NIM
: 201410330311137
Fakultas: Kedokteran
Kelas : A
Ulangan: UTS KWN
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah Pancasila dapat dikatakan sebagai Sistem Filsafat,
karena di dalamnya terdapat nilai-nilai Ketuhanan (theologi), nilai manusia (antropologi),
nilai kesatuan (metafisika, yang berhubungan dengan pengertian hakekat satu), kerakyatan
(hakekat demokrasi) dan keadilan (hakekat keadilan)
Fakta :
Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi/sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia
ingin melihat hakikat ilmu dari konstelasi lainnya.
Sumber pengetahuan pancasila pada dasarnya adalah bangsa indonesia itu sendiri
yang memiliki nilai adat istiadat serta kebudayaan dan nilai religius.
Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk tuhan yang maha
esa, maka sesuai dengan sila pertama pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang
bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi.
Selain itu dalam sila ke 3, ke 2, ke 4, dan ke 5, maka epistimologis ( hakikat dan sistem
pengetahuan ) pancasila juga mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya
dengan hakikat sifat kodrat manusia makhluk individu dan sosial.
Ide Pokok :
Pancasila dapat dikatakan sebagai Sistem Filsafat, karena merupakan suatu kesatuan yang
saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifikasi yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satu bagian/unit-unit
yang saling berkaitan satu sama lain,dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing.
Referensi :
Jurnal : http://indridjanarko.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Modul-Pancasila-3-PancasilaSebagai-Sistem-Filsafat.pdf
2. Apa yang dimaksud dengan sila 2, diliputi, didasari, dijawai sila 1, dan mendasari dan
menjiwai sila 3, 4, dan 5 ? Jelaskan
Jawab :
Teori :
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sisitematis didasari dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila
kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan.
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa Negara harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu dalam
kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan Negara harus
mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak
kodrati (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan Negara.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap
moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya, baik terhadap diri sendiri,
sesama manusia, maupun lingkungan. Nilai kemanusiaan yang beradab adalah pewujudan
nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral, dan beragama.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung pengertian
bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia
lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan Negara, adil terhadap lingkungannya, serta adil
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan sifat ideologi pancasila
yang terbuka, sikap dan perilaku harus senantiasa menempatkan manusia sebagai mitra sesuai
dengan harkat dan martabatnya. Hak dan kewajiban dihormati secara beradab. Sikap dan
perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan antara lain:
a)
b)
Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membedabedakan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan social, dan sebagainya.
c)
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, dan tidak semenamena terhadap orang lain.
d)
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti menolong orang lain, memberi bantuan
kepada yang membutuhkan, menolong korban banjir, dll.
Fakta :
Menurut sila ini, setiap manusia Indonesia merupakan bagian dari warga dunia yang
meyakini adanya prinsip persamaan harkat dan martabat sebagai hamba Tuhan. Di dalamnya
terkandung nilai cinta kasih yang harus dikembangkan seperti nilai etis yang menghargai
keberanian untuk membela kebenaran, santun dan menghormati harkat kemanusiaan.
Hal ini merupakan landasan kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan
kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma kebudayaan pada
umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia, maupun terhadap alam
lingkungannya.
Nilai-nilai dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab itu adalah nilai yang
merupakan refleksi dari martabat serta harkat manusia yang memiliki potensi kultural.
Potensi itu dihayati sebagai hal yang bersifat umum (universal) dan dimiliki oleh semua
bangsa tanpa kecuali. Kesimpulannya, sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung
suatu konsep nilai-nilai kemanusiaan yang lengkap, adil dan bermutu tinggi karena
kemampuannya berbudaya.
Ide Pokok :
Sila kedua tertulis kemanusiaan yang adil dan beradab yang diliputi sila ke-1 dan isinya
meliputi sila 3, 4, dan 5, dalam sila ini terkandung makna bahwa sangat menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk tuhan yang beradab, maka segala hal yang
berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara harus mencerminkan bahwa negara ini
mempunyai peraturan yang menjunung tinggi harkat dan martabat manusia.
Referensi :
http://103.241.206.139/penyok/akademik/T.ELEKTRO/Materi%20Kuliah/Pancasila/PCL/Pe
ngertian+Filsafat+dan+Filsafat+Pancasila.pdf
3. Dalam proses perumusan Pancasila, Mr. Moh. Yamin dan Ir. Soekarnao pada sidang
BPUPKI menyampaikan lima hal rumusan pancasila sebagai dasar-dasar negara. Jelaskan
masing-masing perbedaan rumusan antara pokok-pokok pikiran Moh.yamin dengan
Ir.soekarno..!
Jawab :
Teori :
Perbedaan rumusan antara pokok-pokok pikiran Moh.yamin dengan Ir.soekarno yaitu :
No.
1.
