Anda di halaman 1dari 11

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Menular Seksual


2.1.1 Pengertian Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS)

adalah infeksi yang terutama didapat

melalui kontak seksual. Meskipun demikian, beberapa Infeksi Menular Seksual


dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat makan, handuk,
dan sebagainya. Selain itu, penyakit ini juga dapat tertular kepada bayi dalam
kandungan (Daili, 2007).
Secara keseluruhan, menurut Daili (2007) dapat dilihat bahwa banyak faktor
yang dapat mempengaruhi peningkatan insidens IMS, antara lain :
1. Perubahan demografik secara luar biasa.
2. Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografik,
terutama dalam bidang agama dan moral.
3. Kelalaian beberapa negara dalam pemberian pendidikan kesehatan dan
pendidikan seks khususnya.
4. Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan
kontrasepsi.
5. Akibat pemakaian obat antibiotik tanpa petunjuk yang sebenarnya,
maka timbul resistensi kuman terhadap antibiotik tersebut.
6. Fasilitas kesehatan

yang kurang memadai terutama fasilitas

laboratorium dan klinik pengobatan.


7. Banyaknya kasus asimtomatik, merasa tidak sakit, tetapi dapat menulari
orang lain.
Menurut S.F. Daili (2007), yang tergolong kelompok risiko tinggi adalah:
1. Usia
a) 20-34 tahun pada laki-laki
b) 16-24 tahun pada wanita
c) 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin

2. Pelancong
3. Pekerja seksual komersial atau wanita tuna susila
4. Pecandu narkotik
5. Homoseksual

2.1.2. Penyebab Infeksi Menular Seksual


Menurut Koes Irianto (2006) , beberapa mikroorganisme penyebab Infeksi
Menular Seksual adalah :
a. Bakteri

: Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma

urealyticum,

Treponema

Calymmatobacterium

pallidum,

granulomatis,

Haemophillus
Haemophillus

ducreyi,
vaginalis,

Streptococcus hemolytic, golongan B Shigella sp.


b. Virus

Human Immunodeficiency Virus (tipe 1 dan 2), Herpes

Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human Papiloma Virus, Cytomegalovirus,


Epstein-Barr Virus, Molluscum contagiosum virus.
c. Lain-lain :
-

Protozoa

: Trichomonas vaginalis

Fungus

: Candida albicans

Ektoparasit

: Phthirus pubis, Sarcoptes scabei

2.1.3. Jenis Infeksi Menular Seksual dan Gejala Klinisnya


Berikut adalah beberapa jenis Infeksi Menular Seksual :
1. Gonore
Gonore adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae. N. Gonorrhoeae adalah bakteri gram negatif dengan
morfologi khusus. Gonococci dapat mentoleransi oksigen, tetapi biasanya
memerlukan 2 sampai 10 persen karbondioksida untuk tumbuh. Bakteri
ini tumbuh secara optimal pada suhu 35C sampai 37C dan PH 7,2
sampai 7,6.
Gejala klinis :
- Pada laki-laki

Setelah kontak dengan penderita yang telah terinfeksi, sekitar 25% lakilaki menderita gonore. Diperkirakan 85% laki-laki dengan gonococcal
uretritis mengalami proses akut dengan gejala gelisah, disuria, sekret
purulen yang biasanya terjadi dari 2 sampai 10 hari setelah pajanan.
Sekitar 15% uretritis pada laki-lak

terjadi tanpa gejala atau dengan

sedikit gejala.
- Pada perempuan
Gonore menular pada perempuan ketika berhubungan dengan laki-laki
yang terinfeksi. Perempuan yang terinfeksi gonore akan mengalami
gejala spesifik dan tanda-tanda salpingitis atau gejala-gejala yang
kurang spesifik seperti, disuria, meningkatnya produksi sekret, atau
pendarahan yang abnormal pada beberapa hari sampai beberapa minggu
(Mansur, 2003).
2. Sifilis
Sifilis adalah Infeksi Menular Seksual yang disebabkan oleh bakteri T.
pallidum. Bakteri ini ditularkan melalui hubungan seksual secara
langsung melalui lesi mukosa individu yang terinfeksi, transfusi darah,
ataupun melalui plasenta daripada ibu yang telah terinfeksi (Sanchez,
2003).
Gejala Klinis :
- Stadium primer
Stadium primer rata-rata berlangsung selama 30 hari pada laki-laki dan
27 hari pada perempuan. Dijumpai ulkus tunggal, tidak nyeri dengan
tepi yang berindurasi (Sikora, Loeppky, dan Embil, 2004).
- Stadium sekunder
Pada stadium ini lesi akan tampak pada 3 sampai 12 minggu setelah
dijumpainya ulkus. Pada stadium ini, akan dijumpai demam, sakit
kepala, lemah, limfadenopati, atralgia, glomerulonefritis, nefrotik
sindrom, hepatitis, meningismus, alopesia (Sikora, Loeppky, dan Embil,
2004).
- Stadium laten

