Anda di halaman 1dari 2

Akal adalah Anugerah

Oleh : Sopiyan, S.S

Ada sebuah fenomena yang sangat indah dan menarik untuk dikemukakan. Fenomena
tersebut tidak jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang pasti menghendaki
kesempurnaan dalam hidup mereka walaupun pada dasarnya mereka telah disempurnakan
penciptaannya oleh Allah swt. Hal ini terdorong karena adanya cita-cita untuk menjadi seorang
yang lebih baik. Memang harus demikian. Jika tanpa adanya cita-cita, setiap orang tidak akan
mudah termotivasi untuk terus maju. Manusia sebagai makhluk Allah swt yang paling sempurna
memiliki kesempatan besar untuk mencapai apa saja yang mereka kehendaki. Disamping
manusia memiliki kesempurnaan dalam bentuk atau rupa, manusia juga disempurnakan dengan
berbagai fasislitas yang sangat menunjang kemajuan mereka, seperti akal pikiran. Karena dengan
akal pikiran yang dimiliki, manusia akan terus melaju seiring pemikiran mereka yang terus
diasah. Akal pikiran merupakan garis pembeda antara sifat manusiawi dan hewani. Oleh karena
adanya garis pembeda tersebut, maka setiap manusia mempunyai tugas khusus. Tugas dan
kewajiban tersebut akan menjadi tolak ukur bagi setiap manusia, apakah mereka telah maksimal
memanfaatkan potensi akal tersebut untuk mengabdi kepada sang pencipta atau malah
sebaliknya. Di sinilah letak perbedaan yang menonjol antara manusia sejati yang berakal dengan
manusia yang memiliki akal namun masih diabaikan. Orang yang benar-benar sadar bahwa akal
sebagai anugerah sang pencipta, pasti mereka akan selalu berusaha memanfaatkannya
semaksimal mungkin demi mencapai derajat yang mulia di sisi sang pencipta.
Seiring dengan anugerah akal yang dimiliki, maka setiap manusia harus memenuhi tugas
dan kewajiban yang telah menjadi ketetapan Allah swt sebagai bukti kongkrit pengabdian
terhadap sang pencipta yang telah menyempurnakan manusia dengan akal pikirannya. Sifat-sifat
kemanusiaan harus selalu dimunculkan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dari Allah swt.
Hal

ini

berarti

setiap

manusia

dalam

melaksanakan

kewajiban

harus

benar-benar

melaksanakannya dengan penuh kesadaran dan ikhlas semata-mata karena Allah swt. Dengan
demikian maka manusia tersebut dapat dikategorikan sebagai makhluk yang mampu
memanfaatkan akal pikiran dengan sebaik-baiknya.

Setiap manusia harus selalu bersyukur kepada Allah swt atas limpahan rahmat_Nya.
Nikmat akal pikiran salah satunya. Hamba yang taat dan patuh kepada perintah Allah swt pasti
tidak ada keraguan sedikit pun dalam hati mereka untuk selalu memaksimalkan fungsi akal.
Manusia yang diberi akal pikiran kemudian ia tidak mampu memaksimalkan fungsinya, berarti ia
telah menjatuhkan martabatnya sendiri ke dalam kategori hewani. Karena memang secara
sederhana, garis pembeda antara manusia dan hewan terletak pada akal pikiran. Oleh karenanya,
untuk mengantisifasi agar manusia tidak dikategorikan sebagai hewan, maka seyogyanya
pemanfaatan fungsi akal harus benar-benar diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai