2092 Ruubahankimia26042012
2092 Ruubahankimia26042012
Menetapkan :
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Bahan kimia adalah semua materi berupa unsur, senyawa tunggal,
dan/atau campuran yang berwujud padat, cair, atau gas.
2. Bahaya adalah sifat kemampuan alamiah bahan kimia yang dapat memberi
dampak negatf terhadap kesehatan manusia dan kualitas lingkungan.
3. Risiko adalah probabilitas atau kemungkinan terjadinya bahaya bila
terpapar atau terkena bahan kimia.
4. Label adalah keterangan mengenai bahan kimia yang berbentuk
piktogram/simbol, tulisan, atau kombinasi keduanya atau bentuk lain
yang juga berisi informasi identitas produk dan pemasok serta klasifikasi
bahan kimia.
5. Lembar Data Keselamatan (Safety Data Sheet) adalah lembar petunjuk yang
berisi informasi bahan kimia meliputi komposisi, ingredien, sifat fsika,
kimia, identitas atau jenis bahaya yang ditimbulkan, simbol bahaya,
identitas
produsen/distributor,
cara
penanganan,
pengankutan,
penyimpanan, pengendalian paparan, pertimbangan pembuangan,
tindakan khusus dalam keadaan darurat dan informasi lain yang
diperlukan.
6. Kemasan bahan kimia adalah wadah untuk mengungkung dan/atau
membungkus bahan kimia.
7. Sistem Harmonisasi Global tentang Klasifikasi dan Pelabelan Bahan Kimia
(Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals)
adalah sistem global yang diinisiatifkan dan diterbitkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk menstandarisasi kriteria dan mengharmonisasikan
sistem klasifikasi bahaya bahan kimia serta mengkomunikasikan informasi
tersebut pada label dan Lembar Data Keselamatan.
8. Pengadaan bahan kimia adalah upaya untuk menyediakan atau memasok
bahan kimia sebagai bahan baku yang berasal dari hasil eksploitasi
sumber daya alam lokal atau hasil produksi dalam negeri atau impor.
9. Produksi bahan kimia adalah kegiatan yang menghasilkan bahan kimia
melalui proses pengolahan bahan baku menjadi bahan antara dan/atau
bahan jadi.
10. Penyimpanan bahan kimia adalah kegiatan penempatan bahan kimia
untuk menjaga kualitas dan kuantitas bahan kimia serta mencegah
terjadinya interaksi dengan sesama bahan kimia dan lingkungan.
11. Pengangkutan bahan kimia adalah kegiatan pemindahan bahan kimia dari
satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan cara dan sarana
angkutan khusus bahan kimia.
12. Pembuangan bahan kimia adalah upaya memproses dan membuang
limbah bahan kimia yang dihasilkan dari produksi atau penggunaan bahan
kimia yang berupa sisa hasil proses produksi yang tidak dapat
Pasal 4
(1) Bahan kimia yang diatur dalam Undang-undang ini meliputi semua bahan
kimia, yang berupa bahan baku, bahan antara, bahan penolong dan/atau
bahan jadi.
(2) Bahan kimia yang tidak diatur dalam Undang-Undang ini meliputi:
a. zat radioaktif, obat, narkotika, psikotropika, residu bahan kimia, bahan
antara yang tidak diisolasi, serta bahan kimia yang hanya digunakan
sebagai senjata kimia; dan
b. bahan kimia yang belum diproduksi secara massal, tidak diperdagangkan,
dan/atau tidak dimanfaatkan untuk kepentingan industri.
Pasal 5
Pengaturan bahan kimia dalam Undang-Undang ini meliputi:
a. sistem klasifikasi, komunikasi bahaya dan risiko, serta kemasan bahan kimia;
b. pengelolaan bahan kimia;
c. keselamatan dan keamanan kimia;
d. riset dan pengembangan; dan
e. pembinaan dan pengawasan.
BAB II
SISTEM KLASIFIKASI, KOMUNIKASI BAHAYA DAN RISIKO,
SERTA KEMASAN BAHAN KIMIA
Bagian Kesatu
Sistem Klasifikasi
Pasal 6
Sistem klasifikasi bahan kimia dilakukan melalui tahapan:
a. identifikasi bahan kimia; dan
b. klasifikasi bahan kimia.
Pasal 7
Identifikasi bahan kimia sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. nama bahan kimia;
b. rumus molekul; dan
c. nomor registrasi CAS (Chemical Abstracts Services).
Pasal 8
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Bagian Kedua
Komunikasi Bahaya dan Risiko Bahan Kimia
Pasal 9
(1)
Bahaya dan risiko bahan kimia wajib dikomunikasikan pada setiap simpul
daur hidup bahan kimia.
(2)
Simpul daur hidup bahan kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pengadaan;
b. produksi;
c. ekspor;
d. penyimpanan;
e. pengangkutan;
f. distribusi;
g. penggunaan; dan
h. pembuangan dan pemusnahan.
(3)
(4)
(5)
Setiap Orang yang melakukan kegiatan pada simpul daur hidup bahan
kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib:
a. memasang label bahan kimia; dan
b. menyediakan dan menyertakan Lembar Data Keselamatan bahan kimia.
Pasal 10
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan komunikasi bahaya
dan risiko bahan kimia diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Kemasan Bahan Kimia
Pasal 13
6
(1) Bahan kimia wajib dikemas sesuai dengan persyaratan teknis paling sedikit
meliputi:
a. kemasan sesuai dengan wujud bahan kimia yang dikemas;
b. bahan kimia tidak berinteraksi atau bereaksi dengan kemasan;
c. tidak terjadi migrasi bahan kimia dari kemasan; dan
d. kemasan tidak mudah rusak dan/atau bocor.
(2) Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilengkapi label yang
dilekatkan, dicetak atau dibubuhkan pada kemasan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan kemasan dan tata cara
pengemasan bahan kimia diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB III
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 14
(1)
(4)
(1)
Pengelolaan bahan kimia wajib dilakukan pada setiap simpul daur hidup
bahan kimia untuk mengoptimalkan manfaat dan mereduksi risiko bahan
kimia sesuai dengan klasifikasinya, untuk melindungi manusia dan
lingkungan.
(2)
Pasal 16
(1)
Setiap Orang yang melakukan pengadaan bahan kimia yang berasal dari
impor wajib memiliki izin.
(2)
Izin untuk impor sebagaimana dimaksud ayat (1) diterbitkan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang perdagangan.
(3)
(1)
(2)
(1)
Setiap Orang yang melakukan kegiatan ekspor bahan kimia wajib memiliki
izin yang diterbitkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang perdagangan.
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
industri;
pertanian;
pertahanan;
pangan;
farmasi dan/atau kesehatan;
pendidikan; dan
riset dan pengembangan.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(1)
(2)
(1)
10
Bagian Ketiga
Pelaporan
Pasal 23
(1)
(2)
(3)
(4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai format dan tata cara penyusunan dan
penyampaian laporan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 24
(1)
Pembinaan
dan
pengawasan
terhadap
kegiatan
impor,
ekspor,
pendistribusian, pengangkutan, serta pembuangan dan pemusnahan bahan
kimia dilaksanakan oleh menteri dan/atau Bupati/Walikota yang
menerbitkan izin.
(2)
(1)
11
(2)
(3)
(4)
(5)
Bagian Kelima
Pengendalian
Pasal 26
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
dimaksud
pada
ayat
(2)
12
(4)
(5)
(6)
Dalam hal impor bahan kimia yang diklasifikasi sebagai bahan kimia
berbahaya wajib dilakukan notifikasi impor kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang perdagangan.
(7)
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara registrasi bahan
kimia yang diimpor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
(8)
Persyaratan dan tata cara pemberian persetujuan impor, serta tata cara
notifikasi impor sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat (5) dan
ayat (6), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 28
(2)
(3)
(4)
Persyaratan dan tata cara ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2),
dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 30
(1)
13
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
14
(3)
(4)
(5)
Persyaratan mengenai jenis dan jumlah, serta registrasi bahan kimia dalam
produk konsumen selain yang dimaksud pada ayat (2) dan/atau barang jadi
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 35
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
15
BAB V
KESELAMATAN BAHAN KIMIA
DAN PENGAMANAN BAHAN KIMIA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 37
(1)
Setiap Orang yang melakukan kegiatan pengelolaan bahan kimia pada setiap
simpul daur hidup wajib melaksanakan tindakan Keselamatan Bahan Kimia
dan Pengamanan Bahan Kimia.
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1) Tindakan Pengamanan Bahan Kimia pada setiap simpul daur hidup paling
sedikit meliputi:
(2)
a.
b.
c.