Stadium ini terjadi merupakan kelanjutan dari Stadium sekunder yang


tidak diobati dan asimptomatik. Stadium ini dapat berlangsung kurang
dari satu tahun (early latent syphilis) atau bisa sampai lebih dari satu
tahun (late latent syphilis) (Sikora, Loeppky, dan Embil, 2004).
- Stadium tersier
Sepertiga pasien dengan stadium laten yang tidak terobati akan
berlanjut ke stadium tersier. Duapertiganya akan berada di stadium
laten seumur hidupnya. Tiga gejala klinis yang umum dijumpai pada
stadium ini adalah Late Benign Syphilis, penyakit kardiovaskular, dan
neurosifilis.
1. Late Benign Syphilis akan dijumpai 3 tipe lesi yaitu granulomatous
nodule , psoriasiform granulomatous plaque, dan gummas.
2. Penyakit kardiovaskular seperti aortitis yang asimptomatik atau
diikuti dilatasi dari aorta.
3. Neurosifilis dengan gejala demam, ataksia, perubahan jati diri,
paresis, kehilangan pendengaran, paresis saraf kranial, kelemahan
anggota gerak dan kelainan neurologi lainnya.
(Sikora, Loeppky, dan Embil, 2004)
3. Ulkus Mole
Ulkus mole atau sering disebut crancoid (chancre lunak) disebabkan oleh
bakteri batang gram negatif Haemophilus ducreyi dengan gejala khas
berupa ulkus nekrotik pada genital dan dapat diikuti peradangan kelenjar
getah bening inguinal. Papul eritematosa biasanya muncul pada 4-7 hari
setelah kontak seksual dengan penderita sebelum berlanjut menjadi
pustul. Pustul sering pecah setelah 2-3 hari dan menjadi ulkus yang nyeri
dengan dasar bergranul dan bernanah. Lesi biasanya muncul di
preputium dan frenulum pada laki-laki dan di vulva, serviks, dan perianal
pada wanita. Lesi ekstragenital dapat dijumpai di paha, payudara, dan jari
(Lewis, 2003)
4. Granuloma inguinale

Granuloma inguinale atau disebut Donovani merupakan infeksi oleh


bakteri Calymatobacterium granulomatis. Masa inkubasi donovanosis
biasanya 1-4 minggu, tetapi bisa lebih lama, bahkan sampai 1 tahun.
Penyakit ini dimulai dengan adanya satu atau lebih nodul pada subkutan
dan kemudian mengalami erosi menjadi ulkus. Lesi primer berkembang
secara perlahan atau membentuk lesi baru dengan autoinokulasi terutama
pada daerah perianal. Pada awalnya, lesi berbentuk papul atau vesikel
yang tidak nyeri, kemudian perlahan-lahan menjadi ulkus granulomatosa
berbentuk bulat, menimbul, dan mudah berdarah. Pembengkakan daerah
inguinal dapat timbul menyertai lesi primer, sebagai abses yang
kemudian pecah dan menimbulkan ulkus yang khas. Kelainan ini disebut
pseudobubo karena merupakan sebuah granuloma subkutan dan bukan
kelenjar getah bening yang membesar. Lesi ekstragenital dapat timbul
dari lesi primer atau dari diseminasi lesi primer. Diseminasi timbul oleh
autoinokulasi atau penyebaran secara sistemik. Lesi ekstragenital dapat
ditemukan di daerah muka, leher, mulut dan tenggorokan, dan mukosa
(Hart, 1997).
5. Limfogranuloma venerium
Limfogranuloma venerium adalah Infeksi Menular Seksual yang jarang
dijumpai dan disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Gejala dari
penyakit ini dapat muncul setelah beberapa hari atau sebulan setelah
kontak dengan penderita. Gejala-gejalanya dapat berupa keluarnya darah
atau pus melalui rektum, tenesmus, bengkak dan kemerahan di daerah
inguinal, bengkak di labia, pembesaran kelenjar getah bening inguinal
pada satu atau kedua sisi, dan mungkin mengenai kelenjar getah bening
di sekitar rektum pada orang yg melakukan hubungan seksual melalui
rektum (U.S. National Library of Medicine, 2012)
6. Trikomoniasis
Trikomoniasis merupakan Infeksi Menular Seksual yang sering dijumpai
dan disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Sekitar 70% orang yang
terinfeksi tidak memiliki tanda dan gejala yang khas. Gejala pada laki-

