Anda di halaman 1dari 13

Kajian penelitian terdahulu

Mohammadreza Monjazeb dan Alireza Hosseinpoor (2013) melakukan


penelitian terhadap pengaruh nilai tukar uang dan tingkat suku bunga terhadap
retur saham bank-bank swasta di pasar bursa Teheran Iran. Penelitian ini mengacu
pada beberapa penelitian sebelumnya antara lain penelitian Muradoglu G. dan
Metin K. (1996) yang meneliti hubungan antara harga pasar saham Istanbul
dengan nilai tukar uang, tingkat suku bunga, inflasi dan arus kas. Hasil penelitian
dari Muradoglu G. dan Metin K. (1996) menunjukan bahwa harga pasar saham
memiliki hubungan yang positif terhadap persediaan uang (money stock) dan
memiliki hubungan yang negatif terhadap nilai tukar uang, tingkat suku bunga dan
inflasi.
Penelitian Mohammadreza Monjazeb dan Alireza Hosseinpoor (2013)
menggunakan analisis regresi dengan metode Generalized Least Square (GLS)
sebagai alat analisis. Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat suku bunga
memiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga pasar saham bank-bank
swasta di Teheran Iran dengan koefisien sebesar 16,7 dan nilai probabilitas
sebesar 0,0396 (di bawah taraf sig. 0,05). Sedangkan nilai tukar uang berpengaruh
signifikan negatif dengan koefisien sebesar 0,034 dan nilai probabilitas sebesar
0,0199 (di bawah taraf sig. 0,05).
Pada penelitian di atas ditemukan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh
signifikan positif terhadap harga pasar saham. Artinya adalah apabila tingkat suku
bunga meningkat, maka harga pasar saham juga turut meningkat. Hal tersebut
bertolak belakang dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Muradoglu G. dan Metin K. (1996), dimana tingkat suku bunga memiliki
hubungan yang bersifat negatif terhadap harga pasar saham. Peningkatan suku
bunga tentunya akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor.
Investasi produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya
dibandingkan investasi dalam bentuk saham. Sehingga investor akan menjual
sahamnya dan kemudian akan menyimpan dananya di bank. Penjualan saham
yang serentak akan berdampak pada penurunan harga secara signifikan (A Arifin,
2007:119).
Selain itu, analisis data pada penelitian di atas juga tidak disertakan dengan
uji asumsi klasik yang diperlukan dalam pengolahan data time series seperti uji
autokorelasi, heterokastisitas dan multikolinieritas. Seperti yang diketahui bahwa
uji autokorelasi sangat diperlukan pada data time series. Hal ini karena observasiobservasi pada data time series mengukuti urutan alamiah antarwaktu sehingga
observasi-observasi secara berturut-turut mengandung interkorelasi, khususnya
jika rentang waktu di antara observasi yang berurutan adalah rentang waktu yang
pendek, seperti hari, minggu atau bulan (Gujarati, 2012). Teknik analisa di atas
hanya menggunakan model regresi dengan metode GLS dalam mengatasi

terjadinya heterokedastisitas mapun multikolinieritas. Metode GLS memiliki


kelemahan tersendiri dalam menganalisa data karena untuk mencegah terjadinya
heterokedastisitas dan multikolinieritas, maka variabel yang bersangkutan harus
dihilangkan. Adapun cara lain dalam mengatasi terjadinya heteroskedastisitas dan
multikolinieritas tanpa harus menghilangkan salah satu variabel dalam penelitian
adalah dengan melakukan transformasi data variabel baik ke dalam log, First
difference delta, variabel dummy, dll.
Kajian penelitian berikutnya
Muhammad Zuhdi Amin (2012) menguji apakah tingkat inflasi, suku bunga
SBI, nilai kurs dollar (USD/IDR), dan indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh
terhadap IHSG secara simultan dan parsial.
Beberapa penelitian terdahulu yang yang menjadi acuan dalam penelitian
ini antara lain; Tobing (2009), variabel nilai tukar, inflasi, dan suku bunga SBI
ecara simultan berpengaruh terhadap IHSG, Secara parsial, variabel nilai tukar
dan suku bunga SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG. Sedangkan
inflasi berpengaruh berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap IHSG.
Kemudian, Pramulia (2009) mengungkapkan bahwa variabel tingkat inflasi,
suku bunga SBI, dan kurs USD, berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
IHSG. Selain itu, hasil yang berbeda oleh Dewi (2011) yang mengemukakan
bahwa nilai tukar riil berpengaruh positif terhadap IHSG sebelum dan
sesudah krisis global. tingkat suku bunga riil berpengaruh positif terhadap IHSG
sebelum dan sesudah krisis global, secara simultan kedua variabel berpengaruh
terhadap IHSG sebelum dan sesudah krisis global.
Metode analisa yang digunakan adalah regresi liner berganda. Sebelum
melakukan uji regresi peneliti melakukan uji asumsi klasik untuk memastikan
bahwa model telah memenuhi asumsi BLUE (Best, Linear, and Unbiased
Estimator). Pengamatan dilakukan terhadap data-data semua variabel independen
dan dependen selama periode 2008-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara Simultan semua variabel independen tersebut berpengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan periode 2008-2011. Sedangkan secara parsial, tingkat
Inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG, tingkat suku bunga SBI berpengaruh
positif terhadap IHSG, nilai kurs dollar (USD/IDR) berpengaruh negatif terhadap
IHSG, dan indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh positif terhadap IHSG.
Variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap IHSG adalah tingkat suku
bunga SBI. Besarnya pengaruh yang disebabkan oleh keempat variabel
independen tersebut adalah sebesar 62%, sedangkan sisanya sebesar 38%
kemungkinan dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
Dari penelitian di atas telah ditemukan bahwa tingkat Inflasi tidak
berpengaruh terhadap IHSG, tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap
IHSG, nilai kurs dollar (USD/IDR) berpengaruh negatif terhadap IHSG, dan

indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh positif terhadap IHSG. Secara parsial
tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini tentunya bertolak
belakang dengan hasil penelitian terdahulu yaitu menurut Tobing (2009 variabel
nilai tukar dan suku bunga SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
Selain itu hasil penelitian di atas juga bertolak belakang dengan teori suku bunga
SBI terhadap harga pasar saham seperti berikut ini; Menurut Kane dan Marcus
(2006: 180) mengatakan bahwasuku bunga merupakan salah satu masukan yang
penting dalam keputusan investasi. Jika suku bunga turun maka orang akan
cendrung memilih untuk berinvestasi jangak panjang, sedangkan ketika suku
bunga mengalami kenaikan maka orang akan cendrung menunda melakukan
investasi jangka panjang. Hal yang sama juga disampaikan oleh Mohamad (2006:
201), bahwa kenaikan tingkat bunga memiliki dampak negatif terhadap setiap
emiten karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba
bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga menurun
dan akhirnya akan berakibat turunnya harga saham di pasar. Di sisi lain, naiknya
suku bunga akan mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian
menabung hasil penjualan itu dalam deposito.
Kajian penelitian berikutnya
Cita Agustinus dan Melitina Tecualu (2008) meneliti tentang pengaruh
perubahan kurs valuta asing dan jumlah uang yang beredar terhadap perubahan
IHSG. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda untuk
memperkirakan seberapa besar efek kuantitatif dari perubahan variabel Kurs
Dollar dan jumlah uang beredar terhadap perubahan variabel IHSG.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kurs Dollar dan jumlah uang beredar
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan variabel IHSG. Hal
ini tentu bertolak belakang dengan beberapa sumber teri mengenai kurs Dollar
terhadap harga saham. Menurut Eduardus (2001: 214), menguatnya kurs rupiah
terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk
produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Sehingga
menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi
para investor. Ketika kurs dollar mengalami penguatan (peningkatan) maka pada
saat itu kurs rupiah sedang mengalami penurunan (melemah). Hal tersebut
merupakan sinyal negatif bagi para investor.
Landasan Teori
A. Sumber Jurnal Mohammadreza Monjazeb dan Alireza Hosseinpoor (2013)
1. Nilai tukar
Menurut Perry (2003: 69), nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai
harga yang relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.
Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus (2004: 305), nilai tukar valuta
asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain.

