Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa antioksidan dalam penggunaannya semakin berkembang untuk
pengobatan dan makanan seiring dengan bertambahnya pengetahuan tentang
radikal bebas. Antioksidan mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang
disebabkan oksigen reaktif, mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif
seperti diabetes, kanker, inflamasi jaringan, kelainan imunitas, infark jantung dan
penuaan dini (Jacob and Burri, 1996; Meddleton et al, 2000). Tubuh manusia
tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika
terjadi paparan radikal bebas berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan
eksogen (Rohdiana, 2001; Sunarni, 2005). Antioksidan alami antara lain turunan
fenol, koumarin, hidroksi sinamat, tokoferol, difenol, flavanoid, dihidroflavon,
kathekin, asam askorbat (Cahyadi, 2006). Senyawa antioksidan sangat dibutuhkan
oleh sistem tubuh serta dapat memperpanjang masa simpan makanan. Penggunaan
antioksidan alami cenderung lebih aman daripada antioksidan sintetis karena tidak
menggunakan bahan kimia, mudah didapat, dan tidak diperlukan tes keamanan
oleh pemerintah apabila komponennya tergolong Generally Recognized As Safe
(GRAS) (Heo et al. 2005).
Potensi antioksidan penangkap radikal bebas dapat ditentukan dengan
menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH yaitu suatu radikal yang
stabil dalam larutan metanol dan mampu menerima sebuah elektron atau radikal
hidrogen. Metode peredaman radikal bebas DDPH merupakan metode
pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat, peka, memerlukan sedikit sampel
dan tidak membutuhkan banyak pelarut seperti halnya uji lain (xantin-xantin
oksidase, metode tiosianat, antioksidan total). Hasil pengukuran menunjukkan
kemampuan antioksidan sampel secara umum dalam menghambat radikal bebas
(Juniarti, dkk., 2009). Metode ini banyak digunakan pada beberapa penelitian
skrining aktifitas antioksidan dalam jurnaljurnal ilmiah baru.
Acorus sp dikenal dengan jeringau merah merupakan tumbuhan endemik
Kalimantan Barat yang telah secara turun temurun dimanfaatkan sebagai obat
demam berdarah bagi penderita yang tinggal di pedalaman dan jauh dari sistem
pelayanan kesehatan formal seperti rumah sakit dan puskesmas (Purwaningsih,
dkk., 2006). Data yang ada menunjukkan bahwa tumbuhan dalam genus Acorus
seperti (Acorus calamus) memiliki efek sedatif dengan mayoritas kandungannya
adalah saponin dan flavonoid (Maheswari,2002). Informasi ilmiah tentang
aktivitas, kandungan kimia dan mekanisme aktivitas jeringau merah belum
ditemukan. Tetapi sebagai famili dari Araceae kemungkinan kandungan dan
aktivitas memiliki kemiripan. Berdasarkan penelitian selanjutnya yang telah
dilakukan oleh Pratiwi, dkk., 2010 bahwa dari hasil skrining fitokimia

menunjukkan adanya flavonoid dalam rimpang jeringau merah (Acorus sp.), yang
mampu menaikkan trombosit darah pada hewan uji. Flavonoid dalam rimpang
jeringau terdapat dalam bentuk berikatan dengan gula glikosida. Penelitian
tentang pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol rimpang jeringau merah
(Acorus sp) yang berasal dari Kalimantan Barat belum pernah dilakukan, untuk
itu diperlukan penelitian tentang ini sehingga dapat memberikan informasi untuk
masyarakat luas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak jeringau merah (Acorus sp) memiliki efek antioksidan yang
tinggi ?
2. Berapa nilai IC50 ekstrak etanol jeringau merah ( Acorus sp) ?
3.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jeringau Merah (Acorus calamus sp.)
Jeringau merah (Acorus sp.) dari famili Araceae merupakan jeringau yang
tumbuh liar di hutan-hutan tropis Kalimantan Barat, secara empiris telah
digunakan oleh Masyarakat pedalaman suku Dayak dalam mengobatai berbagai
macam penyakit. Seperti tyfus dan demam berdarah. Pengujian awal infus
rimpang jeringau merah menunjukkan potensi penghambatan pertumbuhan
bakteri Salmonella typhosa, yang dapat menyebabkan penyakit tyfus
(Purwaningsih, 2009). Ada beberapa tempat di wilayah Kalimantan Barat sebagai
habitat aslinya seperti wilayah Sanggau, Ngabang, dan Kapuas Hulu dengan
karakteristik seperti jeringau biasa tetapi memiliki pangkal daun berwarna merah
serta rimpang yang berwarna coklat kemerahan (Purwaningsih, 2009).
Berdasarkan penelitian selanjutnya yang telah dilakukan oleh Pratiwi, dkk., 2010
bahwa dari hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya flavonoid dalam
rimpang jeringau merah (Acorus sp.), yang mampu menaikkan trombosit darah
pada hewan uji. Flavonoid secara umum telah diketahui memiliki aktivitas
sebagai antibakteri, antiviral, antiinflamasi, antialergi, antimutagenik, antioksidan
dan aktivitas vasodilatasi. Flavonoid merupakan salah satu jenis senyawa fenol,
yaitu bioaktif yang akan mengubah reaksi tubuh terhadap senyawa lain (Pratiwi,
dkk., 2010). Berdasarkan penelitian Atta-ur-Rahman (2001) senyawa-senyawa
yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan senyawa
flavanoid, fenolat, dan alkaloid.

Gambar 2.1 Jeringau merah (Acorus sp.)


2.2 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan,
menahan pembentukan oksigen reaktif dan radikal bebas dalam tubuh. Radikal

bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil karena memiliki elektron yang
tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga sangat reaktif untuk
mendapatkan pasangan elektron dengan mengikat sel-sel tubuh. Apabila hal
tersebut terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan dan kematian
sel (Lautan, 1997; Sies, 1993). Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat
menimbulkan oksidative stress (Waji dan Sugrani, 2009). Antioksidan dapat
bersumber dari zat-zat sintesis atau zat-zat alami hasil isolasi. Antioksidan alami
dapat diperoleh dari makanan sehari-hari seperti sayuran, buah-buahan, kacangkacangan dan tanaman lainnya yang mengandung antioksidan bervitamin (seperti
vitamin A, C, dan E), asam-asam fenolat (seperti asam ferulat, asam klorogenat.
Asamelagat, dan asam kafeat) dan senyawa flavanoid seperti kuersetin, mirisetin,
apigenin, luteolin, dan kaemferol (Rohdiana, 2001; Pokorny et al, 2001).
2.3 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering
digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak
bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau
radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH.
Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan maka warna
larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang
gelombang 517 nm akan hilang (Green, 2004; Gurav et al, 2007). Parameter yang
biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil uji aktivitas antioksidan dengan
peredaman radikal DPPH adalah inhibition concentration (IC50) dan AEAC
(Ascorbic Acid Equivalent Antiokxidant Capacity). Nilai IC50 merupakan
bilangan yang menunjukan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat
aktivitas radikal sebesar 50% (Molyneux, 2003).
Menurut Prakash (2001) Metode DPPH digunakan secara luas untuk
menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai pendonor elektron atau
hidrogen. Metode DPPH merupakan metode yang dapat mengukur aktivitas
antioksidan baik dalam pelarut polar maupun non polar. Beberapa metode lain
terbatas mengukur komponen yang terlarut dalam pelarut yang digunakan dalam
analisis. Metode DPPH mengukur semua komponen antioksidan baik larut dalam
lemak maupun dalam air. Menurut Kubo dkk., (2002) dalam Yulia (2007) bahwa
reaksi antara DPPH dengan senyawa antioksidan dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur DPPH: (a) DPPH bentuk radikal, (b) DPPH bentuk
tereduksi. Sumber : Molyneux, 2003

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian antioksidan yang dilakukan adalah penelitian
eksperimental laboratoris in vitro yang memiliki tujuan menguji aktivitas radikal
bebas DPPH ekstrak etanol daun jeringau merah dari Provinsi Kalimantan Barat
dibandingkan dengan aktivitas radikal bebas Vitamin C. Sebagai variabel
tergantung adalah peredaman radikal bebas DPPH dan sebagai variabel bebas
adalah ekstrak daun dan vitamin C dalam berbagai konsentrasi.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan selama 3 bulan. Ekstraksi
daun jeringau merah, penapisan fitokimia, dan pengujian antioksidan dilakukan di
Laboratorium Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan adalah blender, peralatan soxhletasi, rotary
evaporator, pipet mikro, botol penampung berbagai ukuran,
spektofotometer UV-Vis, timbangan analitik, alat-alat gelas, Chamber
KLT, botol semprot, dan waterbath
3.3.2 Bahan
Daun jeringau merah, 2,2-difenil-1-pikrilhidrasil (DPPH), etanol 70%,
metanol, vitamin C, pereaksi Lieberman-Burchad, pereaksi
Dragondorff, pereaksi Mayer, dan aquades.
3.4 Analisis Data
Metode yang digunakan adalah metode DPPH. Hasil aktivitas penangkap
radikal bebas dari ekstrak etanol daun jeringau merah dibandingkan dengan
vitamin C. Besarnya aktivitas penangkap radikal dihitung dengan rumus :
Persen (%) penangkap radikal =
(

