Anda di halaman 1dari 14

STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN

IRIGASI LODAGUNG PADA BENDUNGAN WLINGI BLITAR


1

Ridho Hashiddiqi1, Suwanto Marsudi2, Ery Suhartanto2


Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
e-mail: hashiddiqiisme@yahoo.com

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya air yang
berlimpah dan bisa dimanfaatkan dalam berbagai hal, salah satunya adalah pengembangan
sumber daya air menjadi sumber energi. Dengan memanfaatkan bangunan air yang sudah
ada bisa dikembangkan menjadi unit pembangkit listrik dengan skala kecil (PLTMH).
Studi kelayakan diperlukan untuk mengidentifikasi potensi yang dapat dikembangkan.
Studi berlokasi pada bendungan Wlingi, Kabupaten Blitar. PLTMH direncanakan
dengan memanfaatkan debit irigasi yang melewati saluran irigasi Lodagung kemudian
akan dialirkan kembali menuju saluran irigasi. Dalam studi ini akan digunakan alternatif
debit untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Dari hasil kajian menunjukkan dengan debit desain sebesar 14,370 m3/dt (alternatif
1) pada debit irigasi tahun 2012 dapat dibangkitkan energi tahunan sebesar 8804 MW dan
dapat mereduksi emisi gas karbon sebesar 5974 tCO2/tahun. PLTMH dibangun dengan
komponen bangunan sipil (pipa pesat, saluran tailrace, dan rumah pembangkit) dan
komponen peralatan mekanik elektrik seperti turbin dan generator. Dari perencanaan
tersebut didapatkan biaya pembangunan sebesar 64,41 milyar rupiah dengan nilai BCR:
1,55, NPV: 38,60 milyar rupiah, IRR: 17,90% dan paid back period: 11,21 tahun, sehingga
pembangunan PLTMH layak secara ekonomi.
Kata kunci: PLTMH, debit, energi, emisi, kelayakan ekonomi

ABSTRACT
Indonesia is a country that has the potential water resources are plentiful and can
be used in various ways, one of which is the development of water resources becomes a
source of energy. By using the water constructions could be developed into a mini/micro
hydroelectric power plant (MHP). The feasibility study is needed to identify the potential
that can be developed.
Studies are located at dam Wlingi, Blitar. MHP is planned to utilize the irrigation
flow passing through Lodagung irrigation channels then be channeled back to the
irrigation channel. In this study will be used to discharge alternate obtain optimum results.
The results of the study showed the design discharge of 14.370 m3/sec (alternative
1) the discharge of irrigation generated in 2012 can produced 8804 MW of annual energy
and can reduce carbon emissions by 5974 tCO2/tahun. MHP is built with components of
civil structures (penstock, tailrace channel, and power house) and electrical components of
mechanical equipment such as turbines and generator. From the planning it obtained
construction cost of 64.41 billion dollars to the value of BCR: 1.55, NPV: 38,60 billion
dollars, IRR: 17.90% and paid back period: 11.21 years, so the development of MHP
economically viable .
Keywords: MHP, discharge, energy, emissions, economic feasibility

1. Pendahuluan
Permintaan energi dunia berkembang
sangat
pesat
diakibatkan
oleh
perkembangan populasi manusia yang
sangat pesat dan juga perkembangan
sektor industri yang sangat besar.
Kebutuhan energi global meningkat
sebesar 70% mulai tahun 1971 dan
diperkirakan terus meningkat sebesar 40%
sampai tahun 2030, sementara akses energi
masih sangat kurang.
Kebutuhan listrik di Indonesia saat ini
sebagian besar di supply dari sumber
energi fosil. Dalam beberapa waktu
terakhir ini, harga bahan bakar minyak
mengalami kenaikan yang sangat berarti.
Cadangan minyak bumi pun semakin
menipis. Cadangan batubara dan gas pun
jumlahnya terbatas (unrenewable energy).
Disamping itu, saat ini terjadi pemanasan
global akibat polusi yang ditimbulkan dari
pembakaran sumber energi fosil. Hal ini
menuntut kita mencari sumber energi
alternatif yang bersih dan tidak terbatas
untuk menghasilkan listrik.
Sampai saat ini, pembangkit listrik dengan
tenaga air merupakan pembangkit yang
paling
ekonomis.
Karena
dengan
dioptimalkannya penggunaan tenaga air
untuk membangkitkan tenaga listrik maka
dapat menekan penggunaan bahan bakar
minyak
yang
harganya
cenderung
meningkat dan juga cadangannya semakin
kecil.
Sungai Brantas merupakan salah satu
sungai besar di pulau Jawa yang memiliki
potensi yang masih belum dimaksimalkan
karena sebagian besar air dari sungai
Brantas dipergunakan untuk kebutuhan
irigasi, air baku, dan PLTA. Dengan
peningkatan kebutuhan energi listrik maka
sungai Brantas harus lebih dimaksimalkan
lagi potensinya mengingat masih banyak
potensi yang tersimpan. pemanfaatan kanal
irigasi dan tinggi jatuh yang terdapat pada
bangunan melintang sungai untuk instalasi
pembangkit listrik tenaga mikrohidro dan
pembangkit listrik tenaga mikrohidro
dirasa dapat membantu kebutuhan energi
yang sedang meningkat.

