Kata kunci : Static radial fin , heat exchanger, heat transfer rate, pressure drop.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dimana :
= laju energi kalor (W)
Dimana :
Re = Reynold Number
= Kecepatan aliran ( m/s )
L = Karakteristik panjang atau
geometri (m)
= Kinematic Viscosity ( m/s )
Angka Prandlt (Pr)
Angka
prandtl
merupakan
parameter
yang
menghubungkan
ketebalan relatif antara lapisan batas
Dimana :
Pr = Prandtl Number
= Difusivitas thermal ( m/s )
Cp = Panas jenis pada tekanan konstan
( J/kg .K )
v = Kinematic Viscosity ( m/s )
= Absolute Viscosity
( Kg/m.s )
k = Thermal Conductivity (W/m. K)
Angka Nusselt (Nu)
Angka Nusselt merupakan angka
yang
didapat
dari
pengukuran
eksperimental, yang terdiri dari angka
Reynold, Prandtl dan konstanta yang
harganya tergantung pada geometri
saluran dan sifat aliran.
Dimana :
Nu = Nusselt Number
k = Thermal Conductivity (W/m. K )
h = Koefisien perpindahan kalor
konveksi ( W/m C )
= Geometri profil penampang fluida
(m)
Dimana Untuk aliran dalam pipa adalah
sebagai berikut :
Aliran laminar
Dimana :
Nu = Nusselt Number
L = Panjang pipa ( m)
= viskositas dinamik temperatur
bulk ( Kg.m/s )
(m)
= viskositas dinamik temperatur
( m/s )
permukaan( Kg.m/s )
Aliran turbulen
Alat
Penukar
Kalor
(Heat
Exchanger)
Alat penukar kalor adalah yang
digunakan untuk memindahkan kalor
dari satu fluida ke fluida yang lain.
Aplikasi dari Heat Exchanger ini sangat
luas antara lain untuk sistem
pendinginan di industri, pembangkit
tenaga listrik. Dalam penukar kalor
yang paling sederhana, fluida panas dan
fluida dingin bercampur langsung.
Dalam kebanyakan penukar kalor yang
kedua, fluida itu terpisah oleh suatu
dinding.
Koeffisien
Perpindahan
Kalor
Menyeluruh
Suatu alat penukar kalor pada
umumnya terdapat dua fluida yang
memiliki beda temperatur yang
dipindahkan oleh dinding sehingga
akan terjadi tiga proses perpindahan
kalor yaitu proses perpindahan kalor
konveksi yang terjadi antara fluida
dengan permukaan bagian dalam pipa
dari pipa dalam (inner tube),
perpindahan kalor konduksi yang
terjadi dari permukaan dalam hingga
permukaan luar dari pipa dalam (inner
tube), serta proses perpindahan kalor
konveksi antara fluida yang terdapat
pada pipa luar (outer tube) dengan
permukaan luar dari pipa dalam (inner
tube). Dijelaskan lebih detail pada
gambar 1.
(Cengel,2003:672 )
Dimana:
(Cengel, 2003:672 )
Sehingga:
(Cengel, 2003:672 )
Dapat dinyatakan :
Th1 Tc 2 Th 2 Tc1
ln Th1 Tc 2 Th 2 Tc1
(Holman, 1991:491)
(Holman,1991:526)
Dimana :
= Laju perpindahan kalor (W)
U = Koeffisien perpindahan kalor
menyeluruh ( W/m.C)
h = Koeffisien perpindahan kalor
konveksi ( W/m.C)
A = Luas permukaan panas pipa (m2)
k = Konduktivitas thermal bahan
(W/m.C )
D = Diameter pipa( m )
L = Panjang pipa( m )
i/o = i (bagian pipa dalam), o (bagian
pipa luar)
LMTD (Log Mean Temperature
Different)
LMTD adalah beda temperatur
rata-rata di sepanjang pipa. Pada kasus
heat exchanger dengan arah aliran
counter flow kita bayangkan bahwa
perbedaan suhu antar fluida panas dan
fluida dingin sangat besar pada sisi
masuk dan berkurang suhunya pada sisi
keluar. Suhu pada fluida panas akan
berkurang dan suhu pada fluida dingin
akan naik. Namun sepanjang apapun
heat exchanger, suhu pada fluida dingin
tidak akan pernah melebihi suhu fluida
panas.
Dimana :
=
Rata-rata
temperatur
logaritma
(W)
=Temperatur fluida panas
masuk dan keluar(C)
= temperatur fluida dingin
dan keluar(C)
( m )
Pressure Drop
Penurunan tekanan pada suatu
aliran yang disebabkan oleh gesekan
pada dinding atau kerugian antara fluida
dengan saluran. Pada alat penukar
kalor, semakin tinggi pressure drop
atau
penurunan
tekanan
akan
menyebabkan semakin tinggi daya yang
dibutuhkan
oleh
pompa
untuk
mengalirkan fluida. Losses atau
kerugian yang terjadi pada aliran fluida
dapat dibagi menjadi 2 yaitu (major
losses) yang mana jenis kerugian ini
disebabkan karena adanya faktor
gesekan yang dimiliki oleh dinding
sedangkan (minor losses) adalah jenis
kerugian yang yang disebabkan oleh
instalasi saluran seperti kelokan, siku,
sambungan,
katup
dll.Penurunan
tekanan yang terjadi pada alat penukar
kalor dapat dirumuskan :
( White, 2001: 328)
Dimana :
= Penurunan tekanan( kg/m )
= Massa jenis fluida ( kg/m)
= Percepatan gravitasi ( m/s)
= beda ketinggian fluida ( m )
1.
2.
3.
4.
.
Dari grafik di atas terlihat bahwa
laju perpindahan kalor terkecil terjadi
pada debit 400 liter/jam dengan variasi
tanpa static radial fin yaitu sebesar
1852,948 Watt. Pada debit yang sama
dengan menggunakan variasi jumlah
sudu static radial fin berturut-turut 2
sudu, 3 sudu, dan 4 sudu, masingmasing
laju
perpindahan
kalor
meningkat menjadi 2858,555 Watt,
3114,771 Watt, dan 3480,511 Watt.
Meningkatnya laju perpindahan kalor
ini menunjukkan bahwa penggunaan
static radial fin berpengaruh terhadap
laju
perpindahan
kalor
jika
dibandingkan tanpa static radial fin.
Pada alat penukar kalor tanpa
static radial fin, tidak terjadi perubahan
arah aliran fluida panas, di mana arah
aliran fluida adalah sama sepanjang
pipa yaitu searah sumbu aksial pipa,
sehingga pada fluida panas hanya
terjadi kecepatan aksial saja dan
besarnya nilai kecepatan aksial adalah
sama dengan kecepatan fluida saat
masuk ke dalam pipa air panas. Karena
pada pipa hanya terjadi kecepatan aksial
saja, maka perpindahan kalor secara
konveksi yang terjadi tidak terlalu
besar, selain itu besarnya kecepatan
total fluida adalah sama dengan
kecepatan aksial. Sedangkan pada alat
982,569 N/m
Saran
Dengan
harapan
agar
mendapatkan nilai laju perpindahan
kalor yang lebih tinggi dengan pressure
M.