Anda di halaman 1dari 7

Biogas, Energi Alternatif Ramah Lingkungan

Biogas merupakan teknologi pembentukan energi dengan memanfaatkan limbah, seperti


limbah pertanian, limbah peternakan, dan limbah manusia. Selain menjadi energi alternatif,
biogas juga dapat mengurangi permasalahan lingkungan, seperti polusi udara dan tanah.
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Pada umumnya hampir semua jenis
bahan organik dapat diolah menjadi biogas, antara lain kotoran dan urin hewan,
kotoran manusia, sampah organik, sisa proses pembuatan tahu, dan sebagainya. Terkait
dengan pengembangan biogas di rumah tangga peternak, maka bahan organik yang
dapat dipergunakan adalah kotoran ternak, baik sapi, kambing, ayam, babi, dan lainnya.
Biogas mengandung beberapa gas dengan komposisi sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Gas dalam Biogas
Jenis Gas
Volume (%)
Metana (CH4)
40 70
Karbondioksida (CO2)
30 60
Hidrogen (H2)
01
Hidrogen Sulfida (H2S)
03
Sumber : Rahayu dkk. (2009)
Berdasarkan komposisi gas dalam biogas, terlihat bahwa metana (CH4) adalah gas
yang memiliki kandungan paling tinggi dalam biogas. Metana inilah yang dimanfaatkan
sebagai sumber energi. Metana termasuk gas yang menimbulkan efek rumah kaca
yangmenyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Demikian pula dengan
karbondioksida yang juga termasuk ke dalam gas rumah kaca. Metana memiliki dampak
terhadap terjadinya efek rumah kaca 20 kali lebih tinggi dibandingkan karbondioksida.
Pengurangan metana secara lokal dengan memanfaatkannya sebagai biogas dapat
berperan positif dalam upaya mengatasi persoalan lingkungan global, yaitu efek rumah
kaca yang berakibat pada pemanasan global dan perubahan iklim global. Pada umumnya
peternak menangani limbah secara sederhana, yaitu membuat kotoran ternak

menjadi

kompos maupun menyebarkan secara langsung di lahan pertanian. Pemanfaatan kotoran


ternak menjadi biogas diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada usaha peternakan.
Penggunaan biogas memiliki keuntungan ganda, yaitu gas metana yang dihasilkan dapat
berfungsi sebagai sumber energi, sedangkan limbah cair dan limbah padat yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk organik. Potensi produksi biogas dari beberapa
kotoran ternak ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Potensi Produksi Biogas dari Berbagai Kotoran Ternak


Kotoran Ternak
Domba/kambing
Kuda
Sapi/kerbau
Babi
Ayam
Sumber : Suyitno dkk. (2010

Produksi Biogas per Kg Kotoran (m3)


0,010 0,031
0,020 0,035
0,023 0,040
0,040 0,059
0,065 0,116

Teknologi Pembuatan Biogas


Secara teknologis, prinsip pembuatan biogas adalah memanfaatkan gas metana
yang terdapat di dalam kotoran sapi sebagai bahan bakar, terutama untuk konsumsi
rumah tangga. Untuk itu, selain diperlukan adanya ternak sebagai pemasok kotoran, juga
diperlukan sarana penampungan kotoran itu agar dapat berproses menghasilkan gas metana.
Tangki penampung kotoran hewan yang digunakan sebagai tempat pembentukan
biogas disebut digester. Di dalam digester yang tertutup rapat, kotoran ternak diencerkan
dengan air. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses keluarnya gas dari kotoran ternak.
Dengan memanfaatkan tekanan gas di dalam digester, gas metana yang terbentuk dialirkan ke
penampungan gas. Tempat penampungan gas dapat berupa kantong plastik berukuran besar,
tetapi ada pula berbentuk tabung dari fiberglass. Dari tempat penampungan ini, gas metana
dapat dialirkan langsung melalui pipa menuju kompor yang ada di dapur.
Instalasi biogas dapat dibuat dengan teknologi sederhana yang akan mampu dikuasai
oleh rumah tangga peternak atau masyarakat setempat setelah sebelumnya diberikan
sosialisasi dan pelatihan dalam membuat instalasi biogas. Instalasi inti biogas meliputi:
a. Digester (reaktor biogas), berfungsi untuk menampung material organik (dalam
hal ini kotoran ternak) dan sebagai tempat terjadinya proses penguraian material
organik menjadi biogas;
b. Penampung biogas, berfungsi untuk menampung biogas yang dihasilkan dari digester;
c. Pipa saluran gas, berfungsi untuk mengalirkan biogas yang dihasilkan dari digester;
d. Katup pengaman tekanan, berfungsi untuk mengamankan digester dari lonjakan
tekanan biogas yang berlebihan dimana bila tekanan biogas dalam tempat penampung
gas melebihi tekanan yang diijinkan maka biogas akan dibuang ke luar.
Digester terdiri dari tiga komponen utama sebagai berikut.
a. Saluran pemasukan (inlet); saluran ini digunakan untuk memasukkan campuran
kotoran ternak dan air ke dalam ruang fermentasi.
b. Ruang digestion (ruang fermentasi); ruang fermentasi berfungsi sebagai tempat
terjadinya proses fermentasi yang menghasilkan biogas. Ruang ini dibuat kedap
terhadap udara.