Studi ini bertujuan untuk menganalisa


kelayakan dari perencanaan PLTMH
dengan memanfaatkan debit air sungai dan
bangunan irigasi yang dirasa dapat
meningkatkan produksi energi listrik untuk
memenuhi kebutuhan energi listrik yang
meningkat.
2. Pustaka dan Metodologi
Klasifikasi embangkit listrik tenaga air
Klasifikasi dari pembangkit listrik tenaga
air perlu ditentukan terlebih dulu untuk
mengetahui karakteristik tipe pembangkit
listrik,
mengklasifikasikan
sistem
pembangkit listrik perlu dilakukan terkait
dengan sistem distribusi energi listrik,
apakah listrik dapat disalurkan melalui
grid terpusat ataukah grid terisolasi.
Klasifikasi pembangkit listrik dapat
ditentukan
dari
beberapa
faktor
(Penche,2004:3) yakni:
1. Berdasarkan tinggi jatuh (head)
Rendah (< 50 m)
Menegah (antara 50 m dan 250 m)
Tinggi (> 250 m)
2. Berdasarkan tipe eksploitasi dan
tampungan air
Dengan regulasi aliran air (tipe waduk)
Tanpa regulasi aliran air (tipe run off
river)
3. Berdasarkan sistem pembawa air
Sistem bertekanan (pipa tekan)
Sirkuit campuran (pipa tekan dan saluran)
4. Berdasarkan penempatan rumah
pembangkit
Rumah pembangkit pada bendungan
Rumah
pembangkit
pada
skema
pengalihan
5. Berdasarkan metode konversi energi
Pemakaian turbin
Pemompaan dan pemakaian turbin
terbalik
6. Berdasarkan tipe turbin
Impulse
Reaksi
Reversible
7. Berdasarkan kapasitas terpasang
Mikro (< 100 kW)
Mini (antara 100 kW dan 500 Kw)
Kecil (antara 500 kW dan 10 MW)

8. Berdasarkan debit desain tiap turbin


Mikro (Q < 0,4 m3/dt)
Mini ( 0,4 m3/dt < Q < 12,8 m3/dt)
Kecil (Q > 12,8 m3/dt)
Debit desain
Debit desain merupakan besarnya debit
yang akan digunakan untuk mendesain
atau menghitung komponen dan bangunan
dalam PLTMH.
Dalam studi ini digunakan debit operasi
saluran irigasi yang kemudian dapat di
analisa untuk mengetahui debit desain
yang akan digunakan untuk menghitung
bangunan PLTMH.
Sedangkan operasi PLTMH menggunakan
debit yang tersedia, jadi debit operasi
PLTMH dapat berubah-ubah sesuai
dengan permintaan debit operasi irigasi.
Begitupula dengan energi yang dihasilkan
akan bervariatif.
Perencanaan bangunan PLTMH
Perencanaan bangunan PLTMH dengan
sistem tandon (reservoir) meliputi:
A. Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan bisa terdiri dari:
1. Pintu pengambilan
Pintu pengambilan direncanakan untuk
mengambil air dari bendungan.
2. penyaring (trashrack)
Trashrack digunakan untuk menyaring
muatan sampah dan sedimen yang masuk,
umunya pernyaring direncanakan dengan
menggunakan jeruji besi..
B. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa bisa berupa bangunan
pembawa bertekanan (pipa pesat).
Parameter desain yang direncanakan pada
pipa pesat adalah:
1. Diameter pipa pesat
Diameter ekonomis pipa pesat dapat
dihitung dengan persamaan:
Sarkaria formula:
(

ESHA formula:
D=(
)
Doland formula:
D = 0,176 (P/H)0,466

Fahlbuch formula:
D = 0,52 H-1/7 (P/H) 3/7
Gisalssous formula:
D = Q0,4
dengan:
D : diameter pipa (m)
n : koef kekasaran pipa
Q : debit pada pipa (m3/dt)
Hf : kehilangan tinggi tekan total pada pipa
(m)
H : tinggi jatuh (m)
P : Daya (kW)
Namun dalam penentuan diameter pipa
pesat perlu diperhitungkan besarnya
kehilangan tinggi dikarenakan hal ini akan
memperngaruhi besarnya daya yang akan
dihasilkan dan juga perlu diperhatikan
keaman terhadap gejala vortex.
2. Tebal pipa pesat
Tebal pipa pesat dapat dihitung dengan
persamaan:
Technical standart for penstock and gate:
t = (D+800)/400
USBR:
t = (d+500)/400
ESHA:
e = PD/2kf+es
dengan:
H : tinggi tekan maksimum ( m )
: tekanan statis + tinggi tekan akibat
pukulan air
: tegangan baja yang digunakan
(ton/m2 )
D : diameter pipa pesat ( m )
t : tebal pipa pesat ( m )
P : tekan hidrostatis pipa (kN/mm2)
kf : efisiensi ketahanan
es : tebal jagaan untuk sifat korosif (mm)
3. Kedalaman minimum pipa pesat
Kedalaman minimum akan berpengaruh
terhadap gejala vortex, kedalaman
minimum
dapat
dihitung
dengan
persamaan (Penche,2004 :120):
Ht > s
s=cV
dengan:
c : 0,7245 untuk inlet asimetris
0,5434 untuk inlet simetris

V : kecepatan masuk aliran (m/dt)


D : diameter inlet pipa pesat (m)

Gambar 1. Skema inlet pipa pesat


4. Sistem Pengambilan Melalui Pipa Pesat
(Inlet)
Sistem pengambilan pada mulut pipa pesat
perlu diperhitungkan dengan tujuan untuk
mengatur sistem regulasi debit air yang
masuk ke dalam turbin baik saat kondisi
operasional maupun kondisi perawatan
,intake pipa pesat biasanya didesain
dengan menggunakan sistem katup
(valve). Tipe katup yang sering
diaplikasikan adalah :
a.
Gate valve
b.
Butterfly valve
c.
Needle valve
C. Bangunan Pembuang
Bangunan pembuang digunakan untuk
mengalirkan debit setelah melalui turbin
menuju ke sungai. Bangunan pembauang
sendiri bisa direncanakan sesuai dengan
kondisi lapangan. Umunya bangunan
pembuang direncanakan dengan tipe
saluran terbuka (saluran tailrace).
Tinggi Jatuh Efektif
Tinggi jatuh efektif adalah selisih antara
elevasi muka air pada bangunan
pengambilan atau waduk (EMAW) dengan
tail water level (TWL) dikurangi dengan
total kehilangan tinggi tekan (Ramos,
2000:57).
Persamaan tinggi jatuh efektif adalah:
Heff
= EMAW TWL hl
dengan:
Heff
: tinggi jatuh efektif (m)
EMAW: elevasi muka air waduk atau hulu
bangunan pengambilan (m)
TWL : tail water level (m)
hl
: total kehilangan tingi tekan (m)

