Anda di halaman 1dari 10

Pengelolaan Pajak Daerah Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota

Padang
ABSTRAK
(Leccy Feni Arza, NPM : 1110005600104,
Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa Padang,)
Pajak adalah adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak)
untuk menutupi pengeluaran rutin negara oleh biaya pembangunan tanpa balas jasanya tidak
dapat diberikan secara langsung kepada pembayarnya sedangkan pembayarannya perlu
dipaksakan. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang
pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Adapun permasalahannya
adalah Bagaimana pelaksanaan pengelolaan pajak daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kota Padang, Apa kendala dalam pengelolaan pajak daerah di Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Padang, Bagaimana mengatasi kendala dalam
pengelolaan pajak daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Padang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat yuridis sosiologi, yakni pendekatan
masalah melalui penelitian hukum dengan mengamati kenyataan hukum dalam praktek di
lapangan Upaya yang dilakukan dalam peningkatan pengelolaan Pajak Daerah, Melakukan
pengawasan langsung kepada objek-objek pajak. Melakukan penyuluhan perpajakan kepada
masyarakat maupun aparat pelaksana pengelolaan pajak, Meningkatkan pelayanan
perpajakan kepada masyarakat yang membayar pajak dan penyederhanaan prosedur dan
administrasi pengelolaan pajak daerah, Melakukan penyempurnaan atau perubahan terhadap
peraturan daerah yang tidak sesuai lagi, Meningkatkan pengawasan dan pengendalian
pengelolaan keuangan daerah terhadap penyimpangan prosedur sesuai dengan ketentuan yang
dapat merugikan pemerintahan daerah, baik secara yuridis, teknis maupun penatausahaan.
Kata Kunci:Pengelolaan, Pajak Daerah
A. Latar Belakang
Dalam era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua Undang-Undang ini merupakan perwujudan atas
penyelenggaraan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata dan
bertanggung jawab kepada daerah secara proposional diwujudkan dalam bentuk, pembagian
dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta adanya perimbangan
keuangan pusat dan daerah.1
Pajak daerah merupakan sumber pandapatan daerah yang penting guna membiayai
penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah untuk menetapkan otonomi daerah.
Namun, hal ini belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan daerah
secara keseluruhan karena perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah.
Pajak Daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 terbagi
menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten kota. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 2 menyebutkan :
1.
Pajak provinsi terdiri dari:
1

Muljadai Arief, Landasan dan Prinsip Hukum Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Prestasi Pustaka, Jakarta, 2005. hlm. 5

a. Pajak Kendaraan Bermotor


b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2.
Pajak kabupaten/kota terdiri dari:
a.
Pajak Hotel
b.
Pajak Restoran
c.
Pajak Hiburan
d.
Pajak Reklame
e.
Pajak Penerangan Jalan
f.
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g.
Pajak Parkir
h.
Pajak Air Tanah
i.
Pajak Sarang Burung Walet
j.
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
k.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Oleh karena itu perlu juga kiranya daerah untuk dapat melakukan pengelolaan yang baik agar
pemanfaatan pajak daerah dan retribusi daerah lebih baik. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia memberikan pengertian pengelolaan sebagai berikut:
1. Proses, cara dan perbuatan mengelola.
2. Proses melakukan perbuatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain.
3. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi.
4. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan dan pencapaian tujuan.2
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan
daerah sesuai dengan sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban.3
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Daerah kota Padang Nomor 16 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata kerja Dinas Daerah Kota Padang, Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Padang memiliki fungsi, yakni sebagai Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD).
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan hasilnya dan
hasilnya dituangkan dalam skripsi yang berjudul Pengelolaan Pajak Daerah pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah kota Padang.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan pajak daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kota Padang?
2. Apa kendala dalam pengelolaan pajak daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kota Padang?
3. Bagaimana mengatasi kendala dalam pengelolaan pajak daerah di Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Padang?
C. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang penulis kemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai
berikut :

Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta: 2007
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengelolaan pajak daerah di Dinas


Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Padang
2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pengelolaan pajak daerah di Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Padang
3. Untuk mengetahui bagaimana mengatasi kendala dalam pengelolaan pajak daerah di
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Padang
D. Manfaat Penelitian
1.Manfaat Teoritis
Menambah perbendaharaan Ilmu Hukum Administrasi Negara yang berkaitan dengan
pajak daerah.
2.Manfaat Praktis
a. Sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu
Hukum bagi penulis pada Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa Padang.
b. Agar dapat menerapkan ilmu-ilmu yang secara teoritis diterima di bangku kuliah
dan dihubungkan dengan data yang diperoleh di lapangan.
c. Sebagai bahan informasi dan menambah wawasan cakrawala berfikir bagi penulis
serta menambah dan meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama dalam hal
pengadaan barang/jasa di instansi-instansi pemerintah.
E. Metode Penelitian
Dalam penyusunan dan penulisan proposal ini penulis memerlukan data konkrit sebagai
bahan pembahasan penulisan proposal ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pendekatan masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini bersifat yuridis
sosiologi, yakni pendekatan masalah melalui penelitian hukum dengan mengamati
kenyataan hukum dalam praktek di lapangan.
2. Jenis Data
Data yang dikumpulkan meliputi:
A. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan
untuk memberikan penjelasan data primer.
Data sekunder ini terdiri dari:
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mencakup
seperangkat perundang-undangan4, dalam hal ini adalah:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan
Daerah .
2. Undang-Undang
No.
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
3. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
4. Perda Kota Padang No. 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Padang
b. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer agar dapat membantu
menganalisa dan memahaminya, misalnya : teori-teori dan pendapat
para sarjana, jurnal, hasil seminar, buku-buku, makalah dan lainnya5.

4
5

Saptomo Ade, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum, Unesa University, Surabaya, 2007. hlm. 70
Ibid

B. Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa hasil
wawancara.
C. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Studi dokumen terhadap data sekunder yang tersedia pada
kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Padang.
2. Studi literatur terhadap buku buku yang berkaitan dengan pajak
daerah. Studi literatur tersebut dilakukan pada perpustakaan
Universitas Tamansiswa, perpustakaan hukum Unand.
3. Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan panduan
wawancara tidak tersruktur yang berkaitan dengan materi
penelitian. Penelitian melakukan wawancara kepada pejabat
yang berkaitan dengan pajak daerah, yakni:
a. Kasi. Informasi dan Penyuluhan
b. Staf Bidang Penagihan Pajak
D. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan penilaian dan penguraian terhadap data yang
diperoleh untuk mendapatkan kesimpulan. Dalam menganalisa data digunakan
analisis kualitatif yaitu menggambarkan keadaan dan peristiwa secara
menyeluruh dengan suatu analisis yang didasarkan pada teori ilmu
pengetahuan hukum, peraturan perundang-undangan, pendapat para ahli
termasuk pengalaman penulis di lapangan dan mengungkapkan ke dalam
bentuk kalimat.
F. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Pengelolaan Pajak Daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kota Padang
Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah derah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Seiring dengan ditetapkannya otonomi daerah, setiap
derah memiliki kewenangan untuk mengelola pajak daerah masing-masing sebagai salah
satu komponen PAD yang berfungsi untuk membiayai rumah tangga daerah yang
besangkutan. Setiap daerah memiliki potensi pajak masing-masing, begitupun dengan
Kota Padang. Pajak daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 terbagi menjadi dua yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten Kota:
1) Pajak provinsi terdiri dari :
a) Pajak Kendaraan Bermotor
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d) Pajak Air Permukaan
e) Pajak Rokok
2) Pajak kabupaten/kota terdiri dari :
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan
g) Pajak Parkir
h) Pajak Air Tanah
i) Pajak Sarang Burung Walet

j) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan


k) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Dalam UUD 1945 Pasal 18 yang menganut asas Otonomi, pemerintah daerah bertugas
untuk mengurus daerahnya sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
daerah. Dengan demikian, pemerintah kota padang harus mampu mengelola daerahnya
sehingga mampu meningkatkan penerimaan asli daerah dari pajak dan retribusi daerah
yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dengan adanya Perda No.8 tahun 2011 tentang
pajak daerah kota Padang, penerimaan pendapatan asli daerah mengalami penurunan. Pada
tahun sebelumnya, penerimaan pendapatan asli daerah melebihi target, tetapi pada tahun
2011 tidak mampu mencapai target yaitu 98,34% dari target yang ditetapkan. Oleh karena
itu, pemerintah kota Padang mengeluarkan kebijakan berupa ekstensifikasi objek pajak
yaitu perluasan objek yang dikenakan pajak sehingga objek pajak yang sebelumnya tidak
dikenakan pajak, karena kebijakan ini maka dikenakan pajak. Pada pelaksanaan Perda
Kota Padang No.8 tahun 2011 tentang pajak daerah dan retribusi daerah penulis akan
membahas mengenai pelaksanaan dari mekanisne pemungutan pajak daerah.
1. Para pihak yang terkait dalam pemungutan pajak daerah
a. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan usaha atau yang sejenisnya.
b. Bank atau tempat lain yang ditunjuk atau Bendahara Penerima yakni pihak yang
menerima pembayaran pajak terutang dari wajib pajak.
c. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset yakni DPKA merupakan pihak yang
mempunyai otoritas dalam pengelolaan keuangan daerah. DPKA bertugas untuk
melakukan prosedur penelitian Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)/verifikasi.
Bagian DPKA yang berwenang untuk melakukan tugas tersebut adalah Bagian
Pendapatan, bidang pengendalian, bidang akutansi.
Mekanisme pemungutan pajak daerah berdasarkan Perda Kota Padang No.8 tahun 2011
tentang pajak daerah dan retribusi daerah dan Draft Peraturan Walikota tentang Tata Cara
Pemungutan Pajak dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pendaftaran dan Pendataan
Pendaftaran dilakukan oleh Wajib Pajak ke kantor DPKA. Pendataan dilakukan oleh
Petugas Pajak melalui pendataan Wajib Pajak. Kegiatan pendaftarab dan pendataan
diawali dengan pengisian formulir pendaftaran dan pendataan oleh Wajib Pajak.
Formulir yang telah diisi dikembalikan wajib pajak kepada petugas yang ditunjuk dan
dicatat dalam buku induk wajib pajak berdasarkan nomor urut. DPKA menerbitkan surat
pengukuhan pengusaha kena pajak dan NPWPD.
Apabila wajib pajak tidak mengembalikan/mengisi formulir, tidak mengembalikan
formulir pendaftaran maka hal tersebut telah dianggap menyetujui sebagai wajib pajak.
maka DPKA akan mengukuhkan pengusaha kena pajak secara jabatan dan menerbitkan
NPWPD. Wajib pajak yang telah memiliki NPWPD setiap awal tahun pajak wajib mengisi
SPTPD.
SPTPD disampaikan wajib pajak ke DPKA paling lambat 15 (lima belas) hari berakhir
masa pajak. untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada wajib pajak, NPWPD harus
dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan daerah.
2. Pengisian dan Penyampaian SPTPD, SKPDKB dan SKPDKBT
Pengisian dan penyampaian SPTPD, SKPDKB dan SKPDKBT adalah prosedur pengisian
dan penyampaian surat pemberitahuan dan surat ketetapan pajak oleh Wajib Pajak kepada
Walikota.
Wajib Pajak yang telah memiliki NPWPD, setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD.
SPTPD harus diisi secara jelas, lengkap dan benar serta ditandatangani oleh wajib pajak
atau kuasanya dan disampaikan kepada kepala DPKA paling lambat 15 (lima belas) hari