Moh.yamin
Ketuhanan
menuntut
Yang
setiap
Ir.soekarno
Maha
warga
gerakan
kebangsaan
yang
timbul
mengakui Tuhan Yang Maha Esa pada bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah
2.
bahwa sifat dan keadaan negara Menurut Bung Karno, perikemanusian itu
Indonesia
harus
sesuai
dengan mengalami
hakikat satu
tahapan
perkembangan
perkembangan
sesuai
masyarakat.
dengan
Pada
rakyat
kebijaksanaan kesejahteraan
permusyawaratan/ Perwakilan
ekonomi,
Sosial,
sebuah
dapat
berarti:
masyarakat.
dalam
pendayagunaan
orang
yang
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Ketuhanan yang Berkebudayaan, ialah kita
Indonesia,
seluruh
Indonesia mendapatkan
perlakuan
yang
bidang
hukum,
adil
ekonomi, kebudayaan
Fakta :
Dalam sidang pertama tanggal 29 Mei 1945, ketua BPUPKII, dr. Radjiman
mengajukan pertanyaan kepada anggota BPUPKI, Negara Indonesia yang akan kita bentuk,
apa dasarnya?
Pertanyaan dr. Radjiman tersebut, ternyata mendapatkan tanggapan. Anggota
BPUPKII mengemukakan pendapatnya mengenai dasar Negara Indonesia Merdeka. Tiga
orang mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya yaitu M. Yamin,
Soepomo, dan Soekarno.
Rumusan Muh. Yamin
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muh. Yamin mendapat kesempatan yang pertama
untuk mengemukakan pidatonya di hadapan siding BPUPKI. Pidato Mr. Muh Yamin itu
berisikan lima asas dasar Negara Indonesia merdeka, yaitu (1) Peri Kebangsaan; (2) Peri
Kemanusiaan; (3) Peri ketuhanan; (4) Peri Kerakyatan; (5) Peri Kesejahteraan Rakyat.
Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai Rancangan UUD RI.
Di dalam pembukaan Rancangan UUD itu tercantum rumusan lima asas dasar Negara, yang
berbunyi sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan permusyawaratan/ Perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kalau kita bandingkan dengan rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945, rumusan dan sistematika dasar Negara yang disampaikan oleh M. Yamin (usul
tertulis) pada tanggal 29 mei 1945 hampir sama dengan Pancasila sekarang ini (Pembukaan
UUD 1945). Tiga sila yang sama yaitu sila pertama, keempat, dan kelima, baik
perumusannya maupun tempat sistematikanya. Perbedaan pada sila kedua dan ketiga berbeda
tempat (urutan). Jadi secara substansial, rumusan dasar Negara Muh. Yamin tidak berbeda
dengan rumusan Pancasila sekarang. Akan tetapi jika dilihat secara hirarkis bahwa urutan
Pancasila yang lebih tinggi meliputi dan menjiwai urutan yang berikutnya, perbedaan urutan
antara rumusan dasar Negara M. Yamin dengan Pancasila sekarang menjadi cukup prinsipil.
M. Yamin adalah tokoh pertama yang tampil mengemukakan dasar Negara (tanggal
29 Mei 1945), namun lahirnya Pancasila justru pada tanggal 1 Juni 1945 pada saat Soekarno
menyampaikan rumusan dasar negaranya. Di sini penulis tidak melihat suatu kejanggalan,
karena pada saat Soekarno berpidato dan mengusulkan nama Pancasila, anggota sidang
BPUPKI menerimanya.
Rumusan Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945, di hadapan sidang BPUPKI, Soekarno menyampaikan
pidatonya yang dikenal Pidato Lahirnya Pancasila. Dalam pidato itu dikemukakan/
diusulkan juga lima hal untuk menjadi dasar negara merdeka, yang perumusannya serta
sitematikanya sebagai berikut:
1. Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Untuk lima dasar Negara itu, beliau memberi nama Pancasila, dikatakannya bahwa
nama itu berasal dari seorang ahli bahasa teman beliau, tetapi tidak dikatakannya siapa. Usul
mengenai Pancasila itu diterima oleh peserta sidang.
Sistematika rumusan Pancasila menurut Ir. Soekarno itu merupakan hasil pemikiran
atas dasar Metode Historis Materialisme. Dengan pola pikir yang dialektis ini, maka asas
kebangsaan Indonesia dihadapkan dengan asas Internasionalisme menjadi sosionasionalisme. Selanjutnya asas mufakat atau demokrasi dihadapkan dengan asas
Kesejahteraan Sosial akan menjadi Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan. Menurut beliau ada
tiga hal penting dalam suatu Negara, yaitu: Nasionalisme, Demokrasi, dan Ketuhanan,
yang disebut Tri Sila. Tri Sila ini merupakan perasan dari Lima Sila/Pancasila. Trisila ini
kemudian diperas lagi menjadi Eka Sila yaknii Gotong Royong. Dengan demikian
kiranya dapat dipahami bahwa Ir. Soekarno tidak menggunakan cara berfikir filosofis dan
religious. Beliau lebih menekankan kepada nasionalisme atau kebangsaan.