Gambar 2. Sketsa Tinggi Jatuh Effektif


Kehilangan tinggi tekan digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu kehilangan pada
saluran terbuka dan kehilangan pada
saluran tertutup.
Kehilangan tinggi tekan pada saluran
terbuka biasanya terjadi pada intake
pengambilan,
saluran
transisi
dan
penyaring.
Kehilangan tinggi pada saluran tertutup
dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu
kehilangan tinggi mayor (gesekan) dan
kehilangan tinggi minor. Kehilangan tinggi
mayor dihitung dengan persamaan Darcy
Wisbach (Penche,2004:38):
hf = f
sedangkan kehilangan minor dihitung
dengan persamaan (Ramos, 2000:64):
hf =
dengan:
hf : kehilangan tinggi tekan
V : kecepatan masuk (m/dt)
g : percepatan gravitasi (m/dt2)
L : panjang saluran tertutup / pipa (m)
D : diameter pipa (m)
f : koefisien kekasaran(moody diagram)
: keofisien berdasarkan jenis kontraksi
Perencanaan Peralatan Mekanik dan
Elektrik
Perencanaan peralatan mekanik dan
elektrik meliputi:
A. Turbin Hidraulik
Turbin dapat diklasifikasikan berdasarkan
tabel berikut (Ramos,2000:88):

Tabel 1. Klasifikasi jenis turbin

Sumber: Ramos, 2000:82


Dalam perencanan turbin parameter yang
mendasari adalah kecepatan spesifik turbin
(Ns) dan kecepatan putar/sinkron (n)
dimana kedua parameter tersebut dihitung
dengan persamaan (USBR,1976: 14):
Ns =

n=
dengan:
Ns : Kecepatan spesifik turbin (mkW)
n : kecepatan putar/sinkron (rpm)
P : daya (kW)
H : tinggi jatuh effektif (m)
f : frekuensi generator (Hz)
p : jumlah kutub generator
nilai n bisa didapatkan dengan melakukan
nilai coba-coba dengan persamaan:
Untuk turbin francis:
n =
atau n =

Untuk turbin propeller:


n =
atau n =

setelah didapatkan nilai parameter tersebut


maka dapat ditentukan parameter lain
seperti:
1. Titik pusat dan kavitasi pada turbin
Titik pusat perlu diletakkan pada titik yang
aman sehingga terhindar dari bahaya
kavitasi. Kavitasi akan terjadi bila nilai
aktual < kritis, dimana nilai kritis
dapat
dihitung
dengan
persamaan
(USBR,1976: 22):
c =
Hs = Ha Hv H.

Sedangkan titik pusat turbin dapat dihitung


dengan persamaan:
Z = twl + Hs + b
dengan:
Ns : kecepatan spesifik turbin (mkW)
c : koefisien thoma kritis
: koefisien thoma
Ha: tekanan absolut atmosfer (Pa/g)
Hv: tekanan uap jenuh air (Pw/g)
H : tinggi jatuh effektif (m)
Hs : tinggi hisap turbin (m)
Z : titik pusat tubrin
twl: elevasi tail water level
b : jarak pusat turbin dengan runner (m)
2. Dimensi turbin
Dimensi turbin reaksi meliputi:
Dimensi runner turbin, dimensi wicket
gate, dimensi spiral case dan dimensi draft
tube.
3. Effisiensi turbin
Effisiensi turbin sangat tergantung
pengaruh dari debit aktual dalam turbin
dengan debit desain turbin (Q/Qd).
Effisiensi turbin ditunjukkan pada gambar
berikut (Ramos,2000:99):

Gambar 3. Grafik effisiensi turbin

B. Peralatan Elektrik
Peralatan elektrik PLTMH meliputi
perencanaan generator, governor, speed
increaser (jika perlu), transformer,
switchgear dan auxiliary equipment.
Analisa Pembangkitan Energi
Produksi
energi
tahunan
dihitung
berdasarkan tenaga andalan. Tenaga
andalan dihitung berdasarkan debit
andalan yang tersedia untuk pembangkitan
energi listrik yang berupa debit outflow
dengan periode n harian. (arismunandar,
2005:19)
E = 9,8 x H x Q x g x t x 24 x n
dengan:
E : energi tiap satu periode (kWh)
H : einggi jatuh efektif (m)
Q : debit outflow (m3/dtk)
g : effisiensi generator
t : efisiensi turbin
n : jumlah hari dalam satu periode.
Analisa Reduksi Emisi Gas Karbon
Analisa reduksi emisi gas karbon dihitung
dengan persamaan (RETScreen, 2005:53):
GHG : (ebase eprop) Eprop (1- prop)
dengan:
GHG : Besaran reduksi gas karbon
(kgCO2e)
ebase : Faktor emisi gas karbon dari
sumber tidak terbarukan
eprop : Faktor emisi gas karbon dari
sumber terbarukan
Eprop : besarnya daya bangkitan (kWh)
prop : kehilangan daya pada grid
nilai unit konversi produksi emsisi gas
karbon per kWh adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai konversi produksi emisi

Sumber: IPCC,2006
Analisa Kelayakan Ekonomi
Analisa
ekonomi
dilakukan
untuk
mengetahui kelayakan suatu proyek dari
segi ekonomi. Dalam melakukan analisa

ekonomi dibutuhkan dua komponen utama


yaitu:
cost (komponen biaya)
meliputi biaya langsung (biaya konstruksi)
dan
biaya
tak
langsung
(O&P,
contingencies dan engineering)
benefit (komponen manfaat).
Manfaat didapatakan dari hasil penjualan
listrik berdasarkan harga tarif yang berlaku
dan pendapatan dari reduksi emisi gas
karbon (CER).
Parameter kelayakan ekonomi meliputi:
1. Benefit Cost Ratio