sesudah masa pajak.SPTPD untuk memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang
terutang.
Jumlah pembayaran pajak yang menjadi dasar pengenaan pajak harus tercantum dengan
jelas pada bukti pembayaran. Bukti pembayaran dapat berupa bill, atau kuitansi atau faktur
pembayaran. Untuk melegalisasi penggunaan bill, kuitansi atau faktur pembayaran, perlu
dilakukan perporasi terhadap bill atau kuitansi atau faktur oleh DPKA.
Bill atau faktur pembayaran sekurang-kurangnya harus memuat:
a. nama dan alamat Wajib Pajak
b. nomor urut
c. tanggal
d. nama/jenis makanan yang dikonsumsi konsumen
e. jumlah pajak yang harus dipungut dari konsumen
3. Pembayaran, Penyetoran, Tempat Pembayaran, Angsuran dan Penundaan Pembayaran
Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan
pembayaran adalah prosedur yang harus dilakukan Wajib Pajak dalam melakukan
pembayaran, penyetoran, penunjukan tempat pembayaran, pengajuan permintaan
pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.
4. Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau
Pembatalan Ketetapan Pajak
Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dan pengurangan atau pembatalan
ketetapan pajak adalah prosedur yang harus dilakukan wajib pajak apabila akan
mengajukan pengurangan, atau penghapusan sanksi administrasi dan pengurangan atau
pembatalan ketetapan pajak.
Permohonan pengurangan Pajak diajukan dengan melampirkan syarat-syarat sebagai
berikut:
a. surat kuasa dalam hal dikuasakan pada pihak lain
b. alasan pengurangan pajak
c. NPWPD
d. fotocopy KTP/kartu identitas lainnya dari wajib pajak
Walikota dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya surat
permohonan harus memberikan keputusan atas permohonan pengurangan pajak yng
diajukan wajip pajak. Keputusan berupa mengabulkan sebagian, atau mengabulkan
seluruhnya atau menolak.
Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan
dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang
bayar. Walikota melalui kepala DPKA dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak
untuk menunda pembayaran pajak sampai dengan 12 (dua belas) bulan, setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah
pajak yang belum atau kurang bayar.
Persyaratan untuk dapat mengangsur atau menunda pembayaran adalah sebagai berikut:
a. Objek pajak terkena bencana atau bencana alam, seperti kebakaran, gempa bumi,
banjir tanah longsor.
b. Wajib Pajak berada dalam krisis keuangan.
c. Wajib Pajak berada dalam kondisi pailit yang dibuktikan dengan putusan
pengadilan.
5. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian kelebihan pembayaran pajak adalah prosedur pengajuan kelebihan
pembayaran Pajak Hotel yang diajukan oleh wajib pajak. wajib pajak dapat mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak hotel kepada walikota melalui