2. Tingkat suku bunga


Menurut Reilly and Brown (1997) dalam Achmad (2009) suku bunga adalah
harga atas dana yang dipinjam. Sedangkan menurut Bodie, Kane & Marcus
(2006: 180) mengatakan bahwa suku bunga merupakan salah satu masukan
yang penting dalam keputusan investasi.
3. Return saham
Return saham adalah keuntungan yang dinikmati investor atas investasi
saham yang dilakukannya. Return tersebut memiliki dua komponen yaitu
current income dan capital gain. Current income adalah keuntungan yang
didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen.
Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga
dapat diuangkan secara cepat.
B. Sumber Jurnal Muhammad Zuhdi Amin (2012)
Pasar modal pada hakekatnya merupakan jaringan tatanan yang
memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial
assets dan hutang pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk
mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi (melalui pasar sekunder)
(Anoraga, 2006:5). Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran
dngan permintaan surat berharga (Sunariyah, 2003:5). Di tempat inilah para
pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai
kelebihan dana melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh
emiten. Begitu juga sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities)
yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara daftar
(listing) terlebih dahulu kepada badan otoritas pasar modal sebagai emiten.
Salah satu indeks harga saham yang ada di BEI dan yang diteliti di
sini adalah IHSG. IHSG merupakan ukuran yang didasarkan pada perhitungan
statistik untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham seluruh perusahaan
peserta pasar modal setiap saat terhadap tahun dasar. IHSG digunakan untuk
megetahui perkembangan dan situasi umum pasar modal, bukan situasi
perusahaan emiten tertentu. IHSG Merupakan salah satu indeks pasar saham
yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia dan diperkenalkan pertama kali
pada tanggal 1 April1983 sebagai indikator pergerakan harga seluruh saham di
BEI. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham
preferen yang tercatat di BEI.
Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus1982. Pada
tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 10 dan saham
tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Dasar perhitungan IHSG adalah
agregat nilai pasar di seluruh saham yang tercatat. Agregat nilai pasar adalah
total dari perkalian setiap saham yang tercatat dengan masing-masing harganya
pada hari tersebut. Dalam perhitungan indeks, IHSG menggunakan seluruh
saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks (Tandelilin, 2010; 86).
Variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi;
yang pertama adalah inflasi. Inflasi dan perekonomian sangat saling berkaitan.
Apabila tingkat inflasi tinggi, sudah dipastikan akan memengaruhi pertumbuhan
ekonomi, dimana akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi

dihubungkan dengan adanya kenaikan harga barang-barang dan jasa.Pengukuran


inflasi dapat dikaitkan dengan adanya Indeks Harga Konsumen (IHK), dimana
indeks tersebut mengukur harga rata-rata dari barang tertentu (makanan,
perumahan, sandang, dan anekabarang dan jasa) yang dibeli oleh konsumen.
Kenaikan harga barang dan jasa berarti berkurangnya nilai uang terhadap barang
dan jasa saat itu. Rahardja & Manurung (2005) menyatakan bahwa inflasi adalah
gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus.
Naiknya harga suatu barang dapat dikatakan sebagai gejala inflasi jika kenaikan
harga barang tersebut dapat memicu kenaikan harga barang secara umum dan
terus menerus dalam artian bukan hanya sesaat. Jika peningkatan biaya produksi
lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka
profitabilitas perusahaan akan turun. Selain itu, inflasi yang meningkat
menyebabkan penurunan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh
karenanya, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi
mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi
untuk mengkompensasikan penurunan daya beli yang dialaminya.
Selanjutnya, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu
mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai
Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang
primer yang beredar. Sertifikat BI dapat dijadikan sebagai alternative investasi
bagi investor. SBI juga mempengaruhi tingkat bunga deposito bank-bank
komersial swasta, sehingga kondisinya akan berpengaruh pada aktifitas
investasi pada saham, kemudian akan mempengaruhi pergerakan IHSG di BEI.
Variabel lainnya adalah nilai kurs dollar (USD/IDR). Nilai kurs adalah suatu
nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang negara lain. Financial Accounting
Standar Board (FASB) mendefinisikan nilai tukar sebagai rasio antara satu unit
mata uang dan jumlah mata uang lainnya yang dapat ditukar pada suatu waktu
tertentu. Nilai tukar tersebut sebenarnya merupakan semacam harga dalam
pertukaran. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda dimana
akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengertian nilai kurs dollar (USD/IDR)
adalah harga satu unit dollar (USD) yang ditunjukkan dalam mata uang rupiah.
Variabel yang keempat adalah Indeks Dow Jones (DJIA). Indeks Dow Jones
Industrial Average (DJIA) adalah salah satu indeks pasar saham yang didirikan
oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones & Company Charles
Dow. Dow membuat indeks ini sebagai suatu cara untuk mengukur performa
komponen industri di pasar saham Amerika. Saat ini DJIA merupakan indeks
pasar AS tertua yang masih berjalan (id.wikipedia.org). Ketika pertama kali
dipublikasikan indeks berada pada posisi 40,94. Sekarang ini pemilihan daftar
perusahaan yang berhak tercatat dalam Indeks Dow Jones dilakukan oleh editor

dari Wall Street Journal.Pemilihan ini didasarkan pada kemampuan perusahaan,


aktivitas ekonomi, pertumbuhan laba, dll. Perusahaan yang dipilih pada umumnya
adalah perusahaan Amerika yang kegiatan ekonominya telah mendunia
(www.nyse.org).
C. Sumber Jurnal Cita Agustinus dan Melitina Tecualu (2008)
1. Kurs Valuta Asing
Kurs Valuta Asing Kurs valuta asing dapat disimpulkan sebagai jumlah
mata uang domestik yang harus dikeluarkan untuk memperoleh satu unit mata
uang asing (misalkan rupiah di Indonesia) yaitu berapa banyak rupiah yang
diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing. Uang sangat penting bagi
setiap perekonomian modern yang menggantungkan diri pada spesialisasi dan
pertukaran. Misalnya produsen-produsen Amerika menuntut pembayaran dalam
dolar untuk produk-produk yang mereka hasilkan. Mereka membutuhkan dolar
untuk memenuhi kewajiban membayar gaji, membayar bahan baku, dan
membagikan laba. Jika negara Indonesia mengimpor produk dari Amerika maka
negara Indonesia harus menukar rupiah ke dalam dolar Amerika untuk membayar
barang yang dibelinya. Produsen Amerika hanya mau menerima rupiah jika
mereka yakin bahwa dapat ditukarkan dengan dolar yang mereka butuhkan.
Penelitian Kuncoro dan Inayah (2003) mengatakan bahwa meramalkan
(forecasting) nilai tukar mata uang asing merupakan strategi yang sangat penting
bagi suksesnya perusahaan multinasional. Karena hampir sebagian besar operasi
sebuah perusahaan multinasional dipengaruhi oleh perubahan-perubahan nilai
tukar. Seperti keputusan untuk memproteksi hutang atau piutang valuta asing di
masa depan, keputusan untuk investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Ketidaktepatan peramalan dapat mengakibatkan kerugian dari transaksi yang
terjadi. Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mengambang, yaitu nilai tukar
yang sangat dipengaruhi oleh situasi pasar pada umumnya, sehingga besaran nilai
tukar uang di Indonesia sangat tergantung oleh tingkat permintaan dan penawaran
yang terjadi di pasar uang. Peningkatan permintaan terhadap mata uang biasanya
tergantung pada transaksi permintaan akan uang atau peningkatan permintaan
yang bersifat spekulatif terhadap uang. Menurut Siamat (2004:471) kurs valuta
asing adalah harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lain.
Sedangkan menurut Saphiro (2003:38) adalah harga suatu mata uang terhadap
mata uang asing lainnya sesudah dikonversi terhadap mata uang asing tersebut.
Contohnya nilai tukar yen per dollar adalah jumlah yen untuk membeli satu dollar.
Jika satu dollar dapat membeli 100 yen, maka nilai tukar akan ditentukan sebesar
100 yen per dollar.
Perbedaan nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal penting untuk
dipahami, karena keduanya mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap risiko
nilai, seperti yang dikemukakan dalam penelitian Fahkie (2005) maupun Madura

(2001, 129) yaitu jika valuta asing yang mendenominasi saham luar negeri
mengalami apresiasi maka pengembalian saham yang diterima investor akan
meningkat, tetapi jika valuta asing tersebut mengalami depresiasi maka
pengembalian saham akan menurun. Investor dalam kutipan Madura yang
dimaksud adalah investor yang berasal dari Amerika. JikA US Dollar menguat
terhadap Rupiah, maka investor AS yang bermain saham di Indonesia akan
memperoleh pengembalian saham yang meningkat. Sebaliknya bagi investor lokal
yang berasal dari Indonesia, maka menguatnya US Dollar akan mengurangi
pengembalian saham.
Secara umum, kurs valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kurs yang diminta (Asked Rate)
Yaitu kurs yang diminta bank atau pedagang untuk dibayar oleh konsumen
dalammata uang domestik untuk suatu mata uang asing saat bank menjual dan
konsumen membeli.
b. Kurs yang ditawarkan (Bid Rate)
Yaitu kurs dimana bank membeli mata uang asing dari konsumen dengan
membayar dalam mata uang domestik.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan nilai tukar, diantaranya:
a. Perubahan perilaku masyarakat dalam berkonsumsi
Perubahan perilaku konsumsi cenderung mempengaruhi permintaan
terhadap suatu komoditi. Apabila masyarakat sekarang cenderung menyukai
produk luar negeri, maka dengan sendirinya permintaan terhadap valuta asing
akan makin meningkat dan ini cenderung menaikkan nilai tukar mata uang asing
dan menurunkan nilai mata uang domestik.
b. Perubahan harga-harga barang ekspor
Jika harga barang-barang ekspor berubah, maka hal ini akan mempengaruhi
permintaan terhadap kurs valuta asing. Kenaikan harga ekspor misalnya, akan
menyebabkan berkurangnya permintaan terhadap barang tersebut dan pada
gilirannya akan menurunkan penawaran mata uang asing tersebut di dalam negeri.
Kekurangan penawaran ini akan menjatuhkan nilai dari mata uang Negara
pengekspor tersebut. Kejadian sebaliknya terjadi jika harga barang ekspor
mengalami penurunan.
c. Inflasi
Keadaan ini akan dapat menurunkan nilai mata uang negara bersangkutan.
Di satu pihak kenaikan harga ini cenderung mendorong impor yang makin besar
dari Negara lain, oleh karena itu permintaan terhadap valuta asing makin

bertambah. Di lain pihak ekspor le luar negeri dirasakan mahal oleh pihak asing
dan mereka cenderung mengurangi permintaan terhadap produk domestik yang
dengan sendirinya menurunkan penawaran mata uang asing.
d. Perubahan tingkat suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Perubahan tingkat suku bunga dan tingkat pengembalian investasi akan
berpengaruh terhadap arus modal yang masuk dan keluar dari suatu negara.
Perubahan tingkat bunga dan meningkatnya pengembalian modal investasi akan
menyebabkan makin banyaknya arus modal asing masuk ke dalam negeri.
Penawaran valuta asing yang meningkat ini akan menaikkan nilai mata uang
negara yang menerima modal tersebut.
e. Perkembangan ekonomi
Pengaruh perkembangan ekonomi terhadap kurs valuta asing tergantung
kepada corak dan perkembangan ekonomi negara tersebut. Apabila pertumbuhan
ekonomi cenderung menaikkan nilai mata uang dalam negeri, akan tetapi jika
perkembangan ekonomi berada di luar sektor ekspor, maka hal itu akan
menurunkan nilai mata uang dalam negeri. Ini disebabkan karena kecenderungan
pertumbuhan akan dapat meningkatkan impor, dan kenaikan impor ini akan
menaikkan permintaan terhadap mata uang asing.
f. Neraca pembayaran
Apabila jasa dan modal dalam keadaan yang defisit, maka hal ini
menunjukkan adanya penurunan dalam neraca pembayaran. Jika hal ini terus
berlanjut maka pada akhirnya pemilik uang negara tersebut cenderung akan
melepaskan mata uang lokal yang dipegangnya dan berusaha menggantikannya
dengan mata uang asing yang lebih baik, akibatnya terjadi akses supply mata uang
lokal yang berarti nilai mata uang lokal menurun. Dari sisi fundamental dapat pula
dilihat bahwa tinggi rendahnya nilai mata uang suatu negara ditentukan pula oleh
besar kecilnya cadangan devisa. Jika neraca pembayaran dalam keadaan defisit,
maka akan terjadi pengurangan cadangan devisa sehingga dapat menjatuhkan nilai
mata uang negara bersangkutan. Dalam melakukan kegiatan transaksi terdapat
tiga jenis transaksi, yaitu:
1. Transaksi Spot; jual beli mata uang dengan penyerahan dan pembayaran
antar bank yang akan diselesaikan pada dua hari kerja berikutnya.
2. Transaksi forward; disebut juga transaksi berjangka yang pada prinsipnya
adalah transaksi sejumlah mata uang tertentu dengan sejumlah mata uang
lainnya dengan penyerahan pada waktu yang akan datang. Transaksi
forward biasanya dilakukan untuk tujuan hedging dan spekulasi. Hedging
atau pemagaran resiko semata-mata dilakukan untuk menghindari resiko
kerugian akibat terjadi perubahan kurs.

3. Transaksi swap; yaitu pembelian dan penjualan secara bersamaan


sejumlah tertentu mata uang dengan dua tanggal valuta (penyerahan)
yang berbeda. Jenis transaksi swap yang umum adalah spot terhadap
forward. Dealer membeli suatu mata uang dengan transaksi spot dan
secara simultan menjual kembali jumlah yang sama kepada bank lain
dengan kontrak forward.
Dalam transaksi kurs valuta asing terdapat istilah kuotasi yang merupakan
suatu pernyataan kesediaan melakukan transaksi jual beli valuta asing pada kurs
yang diumumkan. Siamat (2004:471-73) penentuan atau kuotasi (quotation)
valuta asing dapat dilakukan dengan cara:
1. Langsung (direct quotation), yaitu cara penentuan kurs suatu mata uang
dimana satu mata uang asing digunakan untuk menilai mata uang lokal.
Oleh karena itu menurut metode direct quotation, unit mata uang asing
senantiasa tetap terhadap mata uang lokal.
2. Tidak langsung (indirect quotation), yaitu penentuan kurs merupakan
kebalikan dari direct quotation dimana unit mata uang lokal digunakan
untuk menilai mata uang asing. Dalam indirect quotation unit mata uang
lokal selalu tetap terhadap mata uang asing.
3. USD quotation. Dalam transaksi valas internasional, USD selalu
dijadikan sebagai mata uang referensi dalam penentuan kurs mata uang
lain, misal IDR2.173/USD.
Selain kuotasi valuta asing terdapat pula spekulasi dalam valuta asing yang
merupakan melakukan transaksi valuta asing dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan dari turun naiknya kurs suatu mata uang asing. Kerugian dapat terjadi
akibat salah antisipasi terhadap ketidakpastian kurs suatu valuta asing tertentu.
Dalam transaksi valuta asing dapat pula terjadi praktek Margin Trading.
Margin yaitu transaksi jual beli valuta asing yang tidak diikuti dengan pergerakan
dana dan yang diperhitungkan sebagai keuntungan atau kerugian adalah selisih
bersih antara harga jual atau beli suatu jenis valuta asing pada saat tertentu dengan
harga jual atau beli valuta asing yang bersangkutan pada akhir masa transaksi.
Berkembangnya globalisasi keuangan dan perbankan yang diikuti dengan semakin
bertambahnya produk-produk baru di bidang perbankan, mengakibatkan risiko
yang dihadapi oleh perbankan maupun nasabah menjadi semakin besar. Untuk
mendorong terciptanya iklim perbankan yang sehat, maka Bank Indonesia
menganggap perlu ditetapkan pedoman yang jelas tentang kegiatan usaha bank
berupa margin trading. Dalam beberapa keadaan, bank atau dealer dapat
memperkenankan seorang klien untuk membeli valuta asing dengan spot atas
dasar margin. Transaksi atas dasar margin ini dalam prakteknya misalnya nasabah

hanya mendepositokan 15%-20% dari harga beli valuta asing dan meminjam
sisanya. Simpanan ini disebut margin deposit yang dimaksudkan untuk menutup
kemungkinan terjadinya kerugian dari transaksi jual beli valuta asing yang
dilakukan. Transaksi valuta asing dengan margin trading ini tidak disertai dengan
pembayaran atau penyerahan dana oleh pembeli (nasabah) untuk setiap transaksi,
akan tetapi yang diperhitungkan adalah selisih kurs dari transaksi berupa
keuntungan atau kerugian.
2. Jumlah Uang Beredar
Perkembangan uang beredar di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain kegiatan luar negeri, sektor pemerintah, sektor swasta domestik, dan
sektor lainnya. Strategi pengendalian uang beredar dirumuskan berdasarkan
penyesuaian instrumen kebijakan moneter, antara lain operasi pasar terbuka,
penyesuaian ketentuan likuiditas wajib minimum (reserve requirement) serta
fasilitas diskonto. Seseorang akan mudah memenuhi kebutuhannya di pasar
apabila ia mempunyai uang. Uang yang dimilikinya tersebut dengan mudah dapat
ditukarkan dengan berbagai kebutuhan yang diinginkan. Uang dapat dipergunakan
sebagai satuan nilai guna menentukan nilai berbagai barang.
3. Index Harga Saham Gabungan (IHSG)
Index Harga Saham Gabungan (IHSG) yaitu suatu angka yang dipakai
untuk menyatakan kenaikan dan penurunan harga dalam suatu periode jika
dibandingkan dengan nilai harga pada periode atau waktu dasar. Index harga
saham gabungan (composite stock price index) adalah suatu nilai yang digunakan
untuk mengukur kinerja saham yang tercatat di suatu bursa berdasarkan Buku
Panduan Index di Bursa Efek Jakarta. IHSG menggambarkan suatu rangkaian
informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham
sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut
disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut.
Index Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ada di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dapat dipengaruhi oleh pergerakan kurs valuta asing di bursa valuta asing.
Dalam hal ini apabila IHSG dipengaruhi oleh banyaknya dana yang diinvestasikan
oleh para spekulan dan investor dalam bentuk valuta asing atau mata uang lokal
maka dampaknya IHSG menjadi stabil atau lebih stabil.
Menurut Pangabean (2007) naiknya IHSG yang saat ini dikisaran 1960 akan
mendorong masuknya arus dana asing ke pasar finansial Indonesia. Hasil
penghitungan IHSG biasanya merupakan dasar bagi investor untuk bias
memanfaatkannya dalam pengambilan keputusan investasi. Untuk itu seorang
investor harus mampu membaca data tersebut dan menafsirkannya. Sebagai
langkah awal dalam melakukan investasi tentu saja investor memerlukan data
IHSG untuk mengetahui kondisi pasar secara umum. Perlu diketahui bahwa

kenaikan dan penurunan Indeks Harga Saham (IHS) itu adalah terhadap Indeks
Harga Saham pada Waktu Dasar (IHSWD). Untuk mengetahui trend penurunan
atau kenaikan IHSG di masa mendatang, maka investor harus terus menerus
memantau kenaikan dan penurunan indeks harga saham dari waktu ke waktu baik
harian, mingguan, bulanan, atau lainnya tergantung kebutuhan.
Hipotesis
A. Sumber Jurnal Mohammadreza Monjazeb dan Alireza Hosseinpoor (2013)
Data penelitian diperoleh dalam periode empat tahun (2009-2012) dan
data yang dikumpulkan adalah data saham dari tujuh bank swasta di Iran.
Berdasarkan dasar teori maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Volatilitas nilai tukar berpengaruh terhadap return saham di pasar
saham.
Volatilitas tingkat suku bungan berpengaruh terhadap return saham di
pasar saham.
B. Sumber Jurnal Muhammad Zuhdi Amin (2012)
Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti merumuskan hipotesis
sebagai kesimpulan sementara atas masalah-masalahyang diajukan. Hiptesishipotesis tersebut antara lain;
H1: Tingkat inflasi, suku bunga SBI, kurs dollar (USD/IDR), dan indeks Dow
Jones (DJIA) berpengaruh secara simultan terhadap IHSG.
H2: Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap IHSG,
H3: Suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap IHSG,
H4: Kurs dollar (USD/IDR) berpengaruh negatif terhadap IHSG
H5: Indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh positif terhadap IHSG.
C. Sumber Jurnal Cita Agustinus dan Melitina Tecualu (2008)
Pengujian Hipotesis
Untuk merumuskan hasil penelitian dan sebagai upaya untuk menentukan
jawaban dari masalah yang diteliti, maka dilakukan pengujian hipotesis.
Perumusan hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang
diteliti yang kebenarannya yang perlu diuji secara empirik. Berdasarkan hasil
analisis regresi linier dengan bantuan SPSS dapat dilakukan pengujian
hipotesis guna menguji Koefisien Regresi sebagai berikut:
1) Uji t atau Uji Signifikansi Pengaruh.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah Kurs US
Dollar dan Jumlah uang yang beredar secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Dalam pengujian signifikansi
pengaruh digunakan uji t yaitu untuk menguji signifikansi konstanta dan
variable bebas. Pengujian dilakukan berdasarkan tingkat signifikansi =
5% (atau tingkat kepercayaan 95%). Jika p (sig.) < 0.05 maka Ho
diterima atau Ha ditolak dan sebaliknya. Dalam penelitian ini diajukan
hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Kurs US Dollar dan
Jumlah uang yang beredar secara parsial terhadap IHSG.
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara Kurs US Dollar dan Jumlah
uang yang beredar secara parsial terhadap IHSG.
Untuk melihat seberapa besar kontribusi dari uji t, maka penulis
menggunakan koefisien determinasi atau r2 (r square).
2) Uji F atau Uji Analisis Varians (ANOVA) atau Uji Hubungan
Uji F dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh keseluruhan
variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dengan
penentuan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara Kurs US Dollar dan Jumlah
uang yang beredar secara simultan terhadap IHSG.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Kurs US Dollar dan
Jumlah uang yang beredar secara simultan terhadap IHSG.
Dengan menggunakan koefisien determinasi atau R2 (R square)
maka dapat dilihat seberapa besar kontribusi kedua variabel independen
(perubahan Kurs US Dollar dan perubahan Jumlah uang beredar)
terhadap variabel dependen (perubahan IHSG).
Keterkaitan dengan penelitian sekarang
Penelitian sekarang memiliki keterkaitan dengan ketiga penelitian yang
dibahas sebelumnya dimana karena sama-sama meneliti mengenai pengaruh Kurs
dollar (nilai tukar) dan tangkat suku bunga SBI terhadap harga saham.
Berdasarkan ketiga penelitian sebelumnya terdapat perbedaan mengenai pengaruh
tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham.
Berdasarkan penelitian Mohammadreza Monjazeb dan Alireza Hosseinpoor
(2013) diketahui bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan positif
terhadap harga saham. Penelitian Muhammad Zuhdi Amin (2012) menunjukan
hasil yang sama yaitu dimana tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif
terhadap harga saham (IHSG). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Cita Agustinus dan Melitina Tecualu (2008), menunjukan bahwa Kurs Dollar dan
jumlah uang beredar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan
variabel IHSG. Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, maka penelitian sekarang
akan memperjelas bagaimana pengaruh nilai tukar dan tingkat suku bunga SBI
terhadap harga saham, khusunya harga saham perbankan.
Kesimpulan
Berdasarkan ketiga penelitian-penelitian di atas, tampak bahwa penelitian
yang dilakukan oleh Mohammadreza Monjazeb dan Alireza Hosseinpoor (2013)
dan Muhammad Zuhdi Amin (2012) menunjukan bahwa tingkat suku bunga SBI
memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap harga saham. Hal tersebut
bertolak belakang dengan dasar teori yang ada dimana menurut beberapa peneliti
terdahulu seperti Muradoglu G. dan Metin K. (1996), mengatakan bahwa tingkat

suku bunga memiliki hubungan yang bersifat negatif terhadap harga pasar saham.
Demikian juga menurut hasil penelitian Tobing (2009), yang mengatakan bahwa
variabel nilai tukar, inflasi, dan suku bunga SBI ecara simultan berpengaruh
terhadap IHSG, Secara parsial, variabel nilai tukar dan suku bunga SBI
berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
Pada penelitian Cita Agustinus dan Melitina Tecualu (2008), menunjukan
bahwa Kurs Dollar dan jumlah uang beredar tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan variabel IHSG. Hal ini juga bertolak belakang
dengan pendapat peneliti terdahulu seperti Eduardus (2001: 214), menguatnya
kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku
untuk produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Sehingga
menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi
para investor. Ketika kurs dollar mengalami penguatan (peningkatan) maka pada
saat itu kurs rupiah sedang mengalami penurunan (melemah). Hal tersebut
merupakan sinyal negatif bagi para investor. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
kurs dollar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Anda mungkin juga menyukai