BAB II
LANDASAN TEORITIS
II.1.
Tinjauan Pustaka
II.1.1. Pneumonia
1.
Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal
dari
bronkiolus
terminalis
yang mencakup
bronkiolus
2. Epidemiologi
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pada anak
yang sangat serius. Insiden yang terjadi di Eropa dan Amerika Utara
adalah 34 sampai 40 kasus per 1000 anak. Sedangkan di Indonesia,
insiden pneumonia komunitas meningkat tajam dari 5 per 10.000
penduduk tahun 1990 menjadi 212,6 per 10.000 penduduk pada tahun
1998.
Pnyakit ini dapat menimbulkan kematian terutama pada balita.
Berdasarkan data dari SEAMIC Health Statistic 2001, menyebutkan
bahwa influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesia ( Atika, 2007 )..
3.
Etiologi
Banyak mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia
pada anak, yaitu bakteri, virus, atau jamur. Di negara berkembang,
pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri. Bakteri utama yang
menyebabkan pneumonia pada anak-anak adalah Streptococcus
pneumonia dan Haemophilus influenza ( Sadeli, 2008 ).
6
4. Klasifikasi
Berdasarkan
tempat
kejadiannya,
pneumonia
dapat
diklasifikasikan menjadi :
1) Pneumonia Komunitas
Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi yang
terjadi akibat infeksi di luar rumah sakit. Biasanya disebabkan oleh
bakteri gram positif (Streptococcus pneumoniae). Infeksi ini
insidensnya meningkat pada ( Kumar, 2007 ) :
- Kelompok yang mengidap penyakit kronis
- Kelompok yang menderita defek imunoglobulin
- Kelompok yang fungsi limpanya berkurang atau lenyap
2) Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi lebih
dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang
rawat umum ataupun ICU tetapi tidak sedang memakai ventilator.
5. Gejala Klinis
Adanya batuk disertai kesukaran bernafas seperti napas cepat dan
atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ( Anonim, 2009 ). Dan
dapat disertai demam, sianosis, dan sesak napas ( Rizanda, 2006 ).
Kriteria nafas cepat ( Rizanda, 2006 & Anonim, 2009 ):
Umur < 2 bulan
Umur 2 12 bulan
Umur 1 5 tahun
6. Patogenesis
Mikroorganisme yang ada di udara terhirup oleh manusia dan masuk
ke dalam tubuh. Tubuh memproteksi diri melalui pembersihan
mikroorganisme yang tergantung pada ( Kumar, 2007 ):
1. Kemampuan selimut mukosa menangkap dan mengeluarkan mikroba
melalui elevator mukosilia
2. Fagositosis oleh makrofag alveolus yang dapat mematikan dan
menguraikan mikroorganisme serta mengeluarkannya dari rongga
udara dengan bermigrasi ke elevator mukosilia
3. Fagositosis dan pembasmian oleh neutrofil yang direkrut oleh faktorfaktor makrofag.
Organisme baik yang dimakan oleh makrofag atau tidak, dapat
memicu respon imun dan memyebabkan peradangan( Kumar, 2007 ).
Apabila tubuh tidak dapat memproteksi diri, baik karna mikroorganisme
yang masuk banyak atau karena pertahanan tubuh melemah, dapat
menyebabkan infeksi atau peradangan paru yang serius ( Atika, 2007 ).
Pada kasus yang parah, kantung udara pada paru (alveoli) akan
dipenuhi dengan nanah dan cairan. Dalam kondisi ini oksigen akan sulit
masuk ke aliran darah dan membuat tubuh tidak bisa bekerja dengan baik
(UNICEF, 2006 & Atika, 2007).
10
7. Patofisiologi
Pada masa praantibiotik, pneumonia mengenai seluruh atau hampir
seluruh lobus dan berkembang melalui 4 stadium, yaitu ( Kumar, 2007 ) :
1.
Kongesti
Lobus yang terkena menjadi berat, merah dan sembab. Terlihat
beberapa neutrofil dan banyak bakteri di alveolus.
2.
Hepatisasi merah
Lobus paru memperlihatkan konsistensi seperti hati, rongga alveolus
dipenuhi neutrofil, sel darah merah dan fibrin.
3.
4.
Resolusi
Berlangsung pada kasus nonkomplikata. Eksudat di dalam alveolus
dicerna secara enzimatis dan diserap atau dibatukkan. Reaksi pleura
mungkin merada dengan cara serupa atau mengalami organisasi,
meninggalkan penebalan fibrosa atau perlekatan permanen.
8. Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi pneumonia ekstrapulmoner, misalnya pada
pneumonia pneumococcus dengan bakterimia dijumpai pada 10% kasus
berupa meningitis, arthitis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan
empiema. Bisa juga dijumpai komplikasi ekstrapulmoner non-infeksius,
antara lain gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru atau infark paru, dan
infark miokard akut ( Dahlan, 2007 & Kumar, 2007 ).
11
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia dilakukan berdasarkan penentuan
klasifikasi pada anak, yaitu ( Anonim, 2009 ):
Pneumonia Berat
Tanda : tarikan dinding dada ke dalam
Penderita pneumonia berat juga mungkin disertai tanda lain, seperti :
-
Suara rintihan
Pneumonia
Tanda :
-
Tindakan :
1. Nasehati ibunya untuk tindakan perawatan di rumah
2. Beri antibiotik selama 5 hari
3. Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat apabila keadaan
memburuk
4. Bila demam, obati
5. Bila ada wheezing, obati
12
Bukan Pneumonia
Tanda :
-
Tindakan :
1. Bila batuk > 30 hari, rujuk
2. Obati penyakit lain bila ada
3. Nasehati ibunya untuk perawatan di rumah
4. Bila demam, obati
5. Bila ada wheezing, obati
300.000 unit
600.000 unit
750.000 unit
13
2- < 4 bln
4- < 6 kg
4- < 12 bln
6- < 10 kg
1- < 3 th
10- < 16 kg
3- < 5 th
10- < 19 kg
Tablet
Tablet
Dewasa ( 80 Anak ( 20
mg Tmp. + mg Tmp. +
400 mg Sfz. 80 mg Sfz.
)
)
2,5
Sirup / 5
ml ( 40 mg
Tmp. +
200 mg
Sfz.
2,5 ml
0,5 sendok
takar
5 ml
1 sendok
takar
7,5 ml
1,5 sendok
takar
10 ml
2 sendok
takar
Amoksisilin
Beri 2 kali sehari selama
3 hari
Kaplet
Sirup /
500 mg
5ml
125 mg
2/3
5 ml
1 sendok
takar
10 ml
2 sendok
takar
12,5 ml
2,5 sendok
takar
15 ml
3 sendok
takar
Pilihan kedua
: Amoksisilin
tablet 500 mg
tablet 500 mg
14
Karakteristik Anak :
1.
Usia
Bayi lebih mudah terkena pneumonia dibandingkan balita, hal ini
2. Pemberian Vitamin A
Vitamin A sangat berhubungan dengan berat ringannya infeksi.
Kekurangan vit.A akan meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi,
seperti penyakit saluran nafas. Karena salah satu fungsi vit.A adalah
mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh, yaitu mempengaruhi pertumbuhan
dan diferensiasi limfosit B. Vit. A juga mempengaruhi diferensiasi sel.
Sel-sel yang paling nyata mengalami diferensiasi adalah sel-sel epitel
khusus, terutama sel-sel goblet, yaitu sel kelenjar yang mensintesis dan
mengeluarkan mukus atau lendir. Sehingga bila terjadi defisiensi vit.A selsel kelenjar tidak mengeluarkan mukus dengan sempurna, sehingga mudah
terkena infeksi. Disamping itu defisiensi vit A juga menyebabkan
keterlambatan dan pertumbuhan anak ( Almatsier, 2001 ).
Kapsul vitamin A diberikan setahun dua kali, yaitu pada bulan
Februari dan Agustus sejak anak berusia enam bulan. Kapsul merah ( dosis
100.000 IU ) diberikan untuk bayi berusia 6 11 bulan dan kapsul biru
(dosis 200.000 IU) untuk anak berusia 12 59 bulan ( Anonim, 2008 ).
15
3.
ASI
ASI adalah suspensi lemak dan protein dalam suatu larutan
16
75
1,1
87,1
4,5
7,1
69
3,5
87,3
3,5
4,9
16
53
33
14
4
0,05
0,15
50
144
118
93
13
Trace
0,4
182
5
2,2
0,18
0,01
0,04
0,2
basa
steril
140
1
42
0.04
0,04
0,03
0,17
Asam
nonsteril
4.
Status Gizi
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan
tercapainya tingkat kesehatan atau sering disebut status gizi. Bila tubuh
berada dalam tingkat gizi optimum, maka tubuh akan terbebas dari
penyakit dan mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya. Sebaliknya,
bila konsumsi gizi pada seseorang tidak seimbang akan terjadi malnutrisi
(overnutrition atau undernutrition) ( Soekidjo, 2005 ).
17
5.
Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan program pengembangan imunisasi PPI
18
Lingkungan
Penularan penyakit juga dipengaruhi oleh lingkungan, selain oleh
host dan agent. Faktor risiko ini terbentuk karena adanya komunitas
manusia dan lingkungan yang berimbas kepada kesehatan masyarakat.
Pencemaran lingkungan itu sendiri berkaitan dengan penularan penyakit
ke anak, yang berkaitan dengan udara sebagai jalur penyebar luasan
penyakit pernapasan pada anak. Karena pneumonia itu sendiri merupakan
penyakit infeksi yang penularannya melalui sputum ( air liur ) dengan
udara sebagai media perantaranya. Oleh karena itu identifikasi faktor
risiko lingkungan yang juga harus diperhatikan, meliputi faktor risiko
biologi, faktor risiko fisik, faktor risiko kimia dan faktor risiko
kemasyarakatan (societal).
a.
Rumah
Rumah atau tempat tinggal manusia merupakan persyaratan pokok
19
1.
Ventilasi
Yang harus diperhatikan adalah sistem pembuatan ventilasi harus
dijaga agar uadara dapat mengalir dan dapat terjadi pertukaran udara.
Fungsi dari ventilasi itu sendiri :
-
2.
Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya
3.
20
b.
1.
Asap rokok
Asap rokok diketahui dapat merusak ketahanan lokal paru, seperti
2.
fisik,
politik,
ekonomi,
pendidikan,
dan
sebagainya)
21
22
Hal inilah yang akan membuat ibu lebih tanggap atau lebih waspada
terhadap segala sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit tersebut.
Demikian juga halnya dalam pengetahuan ibu mengenai pneumonia.
Pesan dan informasi tentang kesehatan, baik tentang pengobatan dan
pencegahan penyakit akan lebih cepat dan baik diperoleh oleh seseorang
yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, dibandingkan dengan
seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah.
Studi yang dilakukan oleh Juliastuti, tahun 2000 di Kabupaten
Ciamis, menyebutkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian pneumonia balita dengan tingkat pengetahuan ibu yang kurang
mempunyai dampak 2,55 kali lebih besar untuk terserang pneumonia
dibandingkan dengan balita dengan tingkat pengetahuan ibu yang baik.
II.2.
Kerangka Teoritis
Berdasarkan telaah teori dan hasil penelitian tentang pneumonia,
pneumonia adalah penyakit yang perlu penanganan khusus dari segi
pengobatan, maupun pencegahan. Faktor faktor risiko yang berkaitan
dengan pneumonia antara lain kondisi balita, faktor sosio demografi orang
tua (ibu), faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan.
23
Pencarian pengobatan
Akses pelayanan
kesehatan
Pendidikan ibu
Pengetahuan ibu
BBL
Status gizi
ASI
Imunisasi
Vit-A
Agen penyebab
PNEUMONIA
Imunitas tubuh
rendah
Umur
Jenis Kelamin
II.3.
Kerangka Konsep
Bagan 2. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik Anak :
- Umur
- Status Gizi
- Imunisasi
- ASI
Pneumonia pada
balita
Pendidikan ibu
Pengetahuan ibu
24
II.4.
Hipotesis
1. Ada hubungan antara usia dengan kejadian pneumonia
2. Ada hubungan antara status gizi dengan pneumonia pada anak balita
3. Ada hubungan antara imunisasi campak dengan pneumonia pada balita
4. Ada hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusive dengan
pneumonia pada balita
5. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian
pneumonia pada anak balita
6. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang pneumonia
terhadap kejadian pneumonia pada anak balita