PROSES BELAJAR
A. Pengertian Belajar
Kata belajar suda akrab dengan semua lapisan masyarakat.
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan.
Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses
memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi
tingkah laku organisme tersebut. With dalam bukunya menyatakan belajar adalah perubahan
yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu
organisme sebagai hasil pengalaman.
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi
belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan,
biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat.
Dalam definisi ini terdapat empat macam Istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk
memahami proses belajar, antara lain :
1.
2.
3.
4.
Biggs dalam Pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam 3 macam
Rumusan, yaitu Rumusan kuantitatif, Rumusan institusional, Rumusan kualitatif.
B. Contoh Belajar
Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba memainkan ini
dengan cara memutar kuncinya dan meletakannya pada suatu permukaan atau dataran.
Perilaku memutar dan meletakan tersebut merupakan respon atau reaksi atas rangsangan
yang timbul pada mainan itu.
Pada tahap permulaan, respon anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya
tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman
berulang-ulang lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan
dengan baik dan sempurna.
Sehubungan dengan contoh itu belajar dapat dipahami sebagai proses yang dengan proses
itu sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki serentetan reaksi atas situasi atau
rangsangan yang ada.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahantingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotor.
C. Proses Belajar
Dalam proses belajar aktivitas tertentu ataupun aktivitasnya adalah sebagai berikut:
Proses dari bahasa latin processus" yang berarti berjalan ke depan menurut Chaplin (1972)
proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.
Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya
beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi
proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa
Fase - Fase dalam Proses Belajar
Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses
pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase, antara lain :
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar selalu
berlangsung dalam 3 tahapan, antara lain :
1. Mendengarkan
adalah salah satu aktivitas belajar, setiap orang belajar di sesekolah pasti ada aktivitas
mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode cerama, maka setiap siswa
atau mahasiswa di haruskan m,endengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan.
2. Memandang
Adalah indra manusia yang dapat di jadikan sebagai alat untuk kepentingan belajr,
artinya aktivitas meraba, membau. Dan mencecap dapat memberikan kesempatan bagi
orang untuik belajar. Tentu saja aktivitasnya harus di sadari oleh suatu tujuan.
5. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak di mlakukan selama belajar di
sekolah atau di perguruan tinggi. Kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan, maka membaca salah jalan menuju pintu ilmu pengetahuan, maka
membaca adalah jalan menuju pinti ilmu pengetahuan ini berarti untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan tidak ada cara lain yang harus di lakukan kecuali memperbanyak
membaca. Kalau begitu membaca identik dengan mencari ilmu pengetahuan agar
menjadi cerdas dan mengabaikan berarti kebodohan.
Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktorfaktor ini dibedakan menjadi dua macam:
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi
aktivitas belajar seseorang. kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akanmenghambat tercapainya
hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar,
maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis
pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi
dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. dalam proses belajar, merupakan pintu
masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap
dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh
karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun
secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan,
memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan
lain sebagainya.
b)
Psikologis
Faktorfaktor
psikologis
adalah
keadaan
psikologis
seseorang
yang
dapat
memengaruhi
proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan
siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
2.
a)
Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses
belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau
administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar
siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau
adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
b)
Lingkungan Non-Sosial
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu
silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut
mmerupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware,
seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain
sebagainya.
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan
siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa,
maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai
dengan konsdisi siswa.
3.