kepala DPKA. pengembalian kelebihan pembayaran pajak hotel dilaksanakan sesuai


dengan ketentuan yang berlaku.
6. Kriteria Wajib Pajak dan Penentuan Besaran Omset Serta Tata Cara Pembukuan atau
Pencatatan
Wajib pajak yang melakukan usaha dengan omset paling sedikit Rp.300.000.000,- (Tiga
ratus juta rupiah) pertahun wajib menyelenggarakan Pembukuan. Pembukuan dapat
dijadikan sebagai dasar untuk menghitung besarnya pajak terutang dan harus dilakukan
secara tertib, teratur dan benar sesuai denga norma pembukun yang berlaku.
Apabila wajib pajak tidak menunjukkan pembukuan pada saat pemeriksaan, maka jumlah
pajak terutang akan ditetapkan secara jabatan. Pembukuan, catatan dan bukti pembukuan
yang berhubungan dengan usaha wajib pajak harus disimpan selama 5 (lima) tahun.
7. Pemeriksaan
Pemeriksaan pajak adalah tata cara yang harus dilakukan petugas yang ditunjuk dalam
memeriksa pembukuan wajib pajak. Tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah yang dilakukan oleh PPNS.
Bentuk pemeriksaan terdiri dari:
a. Pemeriksaan lengkap
Pemeriksaan lengkap dilakukan ditempat wajib pajak meliputi pajak untuk tahun berjalan
dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknis pemeriksaan
yang lazim digunakan untuk pemeriksaan pada tahun sebelumnya.
b. Pemeriksaan sederhana dapat dilakukan:
1. di lapangan, meliputi seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan atau tahuntahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknis pemeriksaan
dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.
2. di kantor, meliputi jenis pajak tertentu untuk tahun berjalan yang dilakukan
dengan menerapkan teknik pemerikasaan dengan bobot dan kedalam
sederhana.
Dalam pengelolaan pajak harus dilakukan sesuai dengan syarat-syarat pengelolaan pajak
yang telah ditetapkan, mengingat membebankan pajak kepada masyarakat bukanlah suatu
hal yang mudah. Disini para petugas pajak harus aktif dalam hal pemungutan pajak.
Daluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak akhir
Masa
Pajak
atau
Bagian
Tahun
Pajak
atau
Tahun
Pajak.Apabila
terdapatkesalahanataukekeliruandalamketetapanpajak
yang
tidakmengandungpersengketaanantarafiskusdanWajibPajak, dapatdibetulkanoleh Direktur
Jenderal Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak.
Kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang dapat dibetulkanRuang lingkup
pembetulan ketetapan pajak, terbatas pada kesalahan atau kekeliruan dari:
a. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa penulisan nama, alamat,
NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa atau Tahun Pajak dan tanggal
jatuh tempo
b. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan atau
perkalian danatau pembagian suatu bilangan;
c. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan pajak.
Jangka waktu penyelesaian permohonan pembetulan Wajib Pajak harus diselesaikan oleh
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat
permohonan pembetulan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat Direktur

Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, maka permohonan pembetulan yang
diajukan dianggap dikabulkan
2. Kendala-kendala dalam Pengelolaan Pajak
Ada beberapa kendala dalam pelaksanaan pengelolaan pajak daerah Kota Padang, yakni:
a. Kendala dari dalam DPKA yakni kendala yang berasal dari dalam Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Padang, berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yuniarti:
1. Ditinjau dari aspek yuridis, penjelasan terhadap perluasan objek pajak belum jelas
klasifikasinya sehingga akan menimbulkan penerapan pasal karet yang tidak
memberikan kepastian hukum.
2. Di tinjau dari aspek institusional yaitu kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)
pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset yang diperlukan dalam pelaqksanaan
proses pemungutan pajak daerah, seperti kurang personil untuk melaksanakan
penelitian lapangan dalam pendataan khususnya dengan diperluasnya objek pajak.
3. Di tinjau dari aspek sosiologis yaitu bagi wajib pajak, seringnya pembayaran yang
tidak tepat waktu.
4. Realisasi pengawasan peraturan daerah tentang Pajak Daerah relatif rendah
b. Kendala dari luar DPKA, yaitu:
1. Dari wajib pajak, pengelolaan pembukuan secara manual mengakibatkan
keterlambatan dalam perhitungan serta pembayaran pajak tanpa adanya
keringanan waktu pembayaran pajak.
2. Kurangnya sosialisasi dari dinas terkait sehingga informasi menjadi simpang siur.
3. Membebani penghasilan pengusaha yang notabene telah membayar pajak juga
yaitu Pajak Bumi dan Bangunan.6
3. Upaya yang Dilakukan dalam Peningkatan Pengelolaan Pajak Daerah
Beberapa hal yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Padang untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan target penerimaan diantaranya :
1. Melakukan pengawasan langsung kepada objek-objek pajak.
2. Melakukan penyuluhan perpajakan kepada masyarakat maupun aparat pelaksana
pengelolaan pajak.
3. Meningkatkan pelayanan perpajakan kepada masyarakat yang membayar pajak dan
penyederhanaan prosedur dan administrasi pengelolaan pajak daerah.
4. Melakukan penyempurnaan atau perubahan terhadap peraturan daerah yang tidak
sesuai lagi.
Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pengelolaan keuangan daerah terhadap
penyimpangan prosedur sesuai dengan ketentuan yang dapat merugikan pemerintahan daerah,
baik secara yuridis, teknis maupun penatausahaan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian tentang Pengelolaan Pajak
Daerah Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah maka dapat dibuat kesimpulan
bahwa Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah melakukan mekanisme pemungutan
pajak sebagai berikut :
1. Pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintahan daerah dan digunskan
untuk membiayai rumah tangga daerah seiring ditetapkannya otonomi daerah, setiap
daerah mempunyai wewenang untuk mengelola pajak daerahnya masing-masing
sebagai salah satu komponen PAD yang berfungsi untuk membiayai rumah tangga
daerah yang bersangkutan. Adapun penyelesaian pajak daerah itu mencakup aspekaspek berikut: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan. Indikator yang digunakan
dalam kegiatan pelaksanaan adalah penyetoran, pembukuan, pelaporan serta
6

