Chapter II Chapchap
Chapter II Chapchap
TINJAUAN PUSTAKA
sampai vertebrata
lumbalis ketiga (L3). Ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya
hati. Saat inspirasi, kedua ginjal tertekan ke bawah karena kontraksi diafragma.14
Setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dari jaringan fibrus dan membentuk
pembungkus yang halus. Di dalamnya terdapat struktur ginjal berwarna ungu tua
yang terdiri atas korteks di sebelah luar dan medulla di sebelah dalam. Bagian
medulla tersusun atas 15 16 massa piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya
mengarah ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubungkannya
dengan pelvis ginjal.15
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal, jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron
dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam
dalam ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron.15
Anatomi ginjal dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
disertai penurunan fungsi tubuh. Ginjal mengalami perubahan anatomis dan fisiologis
akibat proses penuaan, hal ini yang mengakibatkan pada usia lanjut dapat terjadi
glomerulonefritis kronik gagal ginjal terminal (GGT).18
Menurut Hasil Penelitian Romauli (2009) di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane
Tebing Tinggi, penderita GGK terbanyak pada kelompok umur 53-61 tahun
(30,4%).11 Menurut penelitian Hafidz (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan,
penderita GGK terbanyak pada kelompok umur 46-55 tahun (39 %).19
Secara keseluruhan prevalensi ESRD lebih besar pada laki-laki (56,3%) dari
pada perempuan (43,7%) walaupun penyakit sitemik tertentu yang menyebabkan
ESRD (seperti diabetes mellitus tipe 2) lebih sering pada wanita.20
Menurut hasil penelitian Doloksaribu (2008) menunjukkan bahwa penderita
GGK yang menjalani hemodialisa reguler di Klinik Hemodialisa Rasyida Medan
terbanyak pada laki-laki (65,9%).21 Menurut Hanifa (2010) di RSUP Adam Malik
Medan penderita GGK terbanyak pada laki-laki (61,4%). 22
Di Amerika Serikat, GGK yang disebabkan oleh nefropati hipertensif 6,2 kali
lebih sering terjadi pada orang Afrika Amerika dari pada orang kaukasia. Individu
dengan diabetes tipe 2 lebih sedikit berkembang menjadi gagal ginjal kronik (sekitar
10% sampai 20%) dengan pengecualian pada orang Indian Pima dengan insidensi
2003,
prevalensi
ESRD
di
Jepang
1800/1.000.000
penduduk
ii.
Glomerulonefritis Kronik
Biasanya, Glomerulonefritis kronik (GNK) menyusul glomerulonefritis
akut, tetapi ada kasus GNK pada pasien yang tidak pernah mengalami
glomerulonefritis akut sebelumnya. Jalan penyakit GNK dapat berubah
ubah. Ada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal minimal dan
merasa sehat. Perkembangan penyakitnya juga perlahan. Walaupun
perkembangan penyakit GNK perlahan atau cepat, keduanya akan
berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir.
GNK dicirikan dengan kerusakan (karena menjadi sklerotik) glomeruli dan
hilangnya fungsi ginjal secara perlahan. Glomeruli mengalami pengerasan
(sklerotik). Ginjal mengecil, tubula
Penyakit ginjal polisiklik merupakan kelainan ginjal turunan yang paling sering
terjadi. Prevalensinya sekitar 1 dari 1000 dan lebih sering terjadi pada populasi
kulit putih dibandingkan kulit hitam. Penyakit ini mencakup 4 10% pasien
dengan gagal ginjal yang membutuhkan transplantasi atau dialisis. Hampir semua
kasus akibat mutasi pada gen PKD1 atau PKD2. Mutasi PKD1 mencakup 85%
kasus dan menyebabkan gagal ginjal yang lebih dini dibandingkan mutasi PKD2.
