Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
bagian ujung batang. Panjang setiap posisi itu pada Bambu Ampel, Bambu Ori dan Bambu Wulung berturutturut adalah 3, 4 dan 3 meter. Dari setiap posisi dibuat secara random contoh-contoh uji keteguhan lengkung
statik bentuk bulat bernodia, lengkung statik bentuk belah dan keteguhan tarik sejajar serat. Faktor bentuk
contoh uji, yaitu bambu bentuk bulat dan bentuk belah, dilibatkan sebagai faktor tambahan dalam pengujian
keteguhan lengkung statik. Faktor keberadaan nodia, yaitu bagian bambu yang bernodia dan yang tidak
bernodia, dilibatkan dalam pengujian keteguhan lengkung statik.
Dalam pembuatan contoh uji bambu bentuk bulat, contoh uji keteguhan lengkung statik dibuat berukuran
panjang 76 cm untuk yang bernodia dan 30 cm untuk bagian yang tidak bernodia.. Dalam pembuatan contoh uji
bambu bentuk belah, contoh uji keteguhan lengkung statik dibuat dengan ukuran 30 cm x 2 cm x ketebalan
bambu. Contoh uji keteguhan tarik dibuat dengan ukuran panjang 30 cm dan bagian tengah mempunyai ukuran
lebar 2 mm. Pembuatan ini didasarkan pada ASTM D 143-52 dan Janssen (1981) dengan beberapa modifikasi.
Prosedur pengujian dilakukan mengikuti prosedur ASTM tersebut.
Penelitian dirancang dengan rancangan acak lengkap dengan percobaan faktorial 3 faktor. Faktor pertama
adalah jenis bambu. Faktor kedua adalah posisi vertikal batang. Faktor ketiga adalah bentuk contoh uji. Untuk
keteguhan lengkung statik, terdapat satu faktor lagi yaitu keberadaan nodia. Hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan analisis varians dengan ulangan sebanyak tiga kali. Analisis lebih lanjut dilakukan dengan uji
Beda Nyata Terkecil (Snedecor and Cochran, 1967).
Hasil, Analisis Hasil dan Pembahasan
Modulus Patah. Nilai rata-rata modulus patah dalam contoh uji berbentuk bulat dan belah disajikan pada Tabel
1, sedang analisis varians disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 1. Hasil rata-rata modulus patah (Newton/cm2)
Tabel 1. Hasil rata-rata modulus patah (Newton/cm2)
Jenis
Bentuk
Ada Tidak
Bambu
Contoh Uji
Nodia
Ampel
Bulat
Belah
Belah
Wulung
Bulat
Belah
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Tengah
1006,357
246,453
3.557,846
6.572,556
1.974,073
549,650
8.091,107
11.280,204
2.743,862
735,505
7.598,943
7.172,106
Ujung
1.833,086
388,951
3.796,327
6.673,751
3.658,588
1.522,681
10.436,958
10.073,794
2.827,606
1.328,409
6.861,622
6.331,45
Perllakuan
Jenis (J)
Posisi (P)
Bentuk (B)
Nodia (N)
(J x P)
(J x B)
(J x N)
(P x B)
(P x N)
(B x N)
(J x P x B)
(J x P x N)
(J x B x N)
(P x B x N)
(J x P x B x N)
Ulangan
Error
Total
Jumlah Kuadrat
Rata-rata Kuadrat
35
2
2
1
1
4
2
2
2
2
1
4
4
2
2
4
2
133.084.726
10.524.974
747.198.789
16.011.348
9.121.263
44.267.224
11.063.430
17.282.730
10.293.969
43.230.115
11.751.087
5.691.312
22.337.102
12.143.561
23.051.686
2.698.399
70
129.794.077
66.542.363
5.262.487
747.198.789
16.011.348
228.065
22.133.612
5.531.715
8.641.365
5.146.984,5
43.230.115
2.937.771,75
1.422.828
11.168.551
5.810.780,5
5.762.921,5
1.349.199,5
F Hitung
F Tabel
0,05
0,01
1.081.653.316
35,887**
3,13
2,838
3,13
402,976**
3,98
8,635**
3,98
0,123
2,50
11,937**
3,13
2,983
3,13
4,660*
3,13
2,776
3,13
23,315**
3,98
1,584
2,50
0,767
2,50
6,023**
3,13
3,275*
3,13
3,108
2,50
0,728
3,13
1.854.201,1
107
Dari analisis varians Tabel 2 diketahui, bahwa faktor-faktor: jenis bambu, bentuk bambu, dan keberadaan nodia
serta interaksi-interaksi antara: faktor jenis dan bentuk, bentuk dan keberadaan nodia, serta faktor jenis dan
bentuk serta keberadaan nodia berpengaruh sangat nyata pada tingkat kepercayaan 1%. Sementara itu, interaksi
antara faktor posisi dan bentuk; faktor posisi, bentuk dan keberadaan nodia berpengaruh nyata pada tingkat
kepercayaan 5%.
