Anda di halaman 1dari 6

Muslim Rahmatan Lil 'Alamin

Written by Admin
Jumat, 16 Desember 2011

Muslim Rahmatan Lil 'Alamin


Oleh Dr. KH. Ahmad Kusyairi Suhail, MA

1/6

Muslim Rahmatan Lil 'Alamin


Written by Admin
Jumat, 16 Desember 2011

.
Jamaah shalat Jum'at rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa bertakwa dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Sebab,
hanya dengan takwa kita akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Salah satu faktor penyebab keberhasilan dakwah dan perjuangan Rasulullah Saw dalam
membangun peradaban umat manusia adalah kepribadian beliau yang mempesona dan penuh
kharisma serta akhlaknya yang luhur dan mulia. Beliau disenangi oleh semua orang, baik
kawan maupun lawan. Sampai-sampai lawanpun menjuluki beliau Al Amin; orang yang sangat
dipercaya. Semua orang merasa senang dan damai berada di sisinya atau di majelisnya. Jika
beliau pergi, kedatangannya sangatlah dirindukan. Hal ini, karena beliau penebar kasih sayang
dan kedamaian. Namun, beliau pun dalam beberapa kesempatan juga bisa tegas, namun
bukan keras. Keparipurnaan kepribadian Nabi Muhammad Saw inilah yang membuat beliau
dengan izin Allah- mampu menyelamatkan umat manusia dari beragam bentuk kezhaliman
(kegelapan) dalam semua aspek kehidupan menuju cahaya Islam. Sehingga sinar Islam pun
memancar ke seluruh penjuru dunia.
Kepribadian seorang muslim yang seharusnya melekat pernah Rasulullah sabdakan dalam
hadits berikut :
":

: "

()

2/6

Muslim Rahmatan Lil 'Alamin


Written by Admin
Jumat, 16 Desember 2011

Dari Abu Musa Ra, ia berkata, mereka (para sahabat) bertanya, Ya Rasulullah, Islam
(seperti) apa yang paling afdhal (paling utama)? Beliau Saw menjawab, Yaitu orang yang
orang-orang muslim lainnya selamat dan aman dari (gangguan) lisan dan tangannya
(HR. Bukhari)
Hadits senada dengan hadits di atas, dengan sedikit perbedaan pada redaksi, juga banyak
diriwayatkan oleh para ulama hadits lainnya. Di antaranya:
Dari Amr bin Ash Ra, ia berkata: sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw,
:

( )
"Orang-orang Islam seperti apa yang paling baik? Beliau Saw menjawab, Yaitu orang yang
kaum muslimin lainnya aman dari (gangguan) lisan dan tangannya (HR. Muslim)
Sedangkan Imam Tirmidzi dalam kitab Sunannya meriwayatkan dengan redaksi tambahan
yang makin melengkapi makna yang terkandung di dalamnya, yaitu:
Dari Abu Hurairah Ra, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda,

()
Orang muslim yang sejati adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari
(gangguan) lisan dan tangannya. Dan orang yang mukmin yang sejati adalah orang yang bisa
menjaga keamanan (keselamatan) darah dan harta manusia lain (HR. Tirmidzi dan Imam
Ahmad).
Hadirin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Hadits-hadits Nabi di atas menunjukkan betapa kekerasan, anarkisme dan menebar teror di
tengah komunitas muslim bukanlah bagian dari ajaran Islam. Dalam hadits tersebut, Rasulullah
Saw menjelaskan bahwa muslim yang sejati adalah orang yang selalu menebar kasih
sayang, bukan menebar ketakutan
. Selalu hati-hati dan berpikir
seribu kali dalam berucap dan berbuat sehingga tak ada ucapan dan perbuatan yang menyakiti
dan melukai dan menciderai hati dan fisik orang lain.
Imam Ibnu Hajar ketika menjelaskan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari mengatakan,
bahwa Alif dan Lam pada lafazh Al Muslim adalah memiliki makna sempurna.
Ini berarti bahwa kesempurnaan seorang muslim sangat ditentukan oleh sejauh mana
orang-orang di sekelilingnya merasa nyaman, aman dan tenteram dengan keberadaannya.
Selalu aktif memberikan kontribusi apa pun; baik ide, pikiran, tenaga, waktu maupun harta
benda untuk kebaikan lingkungan sekitarnya. Tutur katanya baik, lembut dan menyejukkan.
Perilaku dan tindak dan tanduknya tidak menimbulkan kecurigaan karena akhlak mulia itu
transparan dan tidak ada yang perlu ditutup-tutupi. Karena itulah kehidupan Rasulullah Saw
bagaikan Kitab Maftuh, kitab yang terbuka yang bisa dibaca oleh semua lapisan masyarakat;
dewasa maupun anak kecil, laki-laki maupun kaum perempuan.
Hadirin yang berbahagia

3/6

Muslim Rahmatan Lil 'Alamin


Written by Admin
Jumat, 16 Desember 2011

Bahkan, dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi tadi disebutkan bahwa masalah ini termasuk
dalam Qadhaya Imaniyah (diskursus keimanan). Artinya melukai hati dan fisik orang lain dapat
menurunkan kualitas keimanan seorang muslim. Menjaga keselamatan jiwa dan keamanan
harta orang lain termasuk barometer iman.
Penggunaan redaksi An Naas yang berarti manusia, bukan Al Muslimun (orang-orang
Islam) seperti pada kalimat sebelumnya, menunjukkan bahwa Islam juga sangat menghormati p
luralitas
. Nabi Saw pun pernah berwasiat kepada Abu Dzar Ra,

) (
Bertakwalah kepada Allah dimana saja engkau berada. Ikutilah keburukan dengan kebaikan,
niscaya ia (kebaikan) akan menghapusnya. Dan pergauilah manusia dengan akhlak mulia
(HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Jadi, menerapkan akhlak mulia dalam bergaul dengan manusia, apa pun etnis, suku dan
agama dan kebangsaannya, termasuk bagian dari takwa.
Karenanya perasaan aman, nyaman dan tenteram ini juga hendaknya mencakup komunitas
non muslim selama mereka tidak memerangi dan memerangi kita. Semangat inilah yang
sesungguhnya juga disuarakan sangat nyaring oleh Al-Quran,
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (QS. Al Mumtahanah: 8).
Jamaah shalat jumat rahimakumullah
Dalam konteks ini, maka bisa dimaklumi mengapa para ulama seperti Syekh Dr. Yusuf Al
Qardhawi, Syekh Salman bin Fahd AlAudah dan lainnya ketika mengkaji masalah Al Amaliyyah
Al Istisyhaadiyah
(bom syahid), mereka tidak membolehkan penerapan hal ini secara mutlak di semua tempat,
dalam semua situasi dan kondisi dengan sasaran semua orang. Mereka hanya membolehkan
dengan beberapa syarat, di antaranya:
Pertama, Dilakukan di medan jihad. Artinya negeri yang secara syari telah dinyatakan
sebagai medan jihad, seperti di Palestina yang dijajah oleh Israel dan lain-lain.
Kedua, Diniatkan semata-mata untuk meninggikan kalimat Allah, bukan mencari sensasi dan
popularitas.
Ketiga, Memastikan bahwa apa yang dilakukannya benar-benar dapat melemahkan barisan
musuh dalam peperangan itu dan menguatkan maknawiyah (mentalitas) dan kekokohan
barisan tentara muslim.
Keempat, Hal itu dilakukan terhadap orang-orang kafir yang memerangi kaum muslimin.
Sebab, dalam tinjauan
syariat Islam kaum kafir itu terbagi dalam beberapa katagori.
Ada orang-orang kafir yang
Musaalimun (menyerahka
n sepenuhnya urusannya kepada pemerintahan Islam). Ada yang
Mustaminun
(meminta perlindungan keamanan), ada yang
Dzimmiyyun
dan
Muaahidun

4/6

Muslim Rahmatan Lil 'Alamin


Written by Admin
Jumat, 16 Desember 2011

(yang mengadakan kesepakatan perjanjian dengan kaum muslimin). Tidak semua orang kafir
boleh dibunuh secara mutlak, bahkan Rasulullah Saw pernah bersabda,

()
Barangsiapa membunuh orang kafir yang Muaahid (telah mengadakan perjanjian dengan
kaum muslimin), maka ia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya wangi surga
itu tercium dari jarak perjalanan 40 tahun (HR. Bukhari).
Kelima, Mendapat izin kedua orang tua.
Mereka mendasarkan hal itu dari banyak dalil, di antaranya hadits tentang anak muda dalam
kisah Ashhaabul Ukhdud yang diriwayatkan oleh Shuhaib dalam Shahih Muslim dan Musnad
Imam Ahmad.
Juga riwayat dalam Tafsir Ath Thabari, dari Abu Ishaq As Subaii berkata: Aku bertanya
kepada Barra bin Azib Ra, Wahai Abu Umarah, bagaimana jika ada seorang dilempar ke
kerumunan musuh yang berjumlah seribu orang, sementara dia sendirian [yakni; kemungkinan
besar ia akan terbunuh] apakah hal ini termasuk orang yang disinggung Allah Swt dalam ayat,
.. dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, (QS. Al Baqarah:
195)
Lalu, Barra (sahabat Nabi) menjawab, Tidak, silahkan ia berperang hingga terbunuh
(syahid). Allah Swt berfirman kepada Nabi-Nya Saw,
Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan
kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). (QS. An
Nisaa : 84).
Kaum muslimin rahimakumullah
Sementara dalam kajian Ibnu Katsir, Barra bin Azib Ra menjelaskan tentang maksud ayat
tersebut adalah tentang sedekah, yakni meninggalkan bersedekah dalam jihad adalah
termasuk menjatuhkan dalam kebinasaan (Lihat
Tafsir
Ibnu Katsir
, vol. I/206).
Karenanya, tidak benar jika apa yang dilakukan oleh pejuang Hamas, misalnya, di Palestina
yang meledakkan diri di tengah kerumunan orang Israel itu adalah bom bunuh diri, melainkan
itu termasuk bom syahid dan mereka bukanlah teroris seperti yang dituduhkan oleh
musuh-musuh Islam yang diamini oleh berbagai media di dunia Islam, tapi Israel lah the real
terrorist
.
Sementara jika hal itu dilakukan di negeri yang mayoritas muslim, tentu tidak bisa dibenarkan.
Wallahu alam bish showab. Semoga Allah Swt selalu menuntun dan membimbing kita semua
di jalan yang benar.

5/6

Muslim Rahmatan Lil 'Alamin


Written by Admin
Jumat, 16 Desember 2011

6/6

Anda mungkin juga menyukai