Wawancara dengan ibu Yuniarti, Kasi Penyuluhan dan Informasi DPKA 11 Februari 2014

penagihan. Pengawasan adalah hal yang sangat penting dalam kegiatan bersama yang
bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpang-penyimpangan,
pemborasan,dan kegagalan dalam pencapaian tujuan organisasi. Apabila pengawasan
dapat dilaksanakan dengan baik dalam pajak daerah maka akan mewujudkan efisiensi,
efetifitas dan kehematan serta ketertiban.
2. Kendala dalam pengelolaan pajak daerah adalah realisasi pengawasan peraturan
daerah tentang pajak daerah relatif rendah, sentralisasi kekuasaan pemerintah pusat
dalam pengawasan pengelolaan pajak daerah, kurang siapnya daerah dalam
menangani sengketa pajak, Pemberian perizinan, rekomendasi dan pelaksanaan
pelayanan umum yang kurang atau tidak sesuai dengan ruang lingkup tugasnya,
kurangnya pembinaan terhadap
seluruh perangkat Dinas, kurangnya
pengkoordinasian pendapatan terhadap unit kerja penghasil pendapatan daerah,
kurangnya kemampuan untuk mendengar, menanggapi dan mencari solusi dari
keluhan staf, baik yang bertugas sebagai pendata, penganalisis data, perhitungan,
penerbitan SKPD, atau pun penagihan.
3. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan pengelolaan pajak daerah adalah
Melakukan pengawasan langsung kepada objek-objek pajak, melakukan penyuluhan
perpajakan kepada masyarakat
maupun aparat pelaksana pengelolaan pajak,
meningkatkan pelayanan perpajakan kepada masyarakat yang membayar pajak dan
penyederhanaan prosedur dan system administrasi pengelolaan pajak daerah,
memperluas Tax Base pajak daerah, seperti pajak Galian Golongan C, pajak hotel,
pajak restoran, pajak penerangan jalan, pajak reklame yang perlu diupayakan terus
untuk diintensifkan penerimaannya.
Saran
1. Mekanisme pengelolaan agar dievaluasi setiap tahun dalam upaya mengefektifkan
pengelolaan pajak.
2. Pemerintah pusat hendaknya memberikan kebebasan kepada daerah dalam memungut
dan mengelola pajak daerah dalam upaya memotivasi daerah untuk mandiri.
3. Daerah harus menyiapkan diri untuk menyelesaikan sengketa pajak yang muncul,
dinas pengelolaan daerah sebaiknya meningkatkan koordinasi dalam menjalankan
tugasnya sebagai pemungut dan pengelola pajak sehingga pajak dapat terkumpul dan
digunakan secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Buku
Ade Saptomo, 2007, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum, Unesa University:
Surabaya
Arief Muljadi, 2005, Lamdasan dan Prinsip Hukum Otonomi Daerahdalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Prestasi Pustaka: Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keIII, Balai Pustaka: Jakarta
Erly Suandy, 2008, Hukum Pajak, Salemba Empat: Jakarta
B.
-

PeraturanPerundang undangan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun
1997 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Anda mungkin juga menyukai