Anda di halaman 1dari 2

1.

wawasan kebangsaan yang diperlukan saat ini adalah wawasan yang mampu menumbuhkan
pemahaman, sikap dan tekad yang seimbang, antisipatif, dan dialogis terhadap lingkungan
alam, sosio-kultur dan diri sendiri melalui pannduan dari empat materi pokok, yakni sejarah
nasional, situasi nasional kontemporer, situasi negara-negara lain, dan berbagai proyeksi
mengenai masa depan
2. .
3. 'Internationalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme.
Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya
internasionalisme.' Sebuah pandangan nasionalisme yang luas dan humanistik ini tidak dapat
tumbuh bersemi beriringan dengan semangat anti-asing yang selama ini dikumandangkan oleh
para pemimpin kita.
Menurut saya, retorika harus berlandaskan pada kenyataan-kenyataan praktek yang kita lakukan
selama ini. Dan saya temukan betapa lebarnya jurang antara retorika bergelora yang para
pemimpin sampaikan dengan rekam jejak kepemimpinan selama ini.
4. Aartinya adalah usaha membina bangsa agar sadar akan harga dirinya sebagai bangsa yang
besar,merdeka dan berdaulat,serta mampu membangun suatu negara hukum yang modern.
Menurut pendapat saya adalah nasionalisme pembangunan sangatlah cocok jika dilakukan pada
dimensi masa kini karena membina bangsa agar menjadi bangsa yang besar,berdaulat dan
merdeka serta memiliki hukum yang modern adalah hal yang paling tepat mengingat kita
sedang dituntut untuk lebih berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
5. -Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam ikut membangun semangat
nasionalisme dan patriotisme, terutama di kalangan generasi muda. Sebagai contoh: Gerakan
Pramuka. Sebagai catatan, keberhasilan Gerakan Pramuka dalam membangun semangat
nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda Indonesia tengah menjadi kajian
mendalam di Malaysia untuk diterapkan di sana. Generasi muda adalah elemen strategis di
masa depan. Mereka sepertinya menyadari bahwa dalam era globalisasi, generasi muda dapat
berperan sebagai subjek maupun objek.
-Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang tinggal di wilayahwilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional dinilai strategis, seperti: daerah perbatasan,
kawasan industri strategis, daerah pertanian (logistik), serta daerah penghasil bahan tambang
dan hasil hutan. Hal ini bisa dilakukan dengan memperkecil kesenjangan ekonomi, sosial, dan
budaya di wilayah tersebut melalui berbagai program pendidikan dan pembinaan yang
melibatkan peran masyarakat setempat.
-Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang hidup di daerah
rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana alam. Strategi ini dapat dilakukan

dengan menyelenggarakan berbagai program yang diorientasikan pada peningkatan


kesetiakawanan sosial dan partisipasi masyarakat.
-Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat yang berusaha melestarikan
dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa. Demikian pula dengan anggota atau kelompok
masyarakat yang berhasil mencapai prestasi yang membanggakan di dunia internasional.
Apresiasi ini dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan oleh negara dan kemudian
prestasinya diangkat oleh media massa.
6. Sejak era reformasi bergulir di tengah percaturan politik Indonesia, sejak itu pula perubahan
kehidupan mendasar berkembang di hampir seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seperti merebaknya beragam krisis yang melanda Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah
satunya adalah berkaitan dengan Orientasi Pembangunan. Dimasa Orde Baru, orientasi
pembangunan masih terkonsentrasi pada wilayah daratan.[1]
Sektor kelautan dapat dikatakan hampir tak tersentuh, meski kenyataannya sumber daya kelautan dan
perikanan yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam, baik jenis dan potensinya. Potensi sumberdaya
tersebut terdiri dari sumberdaya yang dapat diperbaharui, seperti sumberdaya perikanan, baik perikanan
tangkap maupun budidaya laut dan pantai, energi non konvensional dan energi serta sumberdaya yang
tidak dapat diperbaharui seperti sumberdaya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain
dua jenis sumberdaya tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan lautan yang dapat
dikembangkan untuk pembangunan kelautan dan perikanan seperti pariwisata bahari, industri maritim,
jasa angkutan dan sebagainya. Tentunya inilah yang mendasari Presiden Abdurrahman Wahid dengan
Keputusan Presiden No.355/M Tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999 dalam Kabinet Periode 1999-2004
mengangkat Ir. Sarwono Kusumaatmadja sebagai Menteri Eksplorasi Laut.[1]
Selanjutnya pengangkatan tersebut diikuti dengan pembentukan Departemen Eksplorasi Laut (DEL)
beserta rincian tugas dan fungsinya melalui Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tanggal 10
November 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen.
Ternyata penggunaan nomenklatur DEL tidak berlangsung lama karena berdasarkan usulan DPR dan
berbagai pihak, telah dilakukan perubahan penyebutan dari Menteri Eksplorasi Laut menjadi Menteri
Eksplorasi Laut dan Perikanan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 145 Tahun 1999 tanggal 1
Desember 1999. Perubahan ini ditindaklanjuti dengan penggantian nomenklatur DEL menjadi
Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan (DELP) melalui Keputusan Presiden Nomor 147 Tahun
1999 tanggal 1 Desember 1999.[1]
Dalam perkembangan selanjutnya, telah terjadi perombakan susunan kabinet setelah Sidang Tahunan
MPR tahun 2000, dan terjadi perubahan nomenklatur DELP menjadi Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP) sesuai Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tanggal 23 November 2000
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen.[1]
Kemudian berubah menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Peraturan Presiden
No. 47 tahun 2009 tentang Pem
No 6 dirangkum sendiri :-D

Anda mungkin juga menyukai