2. Net Present Value


NPV = PV Benefit PV Cost
3. Internal Rate Of Return
(

4. Analisa sensitivitas
Analisa sensitivitas dilakukan pada 3
kondisi yaitu:
Cost naik 20%, benefit tetap
Cost tetap, benefit turun 20%
Cost naik 20%, benefit turun 20%
3. Hasil dan Pembahasan
A. Debit Desain
Analisa debit desain direncanakan
menggunakan data debit saluran irigasi
Lodagung pada bendungan Wlingi pada
tahun 2006-2012. Debit desain yang
digunakan adalah debit terbesar, terkecil
dan rerata. Sedangkan debit operasi yang
digunakan untuk pola operasi PLTMH
nantinya adalah debit tiap periode dimana
dalam satu bulan adalah tiga periode.
Berikut adalah hasil analisa debit:
Debit Maksimum
: 14,370 m3/dt
Debit Minimum
: 7,380 m3/dt
Debit Rerata
: 11,231 m3/dt
B. Desain Bangunan Sipil
Bangunan pengambilan
Pintu intake
Data teknis pintu intake irigasi Lodagung
adalah sebagai berikut:
Tipe
: roller gate
Elevasi dasar pintu
: + 159,000m
Elevasi muka air tertinggi
: + 163,500

Elevasi muka air terrendah


: + 162,000
Tinggi muka air maks
: 4,50 m
Tinggi muka air normal
: 3,00 m
Debit maksimum
:17,50 m3/det
Saringan / Trashrack
: 2 @ 3,20 m
x 8,00 m
Pintu
: 2 @ 2,00 m
x 4,50 m
Trashrack
Jenis bahan
: besi
Bentuk jeruji
:
tipe
kotak
memanjang
Kemiringan trashrack : 90o
Tebal jeruji
: 8,0 mm
Jarak antar jeruji
: 850 mm
Lebar jeruji
: 800 mm
Bangunan pembawa
Perencanaan Pipa Pesat (Penstock)
Kajian perencanaan pipa pesat dalam studi
ini meliputi: diameter pipa pesat, tebal
pipa dan intake pipa pesat. Data teknis:
Elevasi MA maks
: +163,500
Elevasi MA terendah
: +162,000
Elevasi dasar pipa pesat
: + 159,000
Jumlah pipa pesat
: 2 buah
Debit desain
:14,370m3/dt
Panjang pipa pesat
: 60 meter
Jenis pipa
: pipa lingkaran dari
baja (cast iron)
Tegangan ijin pipa
:1400 kN/mm2
Koef kekasaran
: 0,014
Koef keamanan
: 1,1
Sudut kemiringan
: 10o
Gross head
: 9,82 meter
Dengan data teknis rencana diatas maka
dapat direncanakan diameter pipa pesat.
Debit desain yang digunakan adalah debit
desain yang sudah di kalikan dengan
koefisien keamanan, yaitu 14,370 x 1,1 =
15,807 m3/dt. Sehingga debit tiap pipa
pesat adalah 15,807/2 = 7,903 m3/dt.
Diameter pipa pesat
Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kecepatan maksimum dan
minimum, kecepatan ideal pada pipa pesat
dengan low head adalah 2,0 3,0 m/dt.
Persamaan Sakaria :
(

D = 2,68 m, maka:
A = 0,25 D2 = 0,25. 3,14. 2,682= 5,63m2
V = Q/A = 7,903/5,63 = 1,40m/dt
Persamaan diameter ekonomis ESHA
(Penche,2004):
Jika tinggi tekan karena gesekan pipa
direncanakan 4% dari gross head maka:
D = 2,69 (

D = 2,69 (
)
D = 1,65 m, maka:
A = 2,14 m2
V = 3,70 m/dt
Persamaan Doland:
D = 0,176 (P/H)0,466
P = 9,81 x Q x H x eff
Q = 14,370/2 = 7,185 m3/dt (debit untuk 1
buah penstock)
P = 9,81 x 7,185 x 9,82 x 0,93 x 0,96 =
617,961 kW = 531,45 HP
D = 0,176 (531,45/9,82)0,466
D = 1,13 m
A = 1,00
V = 7,87 m/dt
Persamaan Fahlbuch:
D = 0,52 H-1/7 (P/H) 3/7
D = 0,52 9,82-1/7 (617,961/9,82)3/7
D = 2,21 m
A = 3,84
V = 2,05 m/dt
Persamaan Gisalssous
D = Q0,4
D = 7,9030,4
D = 2,28 m
A = 4,10
V = 1,90 m/dt
Selanjutnya diameter dihitung dengan
pendekatan
kecepatan
berdasarkan
Mosonyi, yaitu:
Kecepatan potensial aliran pada pipa pesat
berdasarkan tinggi jatuh dihitung dengan:
V=
V=
V = 13,88 m/dt
Kecepatan yang bisa dicapai oleh pipa
pesat berdasarkan tinggi jatuh yaitu 13,88
m/dt sehingga kecepatan maksimum masih

bisa dicapai oleh pipa pesat (Vmaks =


3,0m/dt)
Untuk mencari diameter kisaran dihitung
dengan:
V maksimum = 3,0 m/dt
Q=VxA
D=

D=

D=

D=

D = 2,30 m
Kisaran nilai diameter pipa pesat adalah
1,83 2,30 m, di ambil 1,90 m dengan
kecepatan 2,79 m2/dt.

)
)

D = 1,83 m
V minimum = 2,0 m/dt
Q=VxA
Tabel 3. Diameter Pipa Pesat
Diameter
(m)
1 Sakaria
2.68
2 Pence celso
1.65
3 Gisalssous
2.29
4 Fahlbuch
2.21
5 Doland
1.13
6 Coba-coba
1.90
7 Rata-rata
1.98
Sumber: perhitungan
No.