17
(3)
(4)
(1)
bahan
kimia
dilakukan
untuk
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
18
(2)
(3)
(4)
Pasal 43
(1)
(2)
(3)
Pasal 44
Pengaturan kegiatan riset dan pengembangan bahan kimia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42 dan Pasal 43 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
BAB VII
KOMITE BAHAN KIMIA
Pasal 45
(1)
(2)
Komite Bahan Kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
untuk:
a. membangun dan mengembangkan pusat data dan informasi nasional
tentang bahan kimia (national chemical inventory);
b. melakukan identifikasi dan analisis terhadap manfaat-risiko dalam
pengelolaan bahan kimia;
19
(4)
(1)
(2)
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurangkurangnya dapat berupa:
.a peringatan tertulis;
.b denda administratif;
.c pengumuman pelanggaran di media massa;
.d pembekuan kegiatan; atau
.e pencabutan izin atau penutupan kegiatan.
(3)
20
BAB IX
PENYIDIKAN
Pasal 47
(1)
(2)
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berwenang:
a. menerima laporan dari setiap orang tentang adanya dugaan tindak
pidana di bidang yang terkait bahan kimia;
b. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang yang terkait bahan kimia;
c. memanggil dan melakukan pemeriksaan terhadap orang atau korporasi
yang diduga melakukan tindak pidana di bidang yang terkait bahan
kimia;
d. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi dalam
perkara tindak pidana di bidang yang terkait bahan kimia;
e. meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau korporasi
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidang yang terkait
bahan kimia;
f. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti serta melakukan penyitaan terhadap barang hasil pelanggaran
yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang
pengelolaan bahan kimia;
g. menangkap pelaku tindak pidana di bidang yang terkait bahan kimia;
h. meminta bantuan tenaga ahli dalam melakukan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang pengelolaan bahan kimia; dan
i. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang
adanya tindak pidana di bidang yang terkait bahan kimia.
(3)
BAB X
KETENTUAN PIDANA
21
Pasal 48
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan UndangUndang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal ...
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
23
AMIR SYAMSUDDIN
24
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
BAHAN KIMIA
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang terajut dalam untaian pulaupulau dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai suku didalamnya,
mempunyai tujuan sama yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh
tunpah
darah
Indonesia,
memajukan
kesejahteraan
umum,
upaya
mencapai
tujuan
nasional
tersebut
dan
memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, aktivitas manusia tidak terlepas dari peran dan
penggunaan bahan kimia dalam berbagai produk industri, baik secara langsung
maupun sebagai produk turunannya.
Bahan kimia yang merupakan suatu zat atau senyawa dapat berwujud
padat, cair atau gas, dan berdasarkan komponen penyusunnya berbentuk
tunggal atau persenyawaan (campuran) yang berasal dari alam maupun hasil
proses produksi, dan bahan kimia sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia.
Pemanfaatan bahan kimia yang berasal dari sumber daya alam baik yag tidak
dapat
diperbaharui
(non-renewable)
maupun
yang
dapat
diperbaharui
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan
bangsa
sebagaimana
25
dan pengembangan produk berbasis kimia. Namun demikian bahan kimia dapat
berpotensi menimbulkan malapetaka yang dapat membahayakan manusia dan
lingkungan apabila dalam pengelolaannya pada setiap simpul daur hidup bahan
kimia tidak memenuhi kaidah yang semestinya.
Secara internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memprakarsai
Strategic Approach to International Chemical Management (SAICM) pada tahun
2006 yang mengatur pengelolaan bahan kimia secara global. Selain itu terdapat
pula berbagai konvensi maupun traktat internasional yang mengatur bahan
kimia atau bahan berbahaya lainnya seperti Konvensi Basel dan Konvensi
Stockholm yang telah diratifikasi.
Di tingkat nasional (Indonesia) pengaturan bahan kimia belum terintergrasi
dalam bentuk
kimia. Bahwa saat ini pengaturan yang telah ada terhadap pemanfaatan bahan
kimia diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang bersifat
sektoral, dan belum diatur secara komprehensif dalam suatu peraturan
perundangan tersendiri.