c. Saluran

pembuangan

(outlet);

saluran

ini

digunakan

untuk

mengeluarkan

kotoran/residu dari digester yang telah mengalami proses fermentasi oleh bakteri.
Residu sudah tidak mengandung biogas.

Gambar 1. Instalasi Biogas


Proses pengolahan kotoran ternak dalam digester akan menghasilkan biogas, residu padat,
dan residu cair. Biogas ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bahar memasak di rumah
tangga. Sementara itu, residu padat dapat diolah menjadi pupuk organik padat dan residu cair
diolah menjadi pupuk organik cair. Pupuk organik yang berasal dari residu fermentasi kotoran
ternak menjadi biogas ini kaya akan unsur hara sehingga sangat baik diaplikasikan
untuk pemupukan pada lahan-lahan pertanian.
Diagram proses produksi biogas dan pemanfaatannya ditunjukkan pada gambar 2

Gambar 2. Proses Produksi Biogas dan Pemanfaatannya


Pemanfaatan Biogas
Berkembangnya usaha pemanfaatan limbah menjadi biogas turut mengembangkan
beragam alat instalasi biogas, seperti kompor biogas dan lampu biogas. Alat tersebut
fungsinya sama dengan yang terdapat di pasaran, hanya saja bahan bakar yang
digunakan berbeda dan sama mudahnya dalam penggunaan.
Biogas memang pilihan yang tepat untuk dijadikan sebagai energi alternatif. Selain
murah, biogas juga sangat ramah lingkungan.

Limbah yang dihasilkan selama proses

produksi biogas juga masih dapat dimanfaatkan. Hasil samping biogas yang berupa lumpur
atau yang lebih dikenal dengan sebutan sludge mengandung banyak unsur hara yang dapat
dimanfaatkan menjadi pupuk untuk tanaman.
Pupuk organik yang dihasilkan dari alat keluaran biogas sudah dapat digunakan dan
berkualitas prima. Kandungan unsur haranya yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
kesuburan tanah dengan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Proses pembuatan
pupuk organik dengan memanfaatkan hasil keluaran biogas ini lebih efisien dibandingkan
dengan pembuatan kompos yang memerlukan lahan yang lebih luas serta proses yang

lebih lama. Selain itu, digester yang didesain kedap udara juga mengurangi tingkat
kegagalan

proses

dekomposisi sehingga pupuk organik yang dihasilkan berkualitas

maksimal.
Implikasi Pengembangan Biogas terhadap Lingkungan
Pengembangan biogas yang berbahan baku kotoran ternak merupakan salah satu
alternatif penyediaan energi di tingkat lokal, namun memiliki kontribusi terhadap
pengurangan persoalan lingkungan yang bersifat lokal maupun global. Pada tingkat
lokal, pengembangan