Metode

Luas
(m2)
5.63
2.15
4.10
3.85
1.00
2.83
3.07

Kecepatan
(m/dt)
1.40
3.68
1.93
2.05
7.88
2.79
2.58

Re

3.76E+06
6.09E+06
4.40E+06
4.55E+06
8.91E+06
5.30E+06
5.09E+06

0.00009
0.00015
0.00011
0.00011
0.00022
0.00013
0.00013

0.015
0.014
0.015
0.015
0.014
0.013
0.013

Dengan hasil diatas diambil diameter pipa


pesat dengan rata-rata dari tiap formula
yaitu sebesar 1,98 m = 2,00 m.
Tebal Pipa Pesat
Tebal pipa menurut technical standart for
penstock and gate:
t = (D+800)/400
t = (1980+800)/400 = 6,95 mm + 3 mm =
9,95 mm
Tebal pipa menurut USBR:
t = (D+508)/400
t = (1980+508)/400 = 6,21 mm + 3 mm =
9,21 mm
Tebal pipa menurut ESHA:
e=
dengan:
e
: tebal pipa (mm)
P
: tekan hidrostatis dalam pipa
(kN/mm2)
D
: diameter pipa (cm)

: tegangan ijin pipa baja SS400


(4000 kN/mm2)
k
: efisiensi ketahanan (k = 1 untuk
pipa utuh)
es
: tebal jagaan untuk sifat korosif
(cm)

Hf 1
(m)
0.033
0.343
0.072
0.085
2.334
0.167
0.135

Hf 2
(m)
0.007
0.046
0.013
0.014
0.211
0.026
0.023

Hf 3
(m)
0.030
0.207
0.057
0.064
0.949
0.119
0.101

Hf 4
(m)
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1

Hf total
(m)
0.170
0.696
0.241
0.264
3.594
0.412
0.359

% of H
(%)
1.73
7.08
2.46
2.69
36.59
4.19
3.66

Heff
(m)
9.65
9.13
9.58
9.56
6.23
9.41
9.46

ijin = /3 = 4000/3 = 1333 kg/cm2


P = 9821 kN/mm2
Maka tebal pipa menurut ESHA:
e=
e=
e = 10,29 mm
Maka dari hasil perhitungan tebal pipa
untuk tiap metode adalah:
USBR
: 9,21 mm
ESHA
: 10,29 mm
Technical standart for penstock and gate:
9,95 mm
Direncanakan tebal pipa pesat adalah
10mm.
Bangunan pembuang
Saluran Tailrace dan Tail Water Level
Saluran
tailrace
berfungsi
untuk
membuang aliran setelah melewati turbin
menuju
sungai,
dalam
studi
ini
dikarenakan aliran air dari turbin akan
dikembalikan ke saluran irigasi maka debit
air akan dialirkan melalui saluran terbuka
dimana diujung saluran akan direncanakan
ambang lebar sebagai kontrol elevasi muka
air (TWL).
Bentuk ambang
: ogee tipe I

Lebar ambang
: 15 meter
Q = C B H1,5:
Tinggi ambang
: 0,5 meter
dengan:
Elevasi ambang
:+153,000
Q
: debit melalui ambang
(direncanakan)
B
: lebar ambang (15 meter)
Elevasi dasar
: +152,500
C
: koefisien debit (1,7)
Koefisien debit (C) : 1,7 m1/2/dt
H
: tinggi muka air diatas ambang(m)
Analisa elevasi muka air pada ambang
Dari persamaan tersebut dapat dihitung
dipergunakan sebagai acuan tail water
lengkung kapasitas ambang untuk tiap
level (TWL) untuk referensi tinggi efektif,
variasi ketinggian air, untuk debit
elevasi muka air pada ambang dihitung
14,37m2/dt didapat tinggi muka air 0,68 m.
dengan:
Tabel 4. Perhitungan Tinggi Muka Air Diatas Ambang
Alternatif
1
2
3

Debit operasi
(m3/dt)
14.37
7.38
11.23

Jumlah turbin
(unit)
2
2
2

H MA
(m)
0.68
0.44
0.58

TWL
(m)
153.68
153.44
153.58

Sumber: perhitungan
C. Tinggi Jatuh Efektif
Tinggi jatuh efektif dalam studi ini
mencakup berdasarkan elevasi muka air
pada hulu bendungan Wlingi dan elevasi
muka air pada saluran irigasi Lodagung.
Dimana elevasi muka air pada hulu
menggunakan ketetapan aturan operasi
Tabel 5. Tinggi Jatuh Efektif
Debit Operasi
Elv Ma Hulu
No.
(m3/dt)
(m)
1
14,370
163,500
2
7,380
163,500
3
11,230
163,500
Sumber: perhitungan

bendungan Wlingi yaitu +163,500 dan


elevasi pada hilir ditentukan berdasarkan
analisa tail water level pada analisa
sebelumnya yakni +153,680 sehingga
tinggi jatuh kotor (gross head) adalah
9,82 meter.

Elv TWL
(m)
153,580
153,440
153,680

Net Head
(m)
9,46
9,70
9,56

hidraulik, metode yang digunakan adalah


D. Perencanaan Peralatan Mekanik dan
metode Amerika (USBR), metode yang
Elektrik
dikembangkan oleh European small
Turbin Hidraulik
Dalam studi ini digunakan beberapa
hydropower association (ESHA) dan
metode dalam merencanakan turbin
simulasi program TURBNPRO V3.
Tabel 6. Rangkuman Spesifikasi Turbin Untuk Tiap Metode
No.