10

laki dapat berupa iritasi pada penis, rasa terbakar saat ejakulasi atau
berkemih, dan keluarnya sekret dari penis. Gejala pada perempuan dapat
berupa rasa terbakar, kemerahan, dan rasa sakit pada daerah genital,
berkemih tidak nyaman, keluarnya cairan yang berbau dari genital (CDC,
2012).
7. Vaginosis bakterial
Kondisi dimana jumlah bakteri dalam vagina berlipat dan tak terkendali,
bahkan tidak lagi berperan sebagai flora normal malah menimbulkan
infeksi yang serius. Seringkali infeksi ini disertai dengan keluarnya
cairan, nyeri, berbau tidak sedap dan rasa terbakar. Cara penularannya
melalui kontak fisik (seksual) langsung dengan penderita tanpa
mengenakan alat kontrasepsi (CDC, 2010)
8. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan tahap akhir
dari infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus HIV
menyerang sistem imun tubuh dan menyebabkan tubuh rentan terhapap
infeksi dan kanker. Virus HIV dapat ditemukan di air liur, air mata,
jaringan saraf, darah, semen, cairan vagina, dan ASI. Tetapi, hanya
melalui darah, semen, cairan vagina, dan ASI infeksi dapat tersebar.
Orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak menunjukkan gejala setelah 10
tahun atau lebih, tetapi mereka dapat menyebarkan infeksi HIV. Jika
infeksi tidak terdeteksi dan segera diobati, sistem imun akan menurun
dan timbul AIDS. Gejala yang biasa dijumpai pada penderita AIDS
adalah demam, keringat malam, pembesaran kelenjar getah bening,
kelemahan, penurunan berat badan, dan merasa kedinginan (A.D.A.M.,
2012)
9. Herpes Simpleks
Virus herpes simpleks menimbulkan berbagai jenis herpes. Yang paling
sering, virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) mengakibatkan herpes
mulut, berupa lecet dan bentolan disertai salesma dan demam di daerah
mulut dan bibir. HSV-1 juga dapat ditularkan ke daerah kemaluan

11

dengan sentuhan atau seks oral. Herpes genitalis disebabkan oleh herpes
simpleks tipe 2 (HSV-2) yang mengakibatkan lepuh yang nyeri dan luka
di daerah kemaluan. Herpes ini juga dapat berpindah ke mulut melalui
seks oral.
Herpes dapat ditularkan melalui seks per vagina, anal atau oral, atau
dengan menyentuh luka herpes. Sentuhan yang kemudian mengenai mata
dapat menimbulkan infeksi mata serius. Virus ini dapat hidup beberapa
jam pada benda-benda seperti toilet duduk, dan dapat berpindah melalui
benda tersebut. Herpes oral dapat dipindahkan dengan berciuman,
memakai gelas atau haduk bersama penderita herpes dan sudah tentu
melalui hubungan seksual (Hutapea, 2003).

2.1.4. Pencegahan Infeksi Menular Seksual


Dalam konteks kesehatan publik, tindakan mencegah merupakan
tindakan yang lebih baik dari pada mengobati, oleh karena itu dorongan
melakukan tindakan preventif dan promotif ditekankan untuk membantu
masyarakat merubah perilaku yang lebih selaras dengan kaidah-kaidah
hidup yang sehat UNAIDS, sebuah badan WHO yang khusus menangani
IMS, memperkenalkan formula pencegahan IMS yang disebut sebagai
kombinasi ABC, pola atau model pencegahan ini telah dikenal cukup
lama dan diterapkan oleh berbagai institusi dalam pencegahan IMS.

1. Pola ABCDEFGH
a) A (Abstinence) artinya berpantang hubungan seks atau tidak
berhubungan seks. Dalam konteks ini berpantang berarti menunda
hubungan seks sampai pernikahan.
b) B (Be faithful) artinya setia terhadap pasangan seks yaitu suami
dan istri, dan tidak memperpanjang jaring pasangan seksual. Hal ini
bermakna himbauan untuk menimbang poligami dan peringatan
untuk tidak melakukan aktifitas seksual diluar pernikahan.