Dilihat dari sifat dan karateristik bahan kimia, maka dalam pemanfaatan
bahan kimia agar tidak membawa bencana dan lebih banyak membawa manfaat
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, serta melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, perlu adanya pengaturan yang
komprehensif tentang bahan kimia di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pengaturan tersebut meliputi bahan kimia yang berasal dari
pengadaan dalam negeri maupun impor, termasuk pengenaan sanksi bagi setiap
orang baik sengaja maupun tidak sengaja yang telah melakukan perbuatan yang
terkait bahan kimia yang dapat mengakibatkan mengancam keselamatan dan
keamanan
negara,
manusia
serta
lingkungan.
Pengaturan
bahan
kimia
26
Pasal 2
Huruf (a)
Asas manfaat dan nilai tambah adalah pemberian nilai tambah dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dan penghidupan manusia serta
perlindungan manusia dan lingkungannya.
Huruf (b)
Asas keseimbangan manfaat dan risiko adalah untuk memberikan
keseimbangan manfaat produksi dan penggunaan bahan kimia dengan
meminimalisasi risiko atau dampak negatif yang dapat ditimbulkannya
baik terhadap kesehatan dan lingkungan.
Huruf (c)
Asas kepastian usaha adalah kepastian dapat terlaksana kegiatan
usaha.
Huruf (d)
Asas keselamatan dan keamanan adalah upaya memberikan jaminan
atas keselamatan dan keamanan kepada masyarakat, bangsa dan
negara dalam pengelolaan bahan kimia pada setiap simpul daur
hidupnya.
Pasal 3
Huruf (a)
Sistem klasifikasi dan komunikasi bahaya yang harmonis dimaksud
adalah sistem yang seragam dalam melakukan klasifikasi bahan kimia
yang berdasarkan sifat bahaya dan cara penentuan tingkat atau
kategori bahaya bahan kimia. Dan dalam sistem
27
Huruf (b)
Cukup jelas.
Huruf (c)
Cukup jelas.
Huruf (d)
Cukup jelas
Huruf (e)
Industri kimia hijau adalah desain produk kimia dan proses pengolahan
bahan kimia dalam kegiatan industri yang mencari bahan alternatif
atau upaya mengurangi atau menghilangkan penggunaan bahan
berbahaya.
Pasal 4
Ayat (1)
Bahan kimia dapat dimanfaatkan dalam proses industri sebagai bahan
baku, bahan penolong, bahan antara dan bahan jadi. Bahan kimia yang
dihasilkan
kepentingan
dalam
proses
pertanian,
industri
pertahanan,
dapat
dimanfaatkan
pangan,
farmasi
untuk
dan/atau
28
Bahan baku adalah bahan kimia yang belum diolah atau mengalami
satu atau beberapa tahap proses industri dan bukan berupa bahan
setengah jadi dan atau bahan antara, namun dapat diproses lebih
lanjut menjadi bahan antara, bahan setengah jadi atau bahan jadi,
barang jadi dan atau produk.
bahan setengah jadi yang telah mengalami satu atau beberapa tahap
proses industri dan dapat diisolasi dan diproses lebih lanjut menjadi
barang jadi dan atau produk.
Bahan jadi adalah bahan kimia yang telah mengalami satu atau
beberapa tahap proses industri dan dapat diproses lebih lanjut menjadi
barang jadi dan atau produk.
Ayat (2)
Huruf (a)
Zat radioaktif, obat, narkotika, dan psikotropika, serta bahan kimia
yang hanya digunakan sebagai senjata kimia sebagaimana dimaksud
pada ayat ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Huruf (b)
Bahan kimia yang dimaksud pada ayat ini adalah bahan kimia yang
dihasilkan dalam jumlah sedikit dari kegiatan riset tanpa dimaksudkan
untuk diperdagangkan atau komersial.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
29
Cukup jelas.
Pasal 7
Huruf (a)
Nama bahan kimia dapat berupa nama sesuai nomenklatur yang
ditetapkan oleh IUPAC (International Union of Pure and Applied
Chemistry) dan atau nama dagang (trivial).
Huruf (b)
Cukup jelas.
Huruf (c)
Selain nomor registrasi CAS (Chemicals Abstract Services), dapat
disertakan pula nomor bahan kimia dalam perdagangan seperti kode
sistem harmonisasi (Harmonized System Code atau HS Code) sesuai
ketentuan World Custom Organization (WCO).
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Sistem Harmonisasi Global (GHS) merupakan amanah dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa melalui United Nations Conference on Environment and
Development (UNCED) tahun 1992 untuk menerbitkan buku pedoman
GHS sesuai dengan kesepakatan Agenda 21 Bab 19 paragraf 26 dan 27
30
manusia
dan
lingkungan
serta
memperlancar
arus
Ayat (5)
Bahan kimia berbahaya dimaksud adalah bahan kimia yang karena
klasifikasi dan kategori tingkat bahayanya, serta konsentrasi dan/atau
jumlahnya dapat mengakibatkan dampak negatif atau kerugian bagi
manusia dan pencemaran atau kerusakan lingkungan.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Komunikasi bahaya dan risiko dalam ayat ini adalah penyampaian
informasi mengenai sifat bahaya dan risiko berdasarkan hasil klasifikasi
dan penentuan
kategori
bahaya,
simbol
bahaya
serta
informasi
Ayat (2)
Cukup jelas.
31
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Label dan Lembar Data Keselamatan Kimia (LDK) dimaksudkan pada
ayat ini wajib dibuat dan disediakan jika memproduksi bahan kimia
baru atau bahan kimianya belum memiliki Label dan LDK. Apabila
bahan kimia yang diproduksi dan atau diperdagangkan merupakan
bahan kimia dengan identitas yang sama dan sudah memiliki label dan
LDK, maka produsen atau distributor wajib menyediaakannya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 10
Huruf (a)
Cukup jelas.
Huruf (b)
Identitias Produsen atau Pemasok yang dimaksud
meliputi Nama
Produsen atau importir dan atau Distributor, alamat produsen dan atau
distributor serta nomor telepon yang dapat di hubungi.
Huruf (c)
Cukup jelas.
Huruf (d)
Informasi Keselamatan yang dimaksud meliputi piktogram (simbol)
bahaya,
kata
sinyal
atau
peringatan,
pernyataan
bahaya
jika
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf (a)
Bahan kimia tunggal adalah bahan kimia berupa unsur atau senyawa.
Huruf (b)
Bahan
kimia
campuran
dan
meliputi
pula
produk
konsumen
merupakan gabungan bahan kimia yang terdiri dari dua atau lebih yang
komponen penyusunnya memiliki sifat bahaya masingmasing dalam
campuran.
Huruf (c)
Nilai batas (cut-off value) adalah ukuran batas atau kandungan bahan
kimia baik sebagai komponen tunggal, aditif dan atau pengotor di dalam
bahan kimia (campuran) yang jika melebihi atau sama dengan nilai
batas
harus
diperhitungkan
dalam
melakukan
klasifikasi
dan
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
33
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf (a)
Proses perizinan sebagaimana dimaksud pada huruf dalam ayat ini
termasuk perencanaan kegiatan pada setiap simpul daur hidup bahan
kimia.
Huruf (b)
Cukup jelas.
Huruf (c)
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
34
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
35
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Ayat (1)
Huruf (a)
Manajemen risiko adalah suatu proses pengelolaan bahan kimia berbasis
risiko, dilakukan berdasarkan tahapan proses kajian atau penilaian
risiko yang meliputi;
- Identifikasi bahaya
- Kajian/penilaian paparan atau terkena bahan kimia, yang meliputi
pemantauan dan evaluasi dampak paparan bahan kimia yang
ditimbulkan; dan
- Penetapan kriteria risiko
Keluaran hasil tersebut adalah berupa data yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan sebagai dasar dalam melaksanakan
manjemen risiko bahan kimia yaitu; menentukan kebijakan dan
tindakan teknis dalam upaya mereduksi risiko bahan kimia.
36
Huruf (b)
Sistim tanggap darurat adalah suatu sistim pengelolaan keadaan darurat
yang meliputi kesiap-siagaan darurat dan tindakan penanganan darurat
untuk menanggulangi bencana, kecelakaan dan keracunan akibat bahan
kimia serta kegiatan pelatihan (drilling) tanggap darurat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Upaya keselamatan untuk mereduksi risiko paparan bahan kimia
dimaksud adalah upaya meminimalisasi kontak atau terkena bahaya
bahan kimia yang dapat berdampak negatif atau merugikan bagi
kesehatan dan lingkungan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 40
37
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
Personil pengendali badan usaha atau korporasi adalah setiap
yang mempengaruhi pengelolaan dan operasional
orang
koorporasi antara
keluarga pengurus.
38
Ayat (2)
Cuku jelas.
Ayat (3)
Cuku jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
39