Pengujian LSD Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 dilakukan untuk mengetahui perbedaan modulus patah karena
pengaruh faktor tunggal: jenis, bentuk dan keberadaan nodia. Pengujian LSD Tabel: 6, 7, 8, 9 dan 10 dilakukan
untuk mengatahui efek interaksi.
Tabel 3. Hasil pengujian LSD faktor jenis
Faktor
Nilai rata-rata (N/cm2)
Jenis
Ampel
Wulung
Bambu
2.845 a
4.421 b
Tabel 4. Hasil pengujian LSD faktor bentuk
Faktor
Nilai rata-rata (N/cm2)
Bentuk
Bulat
Belah
1642 a
5903 b
LSD 0,05
629
Ori
5.552 c
LSD 0,05
514
Ujung
174.169,04
176.530,56
124.169,51
4,92
4,92
7,01
7,01
3,60
4,92
4,92
4,92
4,92
7,01
3,60
3,60
4,92
4,92
3,60
4,92
1.214.145.792
Analisis varians Tabel 6 memperlihatkan faktor posisi berpengaruh secara nyata, sedang faktor jenis dan
interaksinya dengan posisi tidak berpengaruh secara nyata. Pengujian LSD dilakukan untuk mengetahui
perbedaan nilai modulus elastisitas pada faktor posisi vertikal bambu. Hasilnya disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengujian LSD terhadap faktor posisi terhadap Modulus Elastisitas
Faktor
Nilai rata-rata (N/cm2)
Posisi
Pangkal
Tengah
Ujung
80.459,3 a
99.812 a
158.289,7 b
LSD 0,05
52.740, 7
LSD 0,01
38,83
Dari Tabel 10 terlihat, bahwa keteguhan serat pada batas proporsi di dalam bambu Wulung tidak berbeda
terhadap bambu Ori, tetapi kedua jenis bambu tersebut berbeda terhadap bambu Ampel. Dari Tabel 10 tampak,
bahwa keteguhan serat pada batas proporsi pada posisi tengah dan posisi ujung tidak memperlihatkan beda
nyata, tetapi keduanya berbeda terhadap posisi pangkal batang untuk semua jenis bambu.
Keteguhan serat pada batas proporsi pada bambu Ori lebih besar daripada bambu wulung. Hal ini mungkin
disebabkan oleh bambu ori mempunyai berat jenis lebih tinggi daripada bambu wulung. Dugaan ini didasarkan
pada teori, bahwa keteguhan serat pada batas proporsi merupakan fungsi dari berat jenis.
Keteguhan Tarik Maksimum Sejajar Serat Bambu. Nilai rata-rata keteguhan tarik maksimum sejajar serat
dari 27 unit contoh uji berbentuk belah disajikan pada Tabel 11. Sementara itu, analisis varians disajikan pada
Tabel 11. Nilai rata-rata keteguhan tarik maksimum sejajar serat (N/cm2)
Jenis Bambu
Posisi Contoh Uji
Pangkal
Tengah
Ampel
16.891,423
19.391,977
Ori
37.322,564
40.959,500
Wulung
37.638,431
33.407,168
Ujung
9.804,936
44.489,808
27.171,136
kedua faktor tidak berpengaruh. Pembedaan terhadap faktor jenis, dilakukan pengujian LSD Tabel 20.
Tabel 12. Hasil pengujian LSD faktor jenis terhadap keteguhan tarik maksimum
Faktor
Nilai rata-rata (N/cm2)
Jenis
Ampel
Wulung
Ori
15.362,7 a
32.739 b
40.923,9 b
LSD 0,01
9.443,8
Dari Tabel 12 terlihat, bahwa keteguhan tarik maksimum sejajar serat di dalam bambu Wulung tidak berbeda
terhadap bambu Ori, tetapi kedua jenis bambu tersebut berbeda terhadap bambu Ampel.
Modulus Young. Nilai rata-rata Modulus Young dari 27 unit contoh uji berbentuk belah disajikan pada Tabel
13
Tabel 13. Nilai rata-rata Modulus Young (N/cm2)
Jenis Bambu
Posisi Contoh Uji
Pangkal
Tengah
Ampel
3.805.981,546
4.163.937,896
Ori
5.215.687,11
5.321.449,7
Wulung
6.155.395,836
4.230.466,716
Ujung
3.105.404,091
5.408.836,936
4.105.950,923
Tabel 13 memperlihatkan bahwa faktor jenis, faktor posisi dan interaksi antara kedua faktor tersebut tidak
berpengaruh secara nyata terhadap Modulus Young.
Keteguhan Tarik pada Batas Proporsi. Nilai rata-rata keteguhan tarik pada batas proporsi dari 27 unit contoh
uji berbentuk belah disajikan pada Tabel 23 dan analisis varians disajikan pada Tabel 24 berikut.
Tabel 14. Nilai rata-rata keteguhan tarik pada batas proporsi (N/cm2)
Jenis Bambu
Posisi Contoh Uji
Pangkal
Tengah
Ampel
11.887,129
12.130,386
Ori
23.271,121
25.828,769
Wulung
23.062,146
21.738,304
Ujung
7.101,251
27.937,662
18.853,993
Tabel 14 memperlihatkan faktor jenis berpengaruh secara sangat nyata, sedang faktor posisi dan interaksi kedua
faktor tidak berpengaruh secara nyata terhadap keteguhan tarik pada batas proporsi. Perbedaan faktor jenis diuji
dengan LSD pada Tabel 15.
Tabel 15. Pengujian LSD faktor jenis terhadap keteguhan tarik pada batas proporsi
Faktor
Nilai rata-rata (N/cm2)
LSD 0,01
Jenis
Ampel
Wulung
Ori
6.376,7
10.372,9 a
21.216,1 b
25.679,2 b
Dari Tabel 15 terlihat, bahwa keteguhan tarik pada batas proporsi di dalam bambu Wulung tidak berbeda
terhadap bambu Ori, tetapi kedua jenis bambu tersebut berbeda terhadap bambu Ampel.
Daftar Pustaka
1. Anonimous, 1952. ASTM, Standart Method of Testing Small Clear Specimens of Timber. Serial Designation
D 143-52. New-York. USA.
2. .Liese, 1985. Anatomy of Bamboo. Proceeding of Workshop Bamboo Research In Asia. Singapore.
3. Janssen, J.J.A., 1981. Bamboo in Building Structures. Dissertatie. Drukkerij. Wibro, Helmod. Eindhoven
University of Technology. Netherlands
th
4. Snedecor G.W. and Cochran, A., 1967. Statistical Method. 6 edition. The Iowa University Press. USA.
5. Sulthoni, A., 1988. Suatu Kajian Tentang Pengawetan Bambu Secara Tradisional untuk Mencegah Serangan
Kumbang Bubuk. Disertasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
6. Yudodibroto, H., 1985. Bamboo in Indonesia. A Country Report. International Bamboo Workshop. Hanchou.
R.R. China.