Gambaran klinis utamanya adalah kista multipel di ginjal, namun kista dapat juga
timbul di hati, limpa, dan pankreas. Aneurisma intracranial dan kelainan katup
jantung juga dapat terjadi.14
d. Nefrosklerosis Hipertensif
Nefrosklerosis (pengerasan ginjal) menunjukkan adanya perubahan patologis pada
pembuluh darah ginjal sebagai akibat hipertensi.19 Hipertensi merupakan penyebab
kedua terjadinya penyakit ginjal tahap akhir. Sekitar 10% individu pengidap
hipertensi esensial akan mengalami penyakit ginjal tahap akhir.22
Menurut hasil penelitian Hanifa (2010) terhadap penderita GGK yang dirawat inap
di RSUP Haji Adam Malik Medan, ditemukan bahwa 60,4% penderita GGK
mempunyai riwayat hipertensi.22
e. Nefropati Diabetik
Sebagian kecil pasien, terutama yang memiliki kontrol glikemik yang buruk, telah
memiliki ginjal yang membesar dengan peningkatan laju filtrasi glomerulus (LFG)
pada saat diagnosis diabetes ditegakkan. Perubahan mikrovaskular pada ginjal
diabetik merupakan perubahan yang diabetik khas yang terjadi. Diabetes
merupakan penyebab tunggal tersering dari penyakit ginjal stadium akhir dan
meliputi 30-40% kasus.14
Penelitian Ginting (2008) terhadap penderita GGK yang dirawat inap di RSUP
Haji Adam Malik Medan, ditemukan bahwa 16% penderita GGK mempunyai
riwayat diabetes mellitus.13 Menurut hasil penelitian Hanifa (2010) terhadap
penderita GGK yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan, ditemukan
bahwa 19,8% penderita GGK mempunyai riwayat Diabetes Mellitus.22
f. Nefropati Analgesik
Penyalahgunaan analgesik secara kronik menyebabkan cedera ginjal. Gagal Ginjal
Kronik (GGK) yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian analgesik merupakan
masalah yang cukup sering dijumpai dan merupakan suatu bentuk penyakit ginjal
yang paling mudah dicegah. Bahan yang dapat menyebabkan timbulnya nefropati
adalah kombinasi aspirin dan fenasetin, karena insufisiensi ginjal jarang terjadi
pada penderita yang hanya menelan aspirin, fanasetin atau asetominofen
(metabolit utama dari fenasetin) saja. Biasanya diperlukan 2 sampai 3 kg aspirin
dan fenasetin untuk menimbulkan penyakit ginjal secara klinis.20
Riwayat alamiah gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 3 stadium yaitu:20
2.5.1 Stadium I
Stadium pertama ini dinamakan penurunan cadangan ginjal. Pada stadium ini
kreatinin serum dan kadar BUN normal (10-20 mg per 1000 ml), dan
penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dengan
memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti tes pemekatan
urine yang lama atau dengan mengadakan tes LFG yang teliti.
2.5.2
Stadium II
Stadium kedua perkembangan ini disebut insufisiensi ginjal, dimana lebih dari
75% jaringan yang berfungsi telah rusak (LFG besarnya 25% dari normal).
Pada tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat di atas batas normal dan
kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi kadar normal. Pada
stadium ini pula gejala-gejala nokturia dan poliuria mulai timbul. Gejalagejala ini timbul sebagai respon terhadap stress dan perubahan makanan atau
minuman yang tiba-tiba.
mula-mula
menyerang tubulus ginjal. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti
akan meninggal kecuali kalau ia mendapat pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisis.
Peningkatan kadar asam urat serum di atas normal dapat atau tidak disertai
gejala-gejala. Namun, penderita uremia tidak jarang pula mengalami
serangan atritis gout akibat endapan garam urat pada sendi dan jaringan
lunak.20
2.6.2 Gangguan Kemih kelamin
Poliuria akibat diuresi osmotik lambat laun akan menjurus pada oliguria,
Bahkan juga anuria karena kerusakan massa nefron yang berlangsung bertahap.
Perempuan muda yang menderita uremia mungkin berhenti menstruasi sedangkan
laki-laki umumnya menjadi impoten dan steril bila LFG turun hingga 5 ml/menit.