Rumusan Pancasila yang disampaikan oleh Soekarno sebenarnya hampir sama dengan
rumusan Pancasila sekarang (Pembukaan UUD 1945). Perbedasaannya terletak pada tata
urutannya.
Ide Pokok :
Kalau kita bandingkan rumusan dasar Negara dari M. Yamin, dan Soekarno
nampaknya memiliki kemiripan, bedanya terletak pada penekanannya (urutan). Hal ini
dimungkinkan mengingat, rumusan dasar Negara itu berasal dari bangsa Indonesia sendiri
yang telah berkembang sejak dulu. Sebelum para tokoh pendiri bangsa menggali rumusan
dasar negara dan secara formal telah disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, namun
jauh sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan
bahkan melaksanakan di dalam kehidupan mereka. Sejarah bangsa Indonesia memberikan
bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa, kesenian,
kepercayaan, agama dan kebudayaan.
Referensi:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Puji%20Wulandari%20Kuncorowati,%20SH.,M.Kn./
Materi%20Pancasila%202.pdf.
memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik mayoritas maupun minoritas, atas
kelompok lainnya.
e. Bahasa
Bahasa adalah salah satu atribut identitas nasional Indonesia sekalipun Indonesia memiliki
ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa melayu)
sebagai bahasa penghubung (lingua franca) berbagai kelompok etnis yang mendiami
kepulauan nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Peristiwa sumpah pemuda tahun 1928, yang menyatakan bangsa Indonesia sebagai bahasa
persatuan bangsa Indonesia, talah memberikan nilai tersendiri bagi pembentukan identitas
nasional Indonesia. Lebih dari sekadar bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki nilai
tersendiri bagi bangsa Indonesia, ia telah memberikan sumbangan besar pada pembentukan
nasionalisme Indonesia.
Ide Pokok :
Unsur-unsur pembentukan identitas Indonesia, yaitu :Sejarah yang merupakan awal kisah
berdirinya suatu bangsa, Kebudayaan yang membedakan anatar negara, Suku Bangsa yang
merupakan pembeda suku anatar negara, Agama merupakan identitas keiman suatu manusia,
sedangkan, Bahasa adalah suatu identitas suatu negara.
Rrferensi :
Jurnal : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/IDENTITAS%20NASIONAL%20INDONESIA.pdf .
SEBAGAI bangsa yang besar Indonesia memiliki potensi untuk diperebutkan dalam berbagai aspek
kepentingan, baik itu ekonomi, politik, dan juga budaya. Sumber daya alam yang berlimpah dan
didukung potensi pasar dalam negeri yang potensial membuat Indonesia semakin menarik bagi pihak
asing
yang
merasa
memiliki
kepentingan.
Dalam kondisi percaturan kepentingan dunia yang serba terbuka seperti saat ini Indonesia tidak
dapat lagi menutup diri pada kepentingan-kepentingan yang ada, harapannya justeru Indonesia dapat
memposisikan diri dengan baik agar tidak terjebak dalam arus kepentingan tersebut, yang seharusnya
malahan
menjadi
lokomotif
terhadap
kepentingan
yang
bermain
yang
muaranya
dapat
mensejahterakan rakyatnya sendiri tanpa mengadaikan diri pada kepentingan bangsa lain.
Hal ini akan dapat terwujud jika pemimpin Indonesia mendatang memiliki semangat nasionalisme
yang tinggi dan memiliki visi besar, jelas dan terukur dalam menentukan arah bangsa kedepan.
Seorang pemimpin yang memiliki semangat nasionalisme tinggi sudah dapat dipastikan berani
mempertaruhkan dirinya untuk kepentingan bangsanya, bukan kelompok. Harkat dan martabat
bangsa jauh lebih penting dari sekedar kepentingan sesaat yang dapat mengorbankan masa depan
bangsa
Indonesia.
Tantangan perjalanan bangsa ini kedepan tentu jauh lebih berat, berbagai permasalahan yang sudah
terlanjur menyendera membutuhkan kecakapan menejerial seorang pemimpin untuk mengurai
berbagai permasalahan tersebut satu persatu. Kompleksitas permasalahan bangsa tidak dapat
dianggap atau dipandang dengan mudah. Terbukti selama ini bangsa Indonesia selalu terjebak dalam
lingkaran permasalahan yang tak kunjung usai. Indonesia masih bermasalah dengan korupsi,
kemiskinan, politik, ekonomi, kerukunan antar ummat ber agama, budaya yang semakin tidak ber
etika
dan
lain
sebagainya.
Singkat
cerita
Indonesia
sedang
memiliki
masalah
besar.
Pemimpin Indonesia mendatang tidak hanya cukup dengan bermodalkan kesederhanaan, lebih jauh
dari itu kita butuh pemimpin yang dapat memberi solusi terhadap permasalahan yang ada. Visinya
jelas dan harus memiliki integritas yang tinggi dan memiliki komitmen yang baik pula utuk
mensejahterakan rakyat Indonesia.