kemudian dilakukan perhitungan IC50 yakni suatu nilai yang dapat menangkap
radikal bebas sebesar 50% melalui persamaan garis regresi linier yang
menyatakan hubungan antara konsentrasi senyawa (sampel) uji (X) dengan
aktivitas penangkap radikal rata-rata (Y) dari seri replikasi pengukuran. Semakin

kecil IC50 -nya maka senyawa uji tersebut mempunyai keefektifan sebagai
penangkap radikal yang lebih baik (Cholisoh, 2008).
3.5 Tahapan Penelitian
3.5.1 Pembuatan Ekstrak
Metode yang digunakan untuk membuat ekstrak daun jeringau merah
ini adalah metode soxhletasi. 20 gr serbuk rimpang jeringau merah
dimasukkan ke dalam kantong dari kertas saring yang diatur sedemikian
rupa hingga dapat dimasukkan ke dalam tabung soxhlet. Dilakukan
soxhletasi menggunakan etanol 96% dengan volume 1,5 kali sirkulasi
dan pada suhu 70o-80oC sampai pelarut tidak berwarna. Ekstrak yang
didapat dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 70oC sampai
didapat ekstrak kental yang dianggap mempunyai konsentrasi 100%.
maserasi. Terakhir ekstrak kental kemudian dipindahkan dalam cawan
porselin.
3.5.2 Uji Pendahuluan Aktivitas Antioksidan Secara KLT
Uji pendahuluan aktivitas antioksidan ekstrak sebagai penangkap
radikal bebas dilakukan sesuai metode Demirezera, L.. et al (2001)
dengan sedikit modifikasi. Uji pendahuluan diawali dengan
mengaktifkan plat KLT pada oven dengan suhu 105C selama 10
menit. Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 F254 dengan luas
2 x 10 cm dengan jarak elusi 8 cm dan fase gerak yang digunakan
untuk mengelusi yaitu kloroform : metanol dengan perbandingan 1 : 4
sebanyak 2 mL. Setelah dikembangkan sampai batas pengembangan,
elusi dihentikan, lalu lempeng diangin-anginkan sampai kering. Bercak
yang terbentuk diamati dengan sinar tampak, lampu UV 366 nm, dan
pereaksi DPPH 0,2%. Senyawa aktif penangkap radikal radikal bebas
akan menunjukkan bercak berwarna kuning pucat dengan latar belakang
ungu.
3.5.3 Penentuan Panjang Gelombang DPPH dan Penentuan Operating Time
Larutan DPPH yang digunakan dibuat dengan cara menimbang
seksama lebih kurang 5 mg serbuk DPPH kemudian dilarutkan dengan
metanol p.a dalam labu ukur 50 mL dan dicukupkan dengan metanol
p.a hingga tanda batas sehinggadidapat larutan DPPH 100 g/mL.
Larutan ini
ditentukan spektrum
serapannya menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 400 nm hingga 800nm
kemudian ditentukan panjang gelombang optimumnya (Erawati,2012).
Penentuan
operating time dilakukan pada panjang gelombang
maksimum dengan interval waktu 5 menit sampai didapat
absorbsansi yang stabil, tidak terlihat adanya penurunan absorbansi.

3.5.3 Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis


Uji aktivitas antioksidan ekstrak dilakukan sesuai metode Zuhra,Cut
Fatimah.et al (2008) dengan sedikit modifikasi. Sebanyak 25 mg
ekstrak kasar ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu ukur 25 ml
dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai
garis tanda (larutan induk 1000 ppm). Larutan induk dipipet sebanyak
0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; dan 0,4 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk
mendapatkan konsentrasi larutan uji 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm, 16 ppm
dan 18 ppm. Kedalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml
larutan DPPH 0,5 mM lalu volumenya dicukupkan dengan metanol
sampai garis tanda. Larutan blanko dibuat dengan cara larutan DPPH
0,5 mM dipipet sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu
ukur 25 ml lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis
tanda. Sebagai pembanding digunakan vitamin C (2 ppm, 3 ppm, 4
ppm, 5ppm dan 6 ppm) dengan perlakuan yang sama dengan
ekstrak. Dicatat hasil dari nilai absorbansi ekstrak jeringau merah dan
vitamin C. Kemudian dibuat persamaan regresi. IC50 dihitung dengan
cara memasukkan nilai 50% ke dalam persamaan kurva standar sebagai
sumbu y lalu dihitung nilai x sebagai konsentrasi IC50.
3.6 Alur Kerja Penelitian
Pada penelitian ini, dilakukan pengumpulan daun jeringau merah di . Tahap
lebih lanjutnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Rimpang
Jeringau
Merah

