Anda di halaman 1dari 2

Sejarah runtuhnya Uni Soviet / USSR (Union of Soviet Socialist Republics)

Uni Soviet mulai dibentuk sejak meletusnya Revolusi Rusia pada 25 Oktober 1917. Revolusi Rusia lahir
sebagai reaksi kekecewaan rakyat terhadap Tsar Nicholas II yang despotis dan korup. Revolusi
digerakkan kaum Bolsyewik yang berhaluan marxisme di bawah pimpinan Vladimir Ilyich Lenin.
Setelah berhasil merebut tampuk kekuasaan, sejak tahun 1922 Lenin mulai mengembangkan teritorial
negara ke wilayah sekitarnya. la kemudian membentuk federasi dengan nama Uni Soviet. Mulai 30
Desember 1922, federasi ini terdiri dari 15 negara bagian, yaitu Rusia, Armenia, Azerbaijan, Belorusia,
Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirgisia, Latvia Lithuania, Moldovia, Tadjikistan, Turkmenistan,
Ukraina, dan Uzbekistan.
Pada tahun 1924 Lenin meninggal dan digantikan Joseph Stalin. Semasa tampil di panggung kekuasaan,
Stalin sering menindas dan melenyapkan semua saingan politiknya. Tidak tanggung-tanggung, tokoh
sekaliber Leon Trotsky yang berjasa dalam Revolusi Rusia dipecat dan dibunuhnya. Tatkala Stalin
mampu mengukuhkan kekuasaannya, pada tahun 1952 Partai Uni Serikat Komunis (PUSK) diubahnya
dengan nama baru Partai Komunis Uni Soviet (PKUS). la menjabat Sekretaris Jenderal PKUS sampai
tahun 1953. Berkat kepiawaian politik, ia menjadi diktator yang mampu mengantarkan Uni Soviet
menjadi negara komunis terkuat di dunia.
Sepeninggal Stalin, jabatan sekjen partai dipegang oleh NikitaJ Khuschev sampai tahun 1964. Kemudian
beralih kepada Leonid Brezhnev yang berkuasa cukup lama, yaitu dari tahun 1964 sampai 1982. Pada
saat Uni Soviet di bawah kendalinya, negara mengalami kemerosotan di segala bidaiig. Tingkat
pertumbuhan ekonomi menurun drastis, korupsi merajalela, produk pertanian kurang variatif, sektor
jasa berjalan payah, dan berbagai kemunduran lainnya.
Penerus pemerintahan Uni Soviet harus mewarisi kerusakan dan kemacetan ekonomi dari Brezhnev.
Jabatan Sekjen PKUS berturut-turut beralih dari Yuri Andropov (1982-1984), ke Konstantin Chernenko
(1984-1985), sampai akhirnya dijabat oleh Mikhail Gorbachev sejak 11 Maret 1985. Mikhail Gorbachev
menyadari bahwa penerapan marxisme telah menyeret negara ke ambang kemunduran. Sistem politik
yang dijalankan itu ternyata gagal membawa Uni Soviet ke dalam kehidupan yang makmur seperti di
negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, sejak berkuasa, Gorbachev
menghadapi tantangan kemacetan ekonomi yang tidakboleh dibiarkan berlarut-larut. la ingin
memulihkan kondisi politik dan ekonomi Uni Soviet melalui suatu reformasi.
Untuk merealisasikan ambisinya, Gorbachev melontarkan ide reformasi berupa perestroika, glasnot, dan
demokratisasi.
1. Perestroika, yaitu menata kembali berbagai kebijakan di semua bidang kehidupan.
2. Glasnot bermakna membuka diri dari pergaulan internasional dan memperluas partisipasi
masyarakat dalam negara.
3. Demokratisasi, yakni memperlakukan sama terhadap semua warga negara untuk menyampaikan
gagasan atau pandangan terhadap semua kebijakan pemerintahan.
Melalui reformasi politik dan ekonomi, Gorbachev berusaha membawa Uni Soviet kepada kehidupan
yang lebih baik. Sejak diterapkan ide pembaharuan, tumbuh suatu suasana yang makin hidup di Uni
Soviet. Akan tetapi di lain pihak, kebijakan Gorbachev menimbulkan dampak yang tidak diduga
sebelumnya. Pertentangan sosial dalam masyarakat muncul. Bahkan di era reformasi itu lahir kelompokkelompok masyarakat yang satu sama lainnya bersaing memperebutkan pengaruh dan kekuasaan, yaitu
kelompok moderat, konservatif, dan radikal.
1. Kelompok moderat, yakni kelompok yang menyetujui reformasi tetapi tetap menjalankan komunisme
yang disempurnakan.
2. Kelompok konservatif, yakni kelompok yang menentang reformasi dan ingin mempertahankan
komunisme.
3. Kelompok radikal, yakni kelompok yang mendukung reformasi, tetapi ingin meninggalkan
komunisme.
Pada tanggal 19 Agustus 1991 kelompok konservatif di bawah pimpinan Wakil Presiden Gennadi
Yanayev melancarkan kudeta terhadap Gorbachev. Akan tetapi usaha perebutan kekuasaan ini dapat
digagalkan Boris Yeltsin, pemimpin kelompok radikal. Gorbachev dapat diselamatkan dan nama Yeltsin
mulai melambung di pentas politik Uni Soviet.

Gorbachev memang selamat dari kudeta, tetapi ia menghadapi kesulitan ekonomi dalam negeri yang
makin parah. Selain itu, kelompok militer mulai terpecah-pecah dan negara-negara bagian semakin
banyak yang menuntut kemerdekaan. Pada saat itulah seakan-akan timbul kekosongan pimpinan pusat
dan negara berada dalam vacuum of power. Apalagi hal ini kemudian disusul dengan pernyataan
pengunduran diri Gorbachev sebagai Sekjen PKUS dan sekaligus mengeluarkan dekrit pembubaran
PKUS pada 24 Agustus 1991.
Sehari sesudah peristiwa itu, Boris Yeltsin mengambil alih kekuasaan. Sayang sekali tindakan Boris
Yeltsin tidak didukung semua negara bagian di Uni Soviet. Mereka malahan dengan leluasa dapat
melepaskan diri dari Uni Soviet. Akibatnya, runtuhlah negara adidaya yang telah dibangun dengan
susah payah itu. Secara resmi, pembubaran Uni Soviet berlangsung pada 8 Desember 1991. Bendera Uni
Soviet diturunkan dan dikibarkanlah bendera Rusia. Selanjutnya, negara-negara bekas Uni Soviet
mengikat diri dalam organisasi Commonwealth of Independent States (CIS) di bawah pimpinan Rusia.
Apakah yang menyebabkan runtuhnya Uni Soviet?Ada beberapa hal yang dianggap menjadi faktor
penyebab keruntuhan Uni Soviet.
1. Sistem marxisme-komunisme ternyata tidak memiliki kontrol efektif terhadap bidang politik dan
ekonomi.
2. Marxisme-komunisme tidak memiliki kelenturan dalam menghadapi perubahan.
3. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi telah memberi peluang kepada
negara-negara bagian untuk melepaskan diri dari Uni Soviet.
4. Sistem ekonomi pasar telah mengundang masuknya liberalisme dan kapitalisme yang bertentangan
dengan komunisme.
5. Kaum buruh yang merupakan andalan marxisme-komunisme ternyata lebih memihak kapitalisme
yang memberikan kebebasan untuk memiliki sesuatu daripada komunis yang tidak mengakui hak
individu.

Anda mungkin juga menyukai