Baik perempuan maupun laki-laki akan kehilangan libido bila uremia semakin
berat.20
2.6.3 Kelainan Kardiovaskular
Sindrom uremik sering disertai hipertensi dan gagal jantung kongestif. Sekitar
90% hipertensi bergantung pada volume dan berkaitan dengan retensi air dan
natrium, sementara kurang dari 10% yang bergantung pada renin. Kombinasi
hipertensi, anemia dan kelebihan beban sirkulasi yang disebabkan oleh retensi
natrium dan air semuanya berperan dalam meningginya kecenderungan kasus gagal
jantung kongestif.20
2.6.4 Perubahan Pernapasan
Penderita asidosis
kurang ahli. Komplikasi lain pada pernapasan akibat gagal ginjal adalah paru
uremik dan pneumonitis.20
2.6.5 Kelainan Hematologi/ Anemia
Anemia normositer, merupakan komplikasi GGK yang biasa ditemukan dan
berhubungan dengan derajat GGK. Penyebab utama anemia pada GGK adalah
berkurangnya produksi eritropoietin, suatu hormon glikoprotein yang diproduksi
ginjal (90%) dan sisanya diproduksi di luar ginjal (hati dan sebagainya).25
2.6.6 Perubahan Kulit
Penimbunan pigmen urine (terutama urokrom) bersama anemia pada
insufisiensi ginjal lanjut akan menyebabkan kulit pasien menjadi putih seakan-akan
berlilin dan kekuning-kuningan. Pada orang berkulit coklat, kulit akan berwarna
coklat kekuningan, sedangkan pada orang kulit hitam akan berwarna abu-abu
bersemu kuning, terutama di daerah telapak tangan dan kaki. Kulit mungkin menjadi
kering dan bersisik, sedangkan rambut menjadi rapuh dan berubah warna. Kuku
menjadi tipis dan rapuh, bergerigi dan memperlihatkan garis-garis terang dan
kemerahan berselang-seling.20
2.6.7 Kelainan Metabolisme Intermedia
a. Protein
Apapun unsur lain yang menyebabkan gejala-gejala uremik, tapi hasil
pemecahan metabolisme protein merupakan unsur yang paling penting.
Sintesis protein abnormal dalam darah nyata dari meningkat atau
menurunnya asam-asam amino tertentu.20
saraf.
Hemodialisis
dapat
menghentikan
perkembangan
d.
e. Konsumsi garam sedikit, makin tinggi konsumsi garam, makin tinggi pula
kemungkinan
ekskresi
kalsium
dalam
air
kemih
yang
dapat
Hipertensi
Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi
hipertensi berat. Biasanya hipertensi dapat dikontrol secara efektif
dengan pembatasan natrium dan cairan, serta melalui ultrafiltrasi bila
penderita sedang menjalani hemodialisis. Pada beberapa kasus dapat
diberikan obat antihipertensi (dengan ataupun tanpa diuretik) agar
tekanan darah dapat terkontrol. Perawatan yang cermat perlu
dilakukan untuk menurunkan tekanan darah secara bertahap sehingga
penderita tidak mengalami hipotensi yang akan mengakibatkan
penurunan LFG dan semakin buruknya fungsi ginjal. 20
(ii). Hiperkalemia
Salah satu komplikasi yang paling serius pada penderita uremia
adalah hiperkalemia. Bila K+ serum mencapai kadar sekitar 7 mEq/L,
dapat terjadi disritmia yang serius dan juga henti jantung. Selain itu,
hiperkalemia makin diperberat lagi oleh hipokalsemia, hiponetremia,
dan asidosis. Karena alasan ini, jantung penderita harus dipantau
terus untuk mendeteksi efek hiperkalemia.20
Hiperkalemia akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulin intravena yang akan memasukkan K+ ke dalam sel, atau
dengan pemberian kalsium glukonat 10% intravena dengan hatihati.20
(iii). Anemia
Anemia merupakan temuan yang hampir selalu ditemukan pada
pasien penyakit ginjal lanjut. Penyebab anemia adalah multifaktorial,
termasuk defisiensi produksi eritropoietin.20
Pengobatan anemia dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Bila
ditemukan defisiensi zat besi (kadar feritin dan zat besi serum < dari
normal) diberikan pengobatan zat besi per oral dengan dosis 2-3 mg