Analisis
Data
Pelaporan

Dicuci, disortasi,
dikeringkan dan
dihaluskan

Pengamatan

Serbuk
Rimpang
Jeringau
Merah

Soxhletasi
dengan
etanol dan
disaring

Uji Aktifitas
Antioksidan
ekstrak dengan
metode DPPH

Ampas
(residu)
Ekstrak daun
jeringau
merah

Penapisan
fitokimia

Uji Pendahuluan Aktivitas


Antioksidan Secara KLT

BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Tabel 2. Format Ringkasan Anggaran Biaya
No.

Jenis Pengeluaran

Peralatan penunjang

Bahan habis pakai

Perjalanan

Lain-lain

Biaya (Rp)

Jumlah

4.2 Jadwal Kegiatan


Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, dengan perician sebagai berikut :
Tabel 3. Jadwal Kegiatan
No

Jenis Kegiatan
1

1
2

Pengumpulan dan penyediaan bahan penelitian


Pembuatan ekstrak jeringau merah

3
4

Pengujian fitokimia ekstrak jeringau merah


Uji pendahuluan aktivitas antioksidan secara
KLT
Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode
DPPH
Analisis dan pelaporan

5
6

Bulan
2

DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih, 2009, Budidaya dan Pengembangan Jeringau Merah (Acorus sp.)
Endemik Kalimantan Barat sebagai Fitofarmaka Imunostimulan,
Laporan Penelitian Dana DIPA UNTAN.
Pratiwi, A., Kurniawan, H., Helmi, H., Ropiqa M., dan Rahmawati, S., 2010,
Pengembangan Jeringau Merah (Acorus sp.) Endemik Kalimantan
Barat sebagai Herbal Terstandar untuk Meningkatkan Trombosit
pada Pasien Demam Berdarah. Pontianak: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura.
Attau-ur-Rahman, M.I. Choudhary. (2001). Bioactive Natural Products a Potential
of pharmacophores, A Theory of Memory. Pure Appl. Chem., 73,
555-560.
Lautan, J. (1997). Radikal Bebas Pada Eritrosit dan Leukosit. Cermin Dunia
Kedokteran, 116, 49-52.
Sies, H. (1993). Strategies of Antioxidant Defense. European Journal of
Biochemistry,215,213-219.
Waji, R. A, Sugrani Andis. 2009. Makalah Kimia Organik Bahan Alam Flavonoid
(Quercetin). MIPA; Universitas Hasanudin.
Rohdiana, D. (2001). Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol dalam Daun Teh.
Majalah Jurnal Indonesia,12 (1),53-58.
Pokorny, J., Yanishlieva,N., Gordon, M. (2001). Antioxidant in Food. Practical
Applications. England: Woodhead Publishing Ltd and CRC Press
LLC.
Green, R.J. (2004). Antioxidant Activity of Peanut Plant Tissues. Thesis. North
Caroline State University: Department of Food Science, Raleigh.
Gurav, S., N. Deshkar., V. Gulkari., N. Duragkar., A. Patil. (2007). Free Radical
Scavengeng
Activity
of
Polygala
Chinensis
Linn.
Pharmacologyline, 2, 245-253.
Molyneux, P. 2003.The use of the stable free radikal diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Journal Science of
Technology. 26(2):211-219.
Prakash, Aruna. 2001. Antioxidant Activity Medallion Laboratories Analitical
Progress, 19 (2). Minnesota. Halaman 1-3.
Yulia O. 2007. Pengujian kapasitas antioksidan ekstrak polar, nonpolar, fraksi
protein dan nonprotein kacang komak (Lablab purpureus (L) sweet). [Skripsi].
Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.

Demirezera, L.. et al., 2001. The Structures of Antioxidant and Cytotoxic Agents from
Natural Source: Antraquinones and Tannin from Roots of Rumex patientia.
Phytochemistry, 58(8), pp.12131217.

Juniarti, O.D., Yuhernita. (2009). Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas (BSLT)
dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari ekstrak daun saga. Makara Sains.
13(1):50-54.

Blois, MS. (1958). Antioxidant Determinations by The Use of A Stable FreeRadical.


Nature 181, 1199-1200

Anda mungkin juga menyukai