MODUL 10
MATERI KULIAH :
Pengertian tentang signal control, definisi-definisi dalam metode Websters, aliran lalu
lintas jenuh, kapasitas, satuan mobil penumpang.
10.2. POKOK BAHASAN :.
SIGNAL CONTROL
10.4.
konflik
antara
mobil/mobil,
mobil/motor,
mobil/pejalan
kaki,
mobil/sepeda
10.5.
2.
data-data kecelakaan
3.
10.6.
Kerugian
2. lebih flexible
kecelakaan
3. perlu koordinasi
peralatannya
10.7.
UTC dan
jumlah fase
konversi PCU/SMP
menggambar
10.8.
Pengaturan arus lalu lintas pada penyimpangan jalan dimaksudkan untuk sedapat
mungkin mencegah konflik diantara aliran kendaraan dan dilakukan dengan
memisahkan waktu pergerakan arus lalu lintas. Pengaturan waktu pergerakan arus
lalu lintas tersebut dinamakan fase.
Pemilihan jumlah fase tergantung dari banyaknya konflik utama diantara arus lalu lintas
dengan mempertimbangkan keselamatan.
Sebagai contoh untuk simpang 4 dengan arus lalu lintas utama utara-selatan dan barattimur bila digunakan sistem dua fase:
a) Sistem dua fase
phase a
phase b
phase b
phase c
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
lalu lintas yang melewati garis berhenti suatu mulut jalan, tidak akan segera
melonjak naik pada permulaan nyala hijau dan tidak akan segera menjadi nol pada akhir
nyala hijau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar:
Saturation flow
Rate of
discharge
of queue
in fully
saturated
green
period
Effective green time
Time
A B
starting' lost time
Red/Amber
C D
'end' lost time
Green
Amber
Red
Red
Co
1 .5 L 5
1.5 L 5
1 y1 y 2 ....y n
1 Y
dimana:
C o = siklus optimum yaitu panjang waktu siklus yang memberikan rata-rata waktu
tertunda minimum (detik)
L = jumlah waktu hilang setiap siklus (detik)
Y= jumlah derajad kejenuhan maksimum untuk setiap fase
y=
q
= derajad kejenuhan setiap mulut jalan
s
4 C o s / d 1.5 C o
Dalam praktek batasan minimum waktu siklus sebesar 25 detik dan maksimum 120 detik.
L = I - a l n I - a l
dimana :
L= jumlah waktu hilang setiap siklus (detik)
n= jumlah fase
I= waktu antara nyala hijau (detik)
a= waktu nyala amber (detik)
(I-a)= waktu hilang selama intergreen period (detik)
l = l1 l2 = waktu hilang akibat ketertundaan berangkat dan akhir (start/end loss time
=detik)
10.8.5. Aliran lalu lintas jenuh.
Kapasitas pertemuan jalan sebidang berlampu lalu lintas dibatasi oleh kapasitas setiap
mulut jalan dari persimpangan jalan tsb.
Jadi aliran lalu lintas jenuh dapat didefinisikan sebagai iring-iringan kendaraan
maksimum yang mengalir secara terus menerus melewati garis berhenti suatu mulut
jalan dari pertemuan jalan sebidang berlampu lalu lintas, selama periode nyala
hijau, dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp=PCU) setiap jam (R.J.
Salter 1980).
Aliran lalu lintas jenuh dengan keadaan semua berjalan lurus (straight ahead)
menggunakan persamaan:
5.5
2900
Untuk menentukan aliran lalu lintas jenuh bagi lalu lintas yang membelok ke kanan
(opposed right turn traffic) digunakan persamaan:
s=
s=
1800
1+ 1.52
3000
1+ 1.52
Kapasitas ultimit suatu pertemuan jalan adalah jumlah maksimum arus lalu lintas yang
dapat melewati pertemuan jalan dengan arus lalu lintas dan pergerakan membelok
pada setiap mulut jalan yang relatif sama (R.J. Salter'80)
Kapasitas ultimit tergantung jumlah waktu hilang seluruh fase atau seluruh siklus lampu
lalu lintas. Setiap fase mempunyai derajad kejenuhan yang maksimum. Kapasitas
ultimit dapat tercapai dengan tercapainya 90 % jumlah derajad kejenuhan
maksimum untuk setiap fase.
Jumah derajad kejenuhan maksimum untuk setiap fase yang mungkin dapat dicapai
adalah:
Ypractis 0. 9 0. 0075L
dimana:
Kapasitas cadangan =
dimana:
Yexist = derajad kejenuhan setiap siklus yg ada
Pertemuan jalan sebidang yang sudah tidak mempunyai kapasitas cadangan atau
keadaan over capacity dapat diatasi dengan cara:
memperbesar aliran lalu lintas jenuh setiap mulut jalan dengan menambah
atau memisahkan jalur kendaraan.
Bus
Heavy commercial vehicles
Medium commercial vehicles
Light vehicles
Motorcycles
Pedalcycles
2
2.3
1.5
1
0.4
0.2