besi elemental/kgbb/kali diberikan 3 kali sehari selama 3 bulan. Bila
terjadi defisiensi asam folat, diberi pengobatan asam folat dengan
dosis 1-5 mg/hari selama 3-4 minggu. Anemia pada pasien GGK juga
dapat diobati dengan androgen karena dapat meningkatkan produksi
eritropoietin oleh hepatosit. faktor pemberat, dan bila mungkin
memperlambat progresivitas gagal ginjal.25
(iv). Asidosis
Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3- plasma turun di
bawah angka 15 mEq/L. Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan
pemberian Na HCO3- (Natrium Bikarbonat) parenteral.4
(v). Osteodistrofi ginjal
Salah satu tindakan pengobatan terpenting
untuk mencegah
b. Dialisis
Dialisis adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui
suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair
lainnya. Hemodialisis dan dialisis peritoneal merupakan dua teknik utama yang
digunakan dalam dialisis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama, difusi zat terlarut
dan air dari plasma ke larutan dialisis sebagai respons terhadap perbedaan konsentrasi
atau tekanan tertentu.20
i. Dialisis Peritoneal
Dialisis peritoneal pada mulanya hanya dianjurkan untuk gagal ginjal akut
yang tidak hiperkatabolik. Sikap tersebut timbul karena dialisis peritoneal
tidak seefektif hemodialisis, sehingga memerlukan waktu dialisis yang
panjang. Di samping itu, teknik untuk berkali-kali menusuk dinding
abdomen atau menempatkan kateter permanen belum dikuasai. Tetapi
kemudian kesulitan ini diatasi dengan diperkenalkannya berbagai kateter,
yang dapat bertahan lama.31
Dialisis peritoneal sangat mirip dengan hemodialisis, kecuali bahwa
peritoneum berfungsi sebagai membran semipermeabel. Dialisis peritoneal
dilakukan dengan menginfuskan 1-2 L cairan dialisis kedalam abdomen
melalui kateter. Dialisat tetap berada dalam abdomen untuk waktu yang
berbeda-beda dan kemudian dikeluarkan melalui gaya gravitasi ke dalam
wadah yang terletak di bawah pasien. Setelah drainase selesai, dialisat yang
baru dimasukkan dan siklus berjalan kembali. Pembuangan zat terlarut
dicapai melalui difusi , sementara ultrafiltrasi (pembuangan air) dicapai
lebih rendah. Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient
tekanan (perbedaan tekanan hidrostatik), dimana air bergerak dari daerah
dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih
rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat
ditingkatkan
melalui
e. Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal yang berhasil merupakan cara pengobatan yang lebih
disukai oleh pasien-pasien yang mengalami gagal ginjal stadium akhir.
Transplantasi ginjal adalah suatu prosedur yang menempatkan ginjal yang
sehat yang berasal dari organ orang lain ke dalam tubuh pasien gagal ginjal.
Ginjal yang baru mengambil alih fungsi kedua ginjal yang telah mengalami
kegagalan dalam menjalankan fungsi. Teknik pembedahan yang dilakukan
pada transplantasi ginjal relatif sederhana dan umumnya dilakukan oleh ahli
bedah dengan latar belakang urologi, vaskuler, atau bedah umum. Seorang
ahli bedah menempatkan ginjal yang baru (donor) pada sisi abdomen bawah
dan menghubungkan arteri dan vena renalis dengan ginjal yang baru. Darah
mengalir melalui ginjal yang baru yang akan membuat urin seperti ginjal kita
saat masih sehat atau berfungsi.4
Transplantasi ginjal pertama kali berhasil dilakukan pada kembar identik
pada tahun 1954 oleh Merryl, Murray, dan Harrison di Boston. Pada tahun
1998, telah dilakukan 13.272 transplantasi ginjal di Amerika Serikat. Jumlah
ini masih kecil dibandingkan dengan 47.210 yang terdapat dalam daftar
tunggu di 251 pusat layanan transplantasi.20