Uraian

1
2
3
4
5
6
7
8

tipe turbin
frekuensi generator
kutub generator (p)
kecepatan sinkron
kecepatan putar (n)
kecepatan spesifik (Ns)
faktor kecepatan
diameter maksimum

Metode
(ESHA)
nilai
Kaplan
50
16
375.00
375.00
557.89
1.18
1.17

Eropa Metode
Amerika
(USBR)
satuan
nilai
satuan
Kaplan
Hz
50
Hz
buah
16
buah
rpm
375.00
rpm
rpm
375.00
rpm
mkW
541.23
mkW
1.53
m
1.06
m

Simulasi
TURBNPRO V3
nilai
satuan
Kaplan
50
Hz
16
buah
375.00
rpm
375.00
rpm
563.40
mkW
1.57
1.23
m

No.

Uraian

9
10
11

koefisien kavitasi kritis (c)


tinggi hisap kritis (Hs)
tinggi hisap rencana (Hs')
jarak dasar turbin ke pusat
(de)
elv pusat turbin (Z)
koefisien kavitasi aktual (a)
kontrol kavitasi
lebar total spiral case
diameter intake spiral case
tinggi draft tube
panjang draft tube
biaya perunit turbin (juta
rupiah)
biaya pemasangan turbin
(juta rupiah)
biaya total turbin
(juta
rupiah)
Install Capacity
Rp/kW
Output energi
Rp/MWh

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Metode
(ESHA)
nilai
0.68
3.64
-0.50

Eropa Metode
Amerika
(USBR)
satuan
nilai
satuan
0.60
m
4.13
m
m
-0.50
m

Simulasi
TURBNPRO V3
nilai
satuan
0.77
0.00
m
-0.50
m

0.48

0.43

0.51

153.18
1.09
aman
4.47
1.66
2.34
4.56
11957.8
5

m
m
m
m

153.18
1.05
aman
4.38
1.68
2.58
6.55

m
m
m
m

153.18
1.09
aman
4.03
1.55
2.20
4.11

juta Rp

10317.01

juta Rp

12822.33

juta Rp

1793.68

juta Rp

1547.55

juta Rp

1923.35

juta Rp

juta Rp

11864.57

juta Rp

14745.68

juta Rp

kW

666.85
17.79
16.00
741.33

kW

666.85
22.11
16.00
921.35

kW

13751.5
3
666.85
20.62
16.00
859.24

MWh

MWh

m
m
m
m

MWh

Sumber: perhitungan dan simulasi


Dari hasil perencanaan turbin hidraulik
dengan menggunakan tiap metode pada
tabel diatas digunakan desain turbin
dengan
metode
Amerika
(USBR)
dikarenakan dari hasil perencanaan
didapatkan nilai rasio daya dengan biaya
yang rendah sehingga desain tersebut
merupakan desain yang ekonomis.
Generator
Generator
direncanakan
dengan
menggunakan tipe generator yang biasa
digunakan untuk PLTMH di Indonesia,
generator yang digunkaan adalah generator
sinkron 3 fasa dengan frekuensi 50
Hz.Generator sinkron harus memiliki
kecepatan putaran dasar yang sama dengan
turbin, pada analisa sebelumnya kecepatan
dasar turbin yang dipergunakan adalah 375
rpm dengan melihat tabel 2.7 maka jumlah
kutub yang harus digunakan adalah 16
buah. Dan dengan melihat daya teoritis
pada analisa sebelumnya maka efisiensi
generator berdasarkan tabel 2.6 adalah
0,96atau 96%.

Peningkat Kecepatan (Speed Increaser)


Peningkat kecepatan dibutuhkan untuk
PLTMH dengan tinggi jatuh rendah untuk
meningkatkan kecapatan turbin agar daya
yang dibangkitkan menjadi maksimal,
peningkat kecepatan didesain dengan tipe
parallel shaft with helical gear.
Pengatur Kecepatan (Governor)
Pengatur kecepatan dibutuhkan untuk
pengaturan kecepatan pada turbin dengan
mengatur guide vane sehingga didapatkan
kecepatan yang masih diijinkan oleh turbin
untuk beroperasi, pengatur kecepatan
memiliki tiga jenis tipe yakni: hidro
mekanik, mekanik elektrik dan hidro
elektrik. Dalam studi ini direncanakan
pengatur kecepatan menggunakan sistem
hidro elektrik dengan pertimbangan
bahwa sistem ini telah sering dipergunakan
dalam sistem PLTMH.
Transformer (Travo)
Transformer direncanakan dengan desain
yang biasa diterapkan pada lapangan

sesuai dengan standar nasional atau


E. Analisa Pembangkitan Energi
Analisa pembangkitan energi dihitung
standar PLN, dalam studi ini tidak
berdasarkan alternatif debit desain yang
membahas perencanaan transformer secara
dipergunakan
pada
pembahasan
teknis.
sebelumnya, data teknis yang dibutuhkan
Peralatan
Pengatur
Kelistrikan
adalah sebagai berikut:
(Switchgear Equipment)
Debit desain
: 14,370 m3/dt
Switchgear merupakan kombinasi antara
Jumlah turbin
: 2 buah turbin
Effisiensi turbin
: 93%
saklar pemutus, fuse dan pemutus aliran
Effisiensi
generator
: 96%
(circuit breaker). Switchgear difungsikan
Sistem operasi
: central grid
untuk
melindungi
generator
dan
Energi yang dihasilkan dalam satu hari,
transformator utama dari bahaya kelebihan
dihitung dengan:
kapasitas (overcapacity).
E = 9,8 x H x Q x g x t x 24
Dalam studi ini tidak direncanakan adanya
E = 9,8 x 9,46 x 14,370 x 0,96 x 0,93 x 24
switchgear dikarenakan sistem distribusi
E = 28577,37 kWh
listrik menggunakan sistem central grid
sehingga langsung akan disambungkan ke
switchgear milik PLN.
Tabel 7. Hasil Pembangkitan Energi Harian Tiap Alternatif
Debit
Jumlah
Net
Lama
Energi
Eff
Elv MA Elv TWL
Daya
Head Operasi
Harian
No Operasi Turbin
3
(m /dt)
(buah) (%)
(m)
(m)
(m)
(jam)
(kW)
(kWh)
1
14,370
2
89,28 163,500 153,680 9,46 24
11910,72 28577,37
2
7,380
2
89,28 163,500 153,440 9,70 24
627,24
15053,73
3
11,230
2
89,28 163,500 153,580 9,56 24
940,71
22577,06
Sumber: perhitungan
Pada studi ini digunakan data tahun 2012
menghitung energi yang dapat dihasilkan
sebagai pendekatan perhitungan energi
pada tahun mendatang.
yang kemudian bisa dijadikan acuan untuk
Tabel 8. Energi Total Operasi PLTMH Tahun 2012
Jumlah
Debit Operasi
Eff
Energi Harian
Turbin
No
(m3/dt)
(buah)
(%)
(kWh)
1
14,370
2
89,28
8803,846
2
7,380
2
89,28
4840,045
3
11,230
2
89,28
7472,947
Sumber: perhitungan
eprop : faktor emisi gas karbon dari
F. Analisa Reduksi Gas Karbon (GHG)
sumber terbarukan (eprop = 0 untuk tenaga
dan CER
air)
Reduksi gas karbon dihitung dengan:
prop : kehilangan energi pada jaringan
GHG : (ebase eprop) Eprop (1- prop)
grid (direncanakan 10%)
dengan:
GHG : (0,754 0) 8804 (1- 0,1)
Eprop : hasil produksi bangkitan energi
GHG : 5974 ton/tahun
(MW); 8804MW
PLTMH berhak mendapatkan kompensasi
ebase : faktor emisi gas karbon dari
dana dari badan internasional karena telah
sumber tidak terbarukan (lihat tabel 2.8)
menerapkan energi bersih dalam bentuk
ebase : 0,754 untuk sumber minyak bumi
CER. Besarnya dana dari CER dihitung

berdasarkan berapa ton gas karbon yang


CER = GHG x Rp 176.457,93
bisa tereduksi dengan harga tiap ton adalah
CER = 5974 x 176.457,93
11 euro atau setara dengan Rp.176.457,93
CER = 1054 juta rupiah atau setara 1,05
(konversi euro rupiah per bulan juni
milyar rupiah pertahun.
2014).
G. Analisa Ekonomi
Tabel 9. Hasil Perhitungan Estimasi Biaya Tiap Alternatif
No.

Biaya (Milyar Rupiah)


Alternatif 1
Alternatif 2
2,52
1,78
31,44
19,11
4,72
2,87
5,16
3,16
0,67
0,41
0,46
0,25
8,27
4,59
5,32
3,22
0,53
0,32
58,55
35,38
5,86
3,54
64,41
38,92
7.316
8.042

Item Pekerjaan

Alternatif 3
2,22
25,90
3,88
4,69
0,61
0,37
6,66
4,43
0,44
48,77
4,88
53,64
7.178

1
Biaya Engineering
2
Peralatan Hidromekanik
3
Pemasangan Hidromekanik
4
Pipa Pesat
5
Pemasangan Pipa Pesat
6
Saluran
7
Lain Lain
8
Biaya Contingencies
9
Biaya O & P
10
Capital Cost
11
PPN 10%
12
Total Cost
13
Rasio Rp/Kwh
Sumber:perhitungan
Berdasarkan peraturan menteri ESDM
bangkitan energi listrik yaitu, 1075 x 8804
no.12 tahun 2014 harga jual listrik yang
MW = 9,46 milyar pertahun ditambah
harus dibeli PT. PLN adalah Rp.
dengan pendapatan dari CER sebesar 1,18
1075/kWh. Maka nilai manfaat dari
milyar pertahun.
penjualan listrik adalah: harga jual x hasil
Tabel 10. Estimasi Manfaat Untuk Tiap Alternatif
Harga Jual Listrik
(Rp/kWh)
1
1
1075
2
2
1075
3
3
1075
Sumber:perhitungan
No Alternatif

Pembangkitan Tahunan
(MWh)
8804
4840
7473

Aliran dana (cash flow) disusun


berdasarkan tiap alternatif selama 35
tahun, dalam tabel cash flow masing
masing parameter dihitung dalam bentuk
nilai ekuivalensinya (P/V) untuk tiap
parameter. Kemudian akan dianalisa
kelayakan ekonominya dalam bentuk
benefit cost ratio (BCR), net present value
(NPV), internal rate of return (IRR) dan
paid back period.

Pendapatan
(Milyar Rp)
9,46
5,20
8,03

CER
(Milyar Rp)
1,05
0,58
0,89

Total
(Milyar Rp)
10,51
5,78
8,92

Tabel 11. Rangkuman Hasil Analisa Kelayakan Ekonomi


Dengan CER
Suku
Alternatif
PV Cost
Bunga
PV Benefit BCR NPV
1
2
3
1
2
3

12,00%
12,00%
12,00%

70,15
42,40
58,43

12,00%
76,68
12,00%
46,36
12,00%
63,80
Sumber: perhitungan

108,76
62,76
93,32
Tanpa CER
102,16
56,16
86,71

Dari hasil analisa diketahui bahwa nilai


BCR dan IRR memiliki nilai lebih baik
jika biaya lebih rendah (PV Cost)
dibandingkan dengan biaya yang lebih
tinggi, namun ketiga alternatif masih
memiliki parameter kelayakan ekonomi
yang baik (layak) dalam studi ini
diputuskan untuk mengambil alternatif 1
dikarenakan nilai NPV yang lebih tinggi
dari alternatif lainnya hal ini menunjukan
tingkat keuntungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan alternatif lainnya
meski nilai BCR dan IRR lebih rendah dari
alternatif lain selain itu energi yang bisa
disalurkan menuju grid lebih besar dari
pada alternatif lain sehingga suplai energi
bersih akan meningkat , alternatif 1
memiliki parameter desain sebagai
bereikut:
Debit desain
: 14,370 m3/dt
Jumlah turbin
: 2 unit turbin
Jumlah pipa pesat
: 2 buah
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan
yang
telah
dilakukan
dengan
memperhatikan rumusan masalah, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisa, setiap debit yang
melalui saluran irigasi Lodagung dapat
dikembangkan untuk pembangkitan energi
listrik dengan melihat besarnya debit yang
masuk melalui grafik hill curve turbin pro.
Dengan menggunakan data debit irigasi
pada tahun 2012, dapat dibangkitkan
energi sebesar:

1,55
1,48
1,60

38,60
20,37
34,89

Paid
Period
17,90% 11,21
17,22% 11,84
18,39% 10,76

1,46
1,32
1,48

32,00
13,77
28,29

16,87% 12,38
15,51% 14,40
17,16% 12,04

IRR

a. Alternatif 1: 8804 MWh pertahun


b. Alternatif 2: 4840 MWh pertahun
c. Alternatif 3: 7473 MWh pertahun
2. Komponen bangunan PLTMH yang
dipergunakan dalam studi ini adalah:
a. Bangunan sipil:
Bangunan pengambilan (roller gate,
trashrack)
Bangunan pembawa (pipa pesat).
Bangunan pembuang (saluran tailrace).
Sistem regulator (katup pintu).
Rumah pembangkit (power house)
b. Peralatan mekanik dan elektrik:
Turbin kaplan beserta kelengkapanya
(spiral case, draft tube dan wicket gate),
generator 50Hz 3 fasa dengan 16 kutub,
governor, speed increaser, dan aksesoris
kelistrikan.
3. Berdasarkan analisa reduksi emsisi gas
karbon maka besar reduksi dan pendapatan
dari CER yang dihasilkan dengan adanya
PLTMH untuk tiap jenis konversi bahan
bakar adalah:
a. Minyak
Dapat direduksi emisi gas karbon sebesar
5974 tCO2/tahun dengan pendapatan dari
CER sebesar 1,06 milyar rupiah
b. Diesel
Dapat direduksi emisi gas karbon sebesar
6054 tCO2/tahun dengan pendapatan dari
CER sebesar 1,07 milyar rupiah
c. Batu Bara
Dapat direduksi emisi gas karbon sebesar
7448 tCO2/tahun dengan pendapatan dari
CER sebesar 1,31 milyar rupiah
d. Gas Alam

Back

Dapat direduksi emisi gas karbon sebesar


4604 tCO2/tahun dengan pendapatan dari
CER sebesar 0,81 milyar rupiah
4. Berdasarkan analisa ekonomi terhadap
alternatif debit andalan terpilih (alternatif
1) didapatkan besar biaya total sebesar
64,41 milyar rupiah dengan nilai BCR
1,55, NPV 38,60 milyar rupiah, IRR
17,90% dan paid back period 11,21 tahun.
Dengan hasil analisa tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa perencanaan PLTMH
dengan alternatif debit andalan 1 layak
secara ekonomi.
Daftar pustaka
1. Anonim. 2006. Guidelines for National
Greenhouse
Gas
Inventories.
Switzerland: IPCC (International Panel
In Climate Change).
2. Anonim. 1986. Standar Perencanaan
Irigasi (Kriteria Perencanaan 02).
Bandung : CV. Galang Persada.
3. Anonim. 1986. Standar Perencanaan
Irigasi (Kriteria Perencanaan 04).
Bandung : CV. Galang Persada.
4. Anonim.
2005.
RETScreen
Engineering & Cases Textbook.
Kanada: RETScreen International.
5. Anonim,
1976.
Engineering
Monograph No. 20 Selecting Reaction
Turbines. Amerika: United States
Bureau of Reclamation.
6. Arismunandar A. & Kuwahara S. 2004.
Buku Pegangan Teknik Tenaga
Listrik. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
7. Arndt, R. E. A. 1998. Hydraulic
Turbines. New York: St. Anthony Falls
Laboratory University of Minnesota.
8. Chugoku Electric Power. 2009.
Potential Survey for mini Hydropower
Projects Utilizing Unexploted head on
an irrigation canal network in east
java state. Malang : Perum Jasa Tirta I.
9. Chow, Ven Te. 1997. Hidraulika
saluran terbuka. Jakarta : Erlangga
10. Dandekar, MM & K.N. Sharma. 1991.
Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Jakarta : Universitas Indonesia.
11. Department Of Energy, Energy
Utilization Management Bureau.

12.

13.

14.

15.
16.

17.

18.

19.

2009. Manuals and Guidelines for


Micro-hydropower Development in
Rural Electrification Volume I.
Filipina: Department of energy
Philippines.
Linsley, Ray K & Franzini, Joseph B.
1991. Teknik Sumber Daya Air Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Mosonyi, Emil. 1963. Water Power
Development Volume One Low Head
Power Plant. Budapest : Akademiai
Kiado.
Mosonyi, Emil. 1963. Water Power
Development Volume Two High
Head Power Plant. Budapest :
Akademiai Kiado.
Patty, O.F. 1995. Tenaga Air.
Erlangga : Surabaya.
Penche, Celso. 2004. Guidebook on
How to Develop a Small Hydro Site.
Belgia : ESHA (European Small
Hydropower Association).
Ramos, Helena. 2000. Guidelines For
Design Small Hydropower Plants.
Irlandia
:
WREAN
(Western
Regional
Energy
Agency
&
Network) and DED (Department of
Economic Development).
Suyanto, Adhi, dkk. 2001. Ekonomi
Teknik Proyek Sumberdaya Air.
Jakarta : MHI.
Varshney,R.S. 1977. Hydro-Power
Structure. India : N.C Jain at the
Roorkee Press.

Anda mungkin juga menyukai