12

c) C (Cleanliness) artinya menjaga kebersihan termasuk didalamnya


adalah organ-organ reproduksi dan menjaga kesehatannya agar tidak
tertular penyakit. IMS (infeksi Menular Seksual) dapat dicegah
melalui kebersihan, terutama yang disebabkan oleh jamur, bakteri
atau kutu. IMS merupakan pintu penularan HIV, apalagi jika ada
perlukaan. Bagi laki-laki, C juga berarti Circumsition atau khatan.
d) D (Do the test) artinya melakukan tes secara sukarela berbasis
konseling (VCT, Voluntary Counseling Test). Terutama bagi
komunitas yang beresiko tinggi. Tes dapat mendorong seseorang
beresiko tinggi untuk dapat mengetahui statusnya untuk selanjutnya
dapat terlibat dalam proses pencegahan penularan lebih lanjut.
e) E (Equipment sterilization) artinya sterilisasi peralatan yang
berkaitan dengan penularan HIV/AIDS seperti jarum suntik. Untuk
mengurangi dampak-dampak buruk sebaiknya para medis atau dokter
menggunakan jarum suntik sekali pakai (disposable syringe).
f) F (Find to an update information) artinya untuk terus dan
senantiasa mencari serta belajar dari informasi terkini. Demikian pula
informasi mengenai epidemiologisnya, kemungkinan mutasi virus,
cara baru penularan, metode dan pendekatan perawatan dukungan
dan treatment yang baru, termasuk kemungkinan adanya obat yang
dapat membunuh virus dan lain-lain.
g) G (Get action to prevent and for an appropriate care, support and
treatment) artinya ketika menyadari bahwa penyebaran virus ini yang
mengglobal di tengah hiruk pikuk globalisasi, dimana mobilitas
manusia semakin cepat dan realtime, maka melakukan tindakan
preventif tidak dapat ditunda lagi.
h) H (Harm reduction) artinya pengurangan dampak buruk terutama
bagi IDUs (pengguna jarum suntik) maupun juga dengan kelompok
resiko tinggi lainnya.
2. Alat kontrasepsi dalam pencegahan IMS

13

Selain itu secara lebih khusus dari pencegahan terjadinya IMS,


University of California menyarankan beberapa alat-alat kontrasepsi
dalam pencegahan terjadinya IMS seperti berikut dibawah yang
terbukti tinggi keefektifannya.
- Bendungan gigi (Dental Dams)
Dental dams atau bendungan gigi adalah suatu alat kontrasepsi yang
di perbuat daripada lateks dan berbentuk segi empat lembar yang
digunakan untuk perlindungan dan keamanan semasa melakukan
hubungan seks oral-vaginal atau seks oral-anal. Pelbagai jenis IMS
dapat ditularkan antara pasangan selama melakukan oral seks, oleh
karena itu adalah penting untuk menggunakan gigi bendungan bagi
menghindari dari infeksi. Dental dams harus ditempatkan pada
bahagian yang berkontak dengan mulut. Pastikan tidak dibalikkan
bendungan gigi yang sudah digunakan bagi mencegah transmisi IMS
antara pasangan. Selain itu, bila beralih dari vagina ke anus, atau
ketika bertukar pasangan, jangan menggunakan gigi bendungan yang
sama.
- Kondom laki-laki
Kondom laki-laki adalah salah satu yang paling umum tersedia
dalam mengamalkan seks aman dan sebagai kontrasepsi. Kondom
sangat efektif bagi perlindungan terhadap kedua IMS / HIV dan
sebagai kontrasepsi. Bila digunakan dengan spermisida atau
cadangan metode lain, ia memberikan perlindungan yang optimal.
SSIS merekomendasikan menggunakan kondom laki-laki selama
oral, anal, dan vaginal seks dan tidak menggunakan kondom yang
sama untuk kedua seks vagina dan anal. Kebanyakan kondom lakilaki adalah terlubrikasi dan terbuat dari latex.
- Kondom Perempuan
Kondom perempuan terbuat dari dua cincin polyurethane yang
fleksibel. Kondom ini terbukti sebagai alat kontrasepsi dan
mencegah HIV pada hubungan seksual secara heteroseksual.

14

- Vaginal Microbicides
Vaginal microbicides merupakan anti-HIV agen topikal yang dapat
digunakan dengan atau tanpa sepengetahuan pasangan seks.
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan N-9 (Nonoxynol-9)
dalam Vaginal Microbicides mengurangi risiko penularan HIV pada
beberapa kasus. Namun, hasil penelitian pada hewan coba dan
percobaan klinis belum dapat mendukung alat kontrasepsi ini
sebagai rekomendasi.

2.2. Pengetahuan
2.2.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
(Notoatmodjo, 2010).

2.2.2. Tingkatan Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2010) , pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

15

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya. Aplikasi dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata keria,
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat
menyusun,

dapat

merencanakan,

dapat

meringkaskan,

dapat

menyesuaikan suatu teori.


6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu
cerita yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.

Anda mungkin juga menyukai