biogas

dapat mengurangi

terjadinya

pencemaran

udara

dan

pencemaran air sungai. Pada tingkat global, pengembangan biogas memberikan kontribusi
dalam mengurangi efek rumah kaca yang dilakukan melalui tiga cara sebagai berikut.
a. Biogas menjadi energi yang mensubstitusi atau menggantikan bahan bakar fosil
dimana penggunaan bahan bakar fosil dapat menyumbang gas-gas rumah kaca dalam
jumlah yang besar.
b. Metana yang dihasilkan secara alami oleh kotoran ternak yang menumpuk merupakan
gas penyumbang

terbesar

pada

efek

rumah

kaca,

bahkan

lebih

besar

dibandingkan karbondioksida. Penggunaan biogas dapat mengkonversi metana


menjadi karbondioksida yang lebih rendah efeknya terhadap pemanasan global.
c. Dengan lestarinya hutan, maka karbondioksida yang ada di udara akan diserap oleh
hutan menghasilkan oksigen.
Edukasi Masyarakat
Selama ini masyarakat telah dimanjakan dengan penyediaan energi yang murah,
meskipun di balik itu pemerintah mengalami krisis keuangan untuk dapat mengalokasikan
subsidi yang begitu besar nilainya untuk dapat menyediakan energi dengan harga yang
terjangkau bagi masyarakat. Pemanjaan terhadap masyarakat hendaknya untuk segera
diakhiri dan harus mulai dilakukan upaya penyadaran kepada masyarakat.
Penyadaran bahwa terdapat potensi-potensi lokal yang ada di sekitar masyarakat yang
dapat dikembangkan menjadi sumber energi. Belum banyak masyarakat yang tahu bahwa
dari kotoran ternak dapat dihasilkan energi yang dapat menggantikan peranan energi
konvensional yang selama ini mereka pergunakan. Untuk mensukseskan pengembangan
biogas, memang diperlukan inisiasi dari pemerintah ataupun lembaga-lembaga non
pemerintah yang peduli akan pengembangan energi alternatif terbarukan yang ramah
lingkungan.
Upaya pengembangan biogas yang telah dilakukan oleh pemerintah, lembaga-lembaga
non pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya selama ini perlu untuk dilanjutkan dan
ditingkatkan. Kebijakan-kebijakan energi yang dikeluarkan pemerintah sedapat mungkin

juga mendukung pengembangan energi terbarukan dan perlu dihindari kebijakan-kebijakan


yang kontraproduktif, misalnya meningkatkan subsidi terhadap harga bahan bakar fosil.
Jika kebijakan subsidi tersebut ditingkatkan dan membuat harga bahan bakar fosil lebih
rendah dibandingkan harga energi terbarukan, maka dapat dipastikan pengembangan energi
terbarukan

akan

terhenti

karena

tidak

ada

insentif

bagi

masyarakat

untuk

mengembangkannya.
Penyediaan energi bagi masyarakat tidak semata-mata menjadi tanggungjawab
pemerintah. Terdapat energi-energi yang pengembangannya memang harus dilakukan oleh
pemerintah, namun terdapat pula energi-energi yang pengembangannya dapat dilakukan oleh
masyarakat. Untuk itu, masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dalam mengemban tugas ini
meskipun harus melalui serangkaian proses yang panjang untuk membangun kesadaran dan
kemauan untuk terlibat di dalamnya.
SETS DALAM BIOGAS

Sebagai sumber energi


terbarukan sebagai
pengganti LPG dan
sumber pendapatan
(Masyarakat)

Proses penguraian bahanbahan organik oleh


mikroorganisme pada
kondisi langka anaerob
(Sains)

Pengembangan teknologi
baru dalam mengolah limbah
peternakan untuk
menghasilkan biogas
(Teknologi)

Mengurangi dampak efek


rumah kaca, pemakaian
pupuk organik hasil
sampingan biogas yang
ramah lingkungan
(Lingkungan)

Rahayu, S., Dyah Purwaningsih, dan Pujianto. 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak
Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan Beserta Aspek Sosio
Kulturalnya. Inotek Volume 13 Nomor 2. FISE Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
http://journal.uny.ac.id/index.php/inotek/article/viewFile/38/13.
Suyitno, M. Nizam, dan Dharmanto. 2010. Teknologi Biogas : Pembuatan,
Operasional, dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahyuni, Sri. 2008. Biogas. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai