untuk
menganalogikan sesuatu sering digunakan dalam konseptual fotografi. Di sini audiens dapat
menggunakan subyektifitas dalam mengartikan dan menilai sebuah foto. Fotografi konseptual
tidak memiliki tolok ukur untuk bagus atau tidak bagus, benar atau salah, tetapi pada apakah
gagasan fotografer bisa diterima dan dimengerti oleh orang yang menikmati karya itu atau
audiens. Maka dari itu, salah satu sifat dari fotografi konseptual adalah multi-tafsir.
Menurut Ve Dhanito yang merupakan salah satu fotografer konseptual Indonesia dalam
majalah Digicom 2011, ada empat elemen sumber inspirasi yang memberi ide untuk
menghasilkan karya, yaitu ekspresi, imajinasi, emosi dan pemahaman. Keempat elemen ini dapat
berdiri sendiri maupun berbaur dengan yang lain.
Menurut Athur Sinai, ada beberapa tahapan dalam melakukan fotografi konseptual.
Pertama, menentukan ide atau gagasan, kedua menentuan lokasi, ketigamemilih model, keempat
pelaksanaan, kelima menyediakan property, keenam pengambilan angel serta tata letak lighting,
yang terakhir melakukan evaluasi hasil.
Fotografi konseptual tidak ada di dalam fotografi jurnalistik, karena fotografi konseptual
bersifat subyektif dan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan berbagai kompleksitas sebuah
foto konsep, maka perencanaan menjadi sangat penting. Sedangkan fotografi jurnalistik harus
bersifat obyektif dan mudah dimengerti oleh audiens.
Referensi:
http://www.vedhanito.com/en/blogdetail.php?id=17, diakses pada 11 Mei 2014
http://en.wikipedia.org/wiki/Conceptual_photography, diakses pada 11 Mei 2014
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2013/02/15/weekly-photography-challenge-33conceptual-photography-528799.html, diakses pada 11 Mei 2014
http://helliumworks.blogspot.com/2010/12/fotografi-konseptual.html, diakses pada
11 Mei 2014