Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau
Pembatalan Ketetapan Pajak
Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dan pengurangan atau pembatalan
ketetapan pajak adalah prosedur yang harus dilakukan wajib pajak apabila akan
mengajukan pengurangan, atau penghapusan sanksi administrasi dan pengurangan atau
pembatalan ketetapan pajak.
Permohonan pengurangan Pajak diajukan dengan melampirkan syarat-syarat sebagai
berikut:
a. surat kuasa dalam hal dikuasakan pada pihak lain
b. alasan pengurangan pajak
c. NPWPD
d. fotocopy KTP/kartu identitas lainnya dari wajib pajak
Walikota dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya surat
permohonan harus memberikan keputusan atas permohonan pengurangan pajak yng
diajukan wajip pajak. Keputusan berupa mengabulkan sebagian, atau mengabulkan
seluruhnya atau menolak.
Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan
dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang
bayar. Walikota melalui kepala DPKA dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak
untuk menunda pembayaran pajak sampai dengan 12 (dua belas) bulan, setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah
pajak yang belum atau kurang bayar.
Persyaratan untuk dapat mengangsur atau menunda pembayaran adalah sebagai berikut:
a. Objek pajak terkena bencana atau bencana alam, seperti kebakaran, gempa bumi,
banjir tanah longsor.
b. Wajib Pajak berada dalam krisis keuangan.
c. Wajib Pajak berada dalam kondisi pailit yang dibuktikan dengan putusan
pengadilan.
5. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian kelebihan pembayaran pajak adalah prosedur pengajuan kelebihan
pembayaran Pajak Hotel yang diajukan oleh wajib pajak. wajib pajak dapat mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak hotel kepada walikota melalui
Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, maka permohonan pembetulan yang
diajukan dianggap dikabulkan
2. Kendala-kendala dalam Pengelolaan Pajak
Ada beberapa kendala dalam pelaksanaan pengelolaan pajak daerah Kota Padang, yakni:
a. Kendala dari dalam DPKA yakni kendala yang berasal dari dalam Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Padang, berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yuniarti:
1. Ditinjau dari aspek yuridis, penjelasan terhadap perluasan objek pajak belum jelas
klasifikasinya sehingga akan menimbulkan penerapan pasal karet yang tidak
memberikan kepastian hukum.
2. Di tinjau dari aspek institusional yaitu kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)
pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset yang diperlukan dalam pelaqksanaan
proses pemungutan pajak daerah, seperti kurang personil untuk melaksanakan
penelitian lapangan dalam pendataan khususnya dengan diperluasnya objek pajak.
3. Di tinjau dari aspek sosiologis yaitu bagi wajib pajak, seringnya pembayaran yang
tidak tepat waktu.
4. Realisasi pengawasan peraturan daerah tentang Pajak Daerah relatif rendah
b. Kendala dari luar DPKA, yaitu:
1. Dari wajib pajak, pengelolaan pembukuan secara manual mengakibatkan
keterlambatan dalam perhitungan serta pembayaran pajak tanpa adanya
keringanan waktu pembayaran pajak.
2. Kurangnya sosialisasi dari dinas terkait sehingga informasi menjadi simpang siur.
3. Membebani penghasilan pengusaha yang notabene telah membayar pajak juga
yaitu Pajak Bumi dan Bangunan.6
3. Upaya yang Dilakukan dalam Peningkatan Pengelolaan Pajak Daerah
Beberapa hal yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Padang untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan target penerimaan diantaranya :
1. Melakukan pengawasan langsung kepada objek-objek pajak.
2. Melakukan penyuluhan perpajakan kepada masyarakat maupun aparat pelaksana
pengelolaan pajak.
3. Meningkatkan pelayanan perpajakan kepada masyarakat yang membayar pajak dan
penyederhanaan prosedur dan administrasi pengelolaan pajak daerah.
4. Melakukan penyempurnaan atau perubahan terhadap peraturan daerah yang tidak
sesuai lagi.
Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pengelolaan keuangan daerah terhadap
penyimpangan prosedur sesuai dengan ketentuan yang dapat merugikan pemerintahan daerah,
baik secara yuridis, teknis maupun penatausahaan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian tentang Pengelolaan Pajak
Daerah Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah maka dapat dibuat kesimpulan
bahwa Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah melakukan mekanisme pemungutan
pajak sebagai berikut :
1. Pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintahan daerah dan digunskan
untuk membiayai rumah tangga daerah seiring ditetapkannya otonomi daerah, setiap
daerah mempunyai wewenang untuk mengelola pajak daerahnya masing-masing
sebagai salah satu komponen PAD yang berfungsi untuk membiayai rumah tangga
daerah yang bersangkutan. Adapun penyelesaian pajak daerah itu mencakup aspekaspek berikut: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan. Indikator yang digunakan
dalam kegiatan pelaksanaan adalah penyetoran, pembukuan, pelaporan serta
6
Wawancara dengan ibu Yuniarti, Kasi Penyuluhan dan Informasi DPKA 11 Februari 2014
penagihan. Pengawasan adalah hal yang sangat penting dalam kegiatan bersama yang
bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpang-penyimpangan,
pemborasan,dan kegagalan dalam pencapaian tujuan organisasi. Apabila pengawasan
dapat dilaksanakan dengan baik dalam pajak daerah maka akan mewujudkan efisiensi,
efetifitas dan kehematan serta ketertiban.
2. Kendala dalam pengelolaan pajak daerah adalah realisasi pengawasan peraturan
daerah tentang pajak daerah relatif rendah, sentralisasi kekuasaan pemerintah pusat
dalam pengawasan pengelolaan pajak daerah, kurang siapnya daerah dalam
menangani sengketa pajak, Pemberian perizinan, rekomendasi dan pelaksanaan
pelayanan umum yang kurang atau tidak sesuai dengan ruang lingkup tugasnya,
kurangnya pembinaan terhadap
seluruh perangkat Dinas, kurangnya
pengkoordinasian pendapatan terhadap unit kerja penghasil pendapatan daerah,
kurangnya kemampuan untuk mendengar, menanggapi dan mencari solusi dari
keluhan staf, baik yang bertugas sebagai pendata, penganalisis data, perhitungan,
penerbitan SKPD, atau pun penagihan.
3. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan pengelolaan pajak daerah adalah
Melakukan pengawasan langsung kepada objek-objek pajak, melakukan penyuluhan
perpajakan kepada masyarakat
maupun aparat pelaksana pengelolaan pajak,
meningkatkan pelayanan perpajakan kepada masyarakat yang membayar pajak dan
penyederhanaan prosedur dan system administrasi pengelolaan pajak daerah,
memperluas Tax Base pajak daerah, seperti pajak Galian Golongan C, pajak hotel,
pajak restoran, pajak penerangan jalan, pajak reklame yang perlu diupayakan terus
untuk diintensifkan penerimaannya.
Saran
1. Mekanisme pengelolaan agar dievaluasi setiap tahun dalam upaya mengefektifkan
pengelolaan pajak.
2. Pemerintah pusat hendaknya memberikan kebebasan kepada daerah dalam memungut
dan mengelola pajak daerah dalam upaya memotivasi daerah untuk mandiri.
3. Daerah harus menyiapkan diri untuk menyelesaikan sengketa pajak yang muncul,
dinas pengelolaan daerah sebaiknya meningkatkan koordinasi dalam menjalankan
tugasnya sebagai pemungut dan pengelola pajak sehingga pajak dapat terkumpul dan
digunakan secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Buku
Ade Saptomo, 2007, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum, Unesa University:
Surabaya
Arief Muljadi, 2005, Lamdasan dan Prinsip Hukum Otonomi Daerahdalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Prestasi Pustaka: Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keIII, Balai Pustaka: Jakarta
Erly Suandy, 2008, Hukum Pajak, Salemba Empat: Jakarta
B.
-
PeraturanPerundang undangan